“Pelatihan Dg Memanfaatkan Kegelisahan Masyarakat, Efektif kah?”
Tiba2 belakangan ini di Medsos banyak kita jumpai iklan2 “bullshit” berbau janji syurga 😅😅
Pelatihan instant yg dilakukan dalam hitungan hari,
Bahkan hitungan jam,
Yg konon sanggup melahirkan seorang Profesional di bidangnya 😅😅
Dan “embel2” FREE alias Gratis pun sering dibubuhkan sebagai “pemanis”,
Walau kenyataannya hanya sekedar omong kosong.
Setelah umpan dipasang dan “korban” masuk perangkap,
Maka segeralah dijerat dg berbagai macam alasan utk “membayar” 😂😅
Dan anehnya,
Banyak yg “interest”,
Tertarik ..
Entah karena memang mereka percaya dg “gombalan” ala tukang obat di pasar,
Dg tingkat ke”elit”an lebih tinggi 😅😅
Atau memang mereka adalah manusia2 ogah capek,
Malas berusaha,
Dan pecinta segala sesuatu yg serba instant.
“Bayar mahal gak apalah,
Yg penting langsung bisa jadi Profesional,
Lumayan ..
Bisa buat Pansos” 😂😂😂
————————————-
Kenapa saya begitu sinis?
Karena saya pernah merasakan berada di dalam jeratan busuk versi mereka,
Dan syukurnya,
Saya masih punya otak yg waras utk tidak melanjutkannya 😅😅
Ceritanya berawal dari sekitar 15tahun lalu,
Saat awal2 saya menjadi staff kantoran.
Sebagai “new comers”,
Saya seringkali merasa “tidak dianggap”,
Apalagi saat berada di antara para Senior.
Sampai kemudian,
Ada salah satu teman sekantor,
Yg mengusulkan agar saya ikut pelatihan yg diadakan secara gratis,
Oleh salah satu lembaga pelatihan di Jakarta.
Terus terang,
Iming2 Gratis ini yg menjadi salah satu daya tariknya,
Langsung saat itu juga dg PeDe nya saya mendaftarkan diri,
Dan langsung mendapat jadwal utk memulai sessi pertemuan.
Pertemuan pertama,
Diadakan sepulang kerja di salah satu ruangan lembaga tersebut,
Diikuti oleh sekitar 25 orang,
Yg sama “culun”nya dg saya.
Acara dimulai dg perkenalan,
Dan alasan mengapa harus memilih lembaga pelatihan tersebut.
Setelah break yg diwarnai dg sajian kopi dan snack 3 macam,
Acara dimulai lagi dg perkenalan diri oleh masing2 peserta.
Setelah itu,
Kami mendapat semacam Guru Pendamping,
Di mana kami langsung berhadapan dg mereka utk “interview”.
Ternyata,
Yg dimaksud dg interview ini adalah kelanjutan dari perkenalan lembaga tadi.
Dimulai dari percakapan ringan ttg motivasi dll nya,
Dan diakhiri dg penjelasan mengenai biaya yg harus dibayar utk mengikuti pelatihan tersebut,
Dg alasan “utk penyediaan modul dan sertifikat”.
Sampai di sini,
Langsung saya bertanya,
“Katanya gratis?? …”
“Iya, mbak ..
Gratis utk konsultasi awal seperti yg kita lakukan tadi,
Selebihnya akan dikenai biaya,
Karena kita mencetak orang2 yg profesional di bidangnya.”
Dan gak main2,
Angka yg disebut cukup fantastis,
Hampir 10x lipat gaji yg saya terima saat itu 😂😂
Dan akhirnya,
Saya memilih “mundur alon2”,
Daripada jadi korban “pemerasan terselubung” 😅😅😅
——————————-
Nyatanya,
Seiring waktu berjalan,
Profesional itu akan terbentuk dg sendirinya.
Dg semakin banyaknya pengalaman,
Dg semakin seringnya kita menghadapi masalah,
Dan kemampuan utk bisa mengatasinya.
Profesional bukan sesuatu yg bisa dicetak secara Instant,
Karena sesuatu yg konon katanya instant pun sebenarnya butuh proses, bukan?
Mie instant maupun bubur instant pun,
Perlu dimasak sebelum benar2 siap disantap to?? 😜😜😜
———————————
Lalu,
Belakangan ini kembali marak pelatihan2 instant yg digelar lewat iklan di Medsos.
Mulai yg benar2 bertemu muka,
Maupun pelatihan virtual yg lagi “booming” karena adanya pandemi COVID19 ini.
Bahkan,
Beberapa teman saya yg mengaku sebagai photographer profesional pun,
Ikut “latah” mengadakan pelatihan ttg “Cara cepat menjadi Fotografer Profesional”.
Dg kisaran harga yg dipatok antara 100-200ribu per kepala dalam sekali tayang,
Dg 10 orang peserta,
Mereka sudah berhasil meraup untung sekitar 1-2juta rupiah,
Hanya dg modal “ngedabrus” doank 😂😂
Sungguh ide yg brilian,
Dalam mencari duit dg memanfaatkan kebodohan orang lain …
Lho,
Koq memanfaatkan kebodohan?? 😆😆
Pasti ada yg bakalan protes seperti itu ….
Ya iyalah,
Mana ada cerita dalam 1jam,
Mendadak bisa jadi Photographer Profesional???
Memotret itu butuh proses,
Belajar mengenal kamera aja,
Belum tentu selesai dalam waktu setahun.
Belum tentang teory,
Belum praktek di lapangan yg pastinya jauh berbeda dg teory nya.
Belum waktu yg harus dimanfaaatkan utk bisa berkarya,
Agar karya kita diakui banyak orang,
Dan pada akhirnya gelar Profesional itu,
Bukan kita yg membubuhkan di belakang nama kita,
Namun karena “pengakuan” dari banyak orang atas karya foto yg kita buat 😊😊
Itu baru satu contoh,
Photographer ..
Bagaimana dg seorang Enterpreneur?
Seorang Pembisnis?
Tentunya bakalan lebih ruwet lagi,
Karena Pembisnis Tulen,
Adalah dia yg telah merasakan “jatuh bangun” nya dalam membangun sebuah usaha.
Dan bukan pembisnis tipikal “Bandung Bondowoso”,
Yg menciptakan Candi Prambanan dalam waktu semalam saja 😂😂😂
————————-
Pada akhirnya,
Kita akan diajak berpikir,
Mengapa banyak Pelatihan “Abal2” yg tersaji saat ini?
Ya karena banyak orang yg mau dibodohi,
Ogah capek, ogah sengsara,
Langsung maunya terkenal dan sugih 😅😅
Dan pertanyaan ala guyonan “Wani Piro” pun,
Akan terlontar tanpa tertulis …
And well,
Itulah harga yg harus dibayar,
Atas kebodohan dan kemalasan kita utk belajar 😂😂😂
Masalahnya,
Mau sampai kapan kita ini mau jadi orang bodoh?
Yg dg sukarela membiarkan diri utk terus-menerus menjadi korban dari kebodohan itu sendiri??? 😜😜
Be Wise 😋😋😋