Indovoices.com –Berjalan-jalan di wilayah Jl. Pangeran Jayakarta,
Pastilah kita akan bertemu dengan sebuah papan berwarna putih,
Yang menunjuk ke arah sebuah gang sempit.
Bertuliskan Cagar Budaya,
Makam Souw Beng Kong.
Papan penunjuk itu benar2 membuat saya penasaran,
Dan ingin singgah ke sana.
Ternyata,
Makam yang merupakan salah satu bukti sejarah perkembangan kota Jakarta tersebut,
Boleh dibilang hampir tidak terurus dengan baik.
Diapit oleh rumah-rumah yang dibangun berdempetan,
Terlihat beberapa jemuran ikut “menghiasi” makam tersebut,
Sementara sampah pun terlihat bertebaran di mana2.
Warga sekitar pun nampaknya tak terlalu peduli,
Dengan keberadaan makam tersebut.
Beberapa yang saya temui,
Malah hanya mengangkat bahu,
Ketika saya bertanya tentang riwayat makam tersebut 😓😓
—————————–
Souw Beng Kong, Kapitein der Chinezen,
Atau kerap disebut Souw Beng Kong.
Adalah kapitein Tionghoa pertama di Batavia, sekaligus perintis perekonomian pada awal abad ke-17.
Ia seorang tokoh yang diandalkan gubernur jenderal pertama Hindia Belanda,
Jan Pieterszoon Coen, saat gagal membuka Batavia sebagai pusat perdagangan.
Beng Koen merupakan pimpinan komunitas Tionghoa di Batavia.
Dia memiliki kedudukan sejajar dengan para Kapitein lain seperti dari Suku Bugis, Bali, Makassar, India, Mardijkers, dan kelompok etnis lain yang mengembangkan Kota Batavia.
Hubungan antaretnis demikian erat,
Dan tercatat Beng Koen memiliki dua istri wanita Bali yang memberinya dua putra.
Beng Koen mencetak uang tembaga,
Saudagar kapal, kontraktor, pedagang, dan juga memegang lisensi penyelenggaraan judi di Batavia.
Beng Koen adalah sobat dari Jan Pieterszoon Coen,
Dan sering berperan sebagai diplomat dalam hubungan antara Belanda dan pihak Banten-Britania.
Dia juga mengembangkan perdagangan antara Formosa (Taiwan) dengan Batavia pada masa akhir dinasti Ming.
_______
Membaca riwayat kehidupan
Souw Beng Kong,
Seakan nyaris berbalik 180derajat dengan kondisi makam saat ini.
Wilayah makam Souw Beng Kong pada abad ke-17 awalnya adalah taman dari kediaman Souw Beng Kong.
Pada bagian tengah nisan tertulis dua karakter Tionghoa berbunyi Ming dan Jia.
Pada batu peringatan di sebelah nisan tersebut barulah tertulis riwayat orang yang dikuburkan dalam bahasa Belanda bertarikh (1619-1640) :
“Kapitein Souw Beng Kong”.
Saat ini, batu nisan Tionghoa makam Beng Koen menyembul di tengah perumahan kumuh yang dibelah Gang Taruna yang sempit di sisi Jalan Pangeran Jayakarta.
Sepintas, tidak ada yang istimewa karena tak ubahnya pemakaman Tionghoa yang dirambah menjadi perumahan.
Miris 😓😓😓
________
Sebuah catatan bagi kita,
Bahwa terkadang kita “melupakan” sejarah ….
Menganggapnya hanyalah masa lalu,
Atau sesuatu yang tak penting ….
Padahal,
Dari sebuah sejarah lah,
Sebenarnya kita bisa belajar …
Bagaimana harus bersikap lebih baik,
Bagi masa depan …
Berharap,
Semoga akan ada perhatian dari warga sekitar,
Atau bahkan Pemda DKI Pusat,
Untuk menjaga dan merehabilitasi makam tersebut.
Karena bagaimanapun juga,
Sejarah tidak boleh dilupakan begitu saja …
Rahayu 🇲🇨🇲🇨