Indovoices.com-Sejak tahun 2000 an, saya aktif di dunia maya. Tahun 2000 an ada group group milis menggunakan e_mail. Ketika itu saya menggunakan yahoogroups dan googlegroups. Di group group itu saya banyak berdiskusi. Diskusi sosial politik, ekonomi, pendidikan, kehutanan, kelautan, lingkungan hidup dan lain sebagainya.
Dari diskusi diskusi itu muncul tulisan tulisan saya di media konvensional seperti Kompas, Suara Pembaruan, Sinar Harapan, Sindo, Jurnal Nasional, Analisa, Reformata, dan lain sebagainya. Saya melihat, diskusi diskusi di dunia maya menambah wawasan saya. Kecuali, diskusi menjelang Pemilu dan Pilkada. Dialog menjelang Pemilu dan Pilkada itu acapkali peserta diskusi irasional.
Dari pengalaman itu, saya melihat ada 3 kategori manusia dalam diskusi. Kategori pertama adalah komentar-komentarnya sangat membangun. Sering membuat pertanyaan pertanyaan yang mempertajam diskusi. Selain memberi pertanyaan yang mempertajam diskusi, sering memberikan informasi baru tentang topik diskusi. Orang semacam ini mempertajam pemikiran dirinya dan memperluas wawasan orang lain. Kategori kedua adalah peserta diskusi yang menganggap orang lain bodoh. Komentarnya menyerang mitra diskusinya. Komentarnya tidak ada kaitan diskusi. Diskusi makin buyar dibuatnya.
Kategori kedua ini tidak paham etika berdiskusi. Senang komentar, bahkan paling banyak komentarnya. Sayangnya, komentarnya membuat orang kesal bahkan banyak orang memblokirnya.
Kategori ketiga adalah sesekali komentar, kategori ini menganggap diskusi diskusi itu tak begitu bermanfaat. Atau, cukup baca baca saja. Bisa juga pengaruh kesibukan.
Dari ketiga kategori ini, hal perlu diingat adalah komentar itu membangun diri kita dan orang lain. Kategori peserta diskusi yang senang menyerang pribadi sebetulnya melukai dirinya sendiri dan oramg lain. Jika seseorang yang tidak membangun dirinya dalam berdiskusi maka lama kelamaan menambah masalah bagi dirinya sendiri.
Karena itu, dalam dialog di dunia nyata, maupun maya kita harus ingat bahwa komentar kita membangun diri sendiri dan orang lain. Diri kita yang kita bangun akan berdampak kepada kenyamanan diri kita dan keluarga. Percakapan yang membangun akan berfaedah bagi kita dan banyak orang. Era digital ini membutuhkan komentar komentar yang membangun. Komentar yang membangun tersebar luas dan terjadilah transformasi nilai. Transformasi nilai merupakan panggilan hidup dalam membangun peradaban. Peradaban akan menghasilkan dama sejahtera bagi sesama.
#gurmanpunyacerita