Entah mengapa,
Dari kemarin perasaan saya rasanya koq semacam diaduk2 …
Terutama sejak tersiarnya berita ttg seorang Pendeta di Jawa Timur,
Yg terkena kasus penggelapan dana gereja,
Termasuk juga tindakan yg amoral dg salah satu “gembala” gereja nya.
Apalagi kemudian ada yg mencoba mengupas lebih dalam,
Menguliti,
Dan membeberkan beberapa nama yg lain …
Sumpah!! …
Ini bikin saya jadi “eneg”,
Dan merasa sedih ..
Lagi2 agama dipakai sebagai “kedok”??
—————————-
Lalu,
Siang ini saya dg nekadnya menyapa salah satu Romo,
Di mana harapan saya,
Beliau dapat sedikit mengobati kegelisahan saya ..
Mungkin,
Beliaupun heran ketika saya mendadak menyapa nya,
Dan memohon ijin utk mengganggu waktunya sebentar.
“Romo,
Beberapa hari ini ada saya baca berita “miring” ttg seorang Pendeta.
Saya tau,
Di agama manapun hal seperti itu mungkin saja terjadi.
Yg hidup mewah dari uang jemaatnya,
Dan menurut saya,
Ketika kasus sudah diserahkan kepada pihak Kepolisian,
Sebenarnya sudah selesai to? ..”
“Seharusnya tidak selesai,
Karena masih ada buntut nya …,” jawab Beliau.
“Dulu saya diajarkan oleh Guru mengaji saya :
Beribadahlah seperti esok kau akan mati,
Dan bekerjalah seolah2 kau akan hidup selamanya.
Nah,
Sebagai netizen,
Koq rasanya ndak elok jika kita bahas terus-menerus ..”
“Bukan dibahas,
Tapi urusan hukum,
Juga aspek psikologi dari anak itu.
Dan yg pasti dari pihak gerejapun akan mengambil tindakan”
“Tapi yg terjadi bukan pembahasan, Romo ..
Tapi akhirnya merembet kemana2 …”
“Itu pasti!! …”
“Bahkan,
Oleh para jemaatnya sendiri.
Apakah saya salah, Romo?
Kita belajar dari kesalahan,
Dan bukan merasa gembira karena berhasil menemukan kesalahan,
Sekaligus memojokkannya.
Tiap orang bisa saja melakukan kesalahan yg sama,
We’r never know …
Bukan saya mau membela, Romo ..
Tapi piye ya menjelaskannya …
Kita ini sepertinya koq banyak yg merasa senang,
Saat berhasil menemukan keburukan seseorang.
Lantas beramai2 berusaha semakin membuatnya jatuh sejatuh2nya.
Itu aja sih yg mengganjal di pikiran saya ..”
“Karena keburukan menjadi alasan utk membuat semakin terpuruk,
Dan mereka senang …
Apalagi kalau melihat orang yg ndak mereka sukai ..”
“Apakah itu yg diajarkan Tuhan?
Membongkar kebusukan,
Bukan berarti menjatuhkan to, Romo??
Tuhan mengasihi siapapun,
Bahkan Dia menyuruh kita tetap mengasihi musuh kita …”
“Membongkar utk mencari kebaikan,
Tetapi akhirnya sering dimanfaatkan utk hal yg tidak baik juga.
Apalagi dalam agama, ras, suku atau negara.
Apakah itu diajarkan Tuhan??
Aku koq ndak membawa nama Tuhan dulu,
Tapi dilihat dari manusiawinya ..”
“Secara manusiawi,
Kita bongkar seluruhnya,
Tapi sekaligus akan ada yg terluka to, Romo? ..”
“Semua terluka,
Baik pelaku maupun korban.
Tetapi ada juga yg memanfaatkan.
Bagian ini yg paling sulit dan terus diperjuangkan …”
“Kesalahan mutlak ada pada personelnya to,
Bukan pada agama atau gerejanya …”
“Semua pada personil,
Dan bukan pada agama atau institusi …”
“Tapi akhirnya agama ikut diserang,
Institusinya,
Gerejanya …”
“Begitulah dari dulu,
Dan masalahnya mereka tidak bisa membedakan agama Kristen dan gerejanya,
Tapi langsung dihantam pada semua gereja.
Padahal beda2,
Seperti Indonesia yg banyak sukunya ..”
“Dan kasus ini,
Oleh beberapa orang dijadikan semacam anjang utk menyerang gereja tersebut?
Padahal jelas bukan gerejanya yg salah? …”
“Di sinilah ketidak tahuan dan kedangkalan pengetahuan nampak,
Apalagi ungkapan kebencian diluapkan.
Di semua agama dan suku ada,
Di semua agama dan suku ada,
Digunakan utk menyerang ..
Apalagi kondisi seperti saat ini,
Sentimen politik atau kepentingan partai,
Bisa dijadikan alat atau media,
Utk memporak porandakan situasi.
Ketika porsinya lebih tinggi di bandingkan dengan cinta akan negara dan bangsa ini …
Dan itu banyak sekali terjadi ….
Menggunakan kedok agama,
Semata2 demi meluluskan tujuan politik nya semata.
Akhirnya agama,
Institusi,
Gereja,
Atau rumah ibadah lainnya,
Hanya dipergunakan sebagai sarana utk pemuasan nafsu semata ….
Jauh dari yg namanya Kasih Tuhan …”
“Sedih, Romo …. ”
“Kalau pengetahuan dan hati serta akal budi disatukan,
Ya menemukan yg menarik.
Tetapi kalau kurang pengetahuan,
Hati dan akal budi serta kebencian disatukan,
Yg terjadi adalah kekacauan ..”
“Dan yg banyak sekarang justru yg belakang itu …”
“Selalu akan begitu,
Dan semakin dalam,
Sampai kapan aku ndak tau ..,” jawab Romo dg kalem nya.
“Yg jelas,
Pengalamanku tinggal di luar negeri,
Yg seperti itu ndak akan ada kedamaian.
Bisa jadi negeri ini bisa seperti itu,
Kalau ndak perhatikan ..”
“Sampai jeleh rasanya, Romo ..
Eneg …,”
Dan sampai sini saya pun tak mampu menahan air mata …
Nyesek rasa di dalam dada …
“Iya,
Tapi apa kita ya diam saja?
Terus di sini terus?
Nanti akan lebih banyak …”
“Seperti ramalan Notradomus,
Tentang Nabi2 Palsu?? …
Juga ramalan Joyoboyo? ..”
“Bisa jadi …”
————————-
Dan percakapanpun selesai,
Ditingkahi cuaca mendung dan suara angin yg semilir …
Ada rasa getir di hati,
Sampai kapan negeri ini akan terus kisruh dan rusuh??
Atas nama Pancasila,
Bolehkah saya meminta,
Utk kembali ke Indonesia yg dulu?
Indonesia yg bertoleransi,
Indonesia yg saling menghargai dan menghormati???
Salam toleransi,
Salam Pancasila,
Salam Indonesia Raya