Indovoices.com –02:18
Lebih awal dari biasanya,
Dan selepas menyeduh kopi dan (seperti biasa) memeriksa kucing2 saya,
Memastikan mereka semua dalam keadaan baik2 dan kenyang.
Beranjaklah saya ke teras,
Menikmati malam yang kali ini tidak terlihat gelap,
Malah menurut saya terlalu terang.
Efek tadi sempat turun hujan,
Hingga menyingkirkan awan mendung yang membuat pekatnya malam terkadang terasa bak hitamnya jelaga?? …
Jujur baru saya saya bermimpi,
Dan mungkin mimpi itu yang membuat saya terbangun lebih awal daripada waktu yang biasa.
Mimpi melihat seekor rajawali terbang rendah sekali,
Menukik tajam,
Hingga sayapnya terlihat hampir menyentuh bumi.
Sepersekian detik saya berpikir burung itu akan terjerembab jatuh,
Nyatanya pas di detik terakhir dia melakukan semacam “manuver” cantik,
Berputar dengan indahnya,
Lalu melesat tinggi ke langit biru …
Sebuah mimpi yang entah kenapa membuat saya ikut deg2an,
Antara rasa takut,
Dan berakhir dengan kemenangan mutlak (menurut saya …)
Apakah ini isyarat dari Semesta??? 🤔🤔🤔
—————————–
Sore tadi sempat tertangkap siluet awan yang menutupi cahaya matahari,
Mirip dengan sayap seekor burung.
Lalu saya mengingat seorang sahabat,
Saya ketiklah WA ke dia.
“Kamu ingat pertanyaanku beberapa hari lalu,
Setelah jatuhnya Sriwijaya Air?? …”
“Ya? ..,” tak lama dia membalas.
“Tentang bencana apa lagi yang akan terjadi?? …
Katamu jangan dipikirkan,
Buktine kejadian juga to?? …
Padahal wis ndak saya pikirkan …”
“Berarti emang wis wayahe,” jawab dia lagi.
Wis wayahe …
Sudah saatnya …
Sudah tiba waktunya … 😇😇
————————-
“Yen wis tibo titiwancine,
Kali-kali ilang kedunge, Pasar ilang kumandange, Wong wadon ilang wirange mangka enggal – enggala tapa lelana njlajah desa milang kori patang sasi aja ngasik balik yen during olih pituduh saka Gusti Allah” ( pituturipun Sunan Kalijaga )
Sebuah ajakan untuk mengingatkan supaya manusia segera “berbenah”,
Membenahi diri dalam menghadapi kemajuan jaman yang salah kaprah.
Apakah ini yang dimaksud dengan “wis wayahe?” …
Atau hanya sebuah Kebetulan semata?? … 😇😇😇
Yang pasti,
Semesta tidak pernah mendendam,
Tuhan bukanlah sosok yang jahat,
Dan semua yang terjadi (jika mau berpikir waras dan jujur),
Berawal dari apa yang dilakukan manusia itu sendiri.
Seperti yang pernah saya tuliskan sebelumnya,
Banyak bangunan,
Banyak proyek,
Dibangun tanpa mempedulikan lingkungan.
Mengabaikan AMDAL (Analisis Dampak Lingkungan),
Dan hanya berpatokan kepada keuntungan semata.
Pengerukan pasir dan tanah,
Penambangan sumber daya alam (ilegal),
Membuat kondisi tanah menjadi rentan terhadap adanya getaran yang seringkali terjadi di dalam perut bumi,
Mengingat letak geografi Nusantara yang terdiri atas kepulauan,
Dan diapit dua samudera,
Serta lempengan bumi yang masih selalu bergerak (lempeng Asia dan lempeng Australia).
Banyak bangunan dibuat dengan fondasi seadanya.
“Pokoke asal iso ngadeg jejeg,”
Kalo kata orang Jawa.
Padahal untuk bangunan-bangunan dengan ketinggian tertentu,
Diperlukan fondasi yang cukup kuat,
Agar tidak mudah goyah saat terjadi goncangan di dalam dasar bumi.
Dan well,
Karena berpatokan pada keuntungan semata,
Hal2 pokok seperti inipun diabaikan.
Yang penting bangunan bisa berdiri,
Bisa segera dioperasikan,
Dan syukur2 bisa BH mendatangkan keuntungan,
Hingga cepat balik modalnya 😉😉
——————————
“Kita mesti telanjang dan benar2 bersih,
Suci lahir dan di dalam batin.
Tengoklah ke dalam sebelum bicara,
Singkirkan debu yang masih melekat …”
(“Untuk Kita Renungkan” by Ebiet G. Ade)
Mari mencoba kembali menjadi jiwa2 yang bersih,
Jiwa yang suci ….
Yang bukan selalu berpikir tentang keuntungan pribadi semata,
Namun juga berpikir bagi orang banyak,
Bagi sesama makhluk ciptaan Tuhan.
Sekali lagi,
Tuhan tidak pernah membenci ..
Semesta tidak pernah mendendam ….
Semua terjadi karena ulah manusia itu sendiri,
Yang seringnya melalaikan kewajiban sebagai salah satu dari sekian banyak ciptaan NYA.
Manusia yang menganggap diri sebagai makhluk paling sempurna,
Manusia yang kemudian menjadi arogan,
Manusia yang pada akhirnya merasa sebagai sosok superior,
Yang mampu berkuasa atas bumi ini.
Kita ini sebenarnya sedang menuai Karma,
Karma yang telah kita lakukan bertahun2.
Karma yang seringkali kita anggap hanya ada di legenda,
Atau kisah2 masa lalu.
Karma yang seringkali kita abaikan,
Karena menganggapnya hanya ada di buku2 dongeng semata.
Atau untuk yang menolak sebutan Karma,
Katakanlah kita sedang “menuai” apa yang telah kita lakukan selama ini.
Hukum Sebab Akibat,
Tetap berlaku, bukan??
Apa yang terjadi saat ini,
Selalu ada penyebab nya …
Dan tak mungkin terjadi dengan tiba2,
Dengan “ujug2” tanpa ada isyarat sebelumnya ☺☺
—————————–
Jadi,
Marilah kita sekarang kembali kepada hakekat sebagai manusia ciptaan Tuhan.
Bahwa di hadapan Tuhan,
Kita ini bukan siapa2 ..
Terlahir dalam keadaan telanjang,
Dan kelak kita akan matipun dalam keadaan yang sama.
Jadi tugas kita di dunia ini,
Hanya menabur …
Hanya menyemai kebaikan …. 🌱🌱
Tentang kelak siapa yang akan menuainya,
Itu bukan lagi urusan kita ….. 😊😊😊
Ambil porsi yang dibutuhkan,
Dan tinggalkan sisanya untuk kebaikan semesta.
Toh perut kita hanya sanggup menampung porsi makanan yang terbatas 😉😉
Ingat …
Itu perut,
Bukan gentong 😃😃😃
.
.
.
.
“Memayu Hayuning Bawono”
Menjaga keselarasan dan keharmonisan antara sesama makhluk hidup di dunia.
Kepada sahabat,
Sanak saudara,
Kerabat dan handai taulan yang sedang terkena musibah dan bencana di berbagai daerah di Nusantara.
Terutama bencana tanah longsor di Sumedang (Jawa Barat),
Gempa bumi di Mamuju dan Majene (Sulawesi Barat),
Serta banjir di Kalimantan Selatan.
Semoga keadaan berangsur2 kembali normal dan membaik.
Dan doa yang terbaik saya titipkan kepada Tuhan bagi kebaikan kalian semua di sana 😇😇
Semoga Indonesia segera pulih kembali,
Semoga semua makhluk berbahagia,
Rahayu 🙏🙏🙏