Indovoices.com-Kegiatan kuliah kerja nyata (KKN) Revolusi Mental sangat strategis dalam upaya mensosialisasikan Program Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) melalui perguruan tinggi dan mahasiswa, masyarakat perdesaan dapat tersentuh langsung dengan program GNRM. Demikian disampaikan Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Muhadjir Effendy saat memberikan sambutan pada Rapat Evaluasi Kuliah Kerja Tematik Revolusi Mental Tahun 2019 di Jakarta.
Menurut Menko PMK, program GNRM dimaksudkan untuk membentuk karakter bangsa yang berintegritas, beretos kerja keras, dan bergotong royong. Fakta membuktikan bahwa perubahan-perubahan besar yang terjadi dalam perjalanan sejarah bangsa tidak terlepas dari peran para pemuda terutama mahasiswa.
Kuliah Kerja Nyata, kata Menko PMK Muhadjir Effendy, merupakan salah satu kegiatan perguruan tinggi yang telah bersinergi dengan Kemenko PMK. Selama empat tahun ada 55 kampus yang telah bermitra dengan Kemenko PMK dalam mensukseskan GNRM. Kampus dan perguruan tinggi menjadi garda terdepan dalam implementasi GNRM yang mendorong perubahan pola pikir, sikap dan perilaku yang berorientasi pada kemajuan di tengah masyarakat. Dengan GNRM, menurut Menko, diharapkan Indonesia menjadi bangsa yang besar dan mampu berkompetisi dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Dalam konteks ini, mahasiswa di PT merupakan ujung tombak implementasi GNRM dengan berperan sebagai Agent of Change.
Berdasarkan laporan, secara akumulatif dari tahun 2016 sampai dengan 2019 terdapat lebih dari 42.000 mahasiswa aktif dalam kegiatan KKN RM. Mahasiswa tinggal di lokasi KKN RM selama kurang lebih 42 hari. Mereka menyatu dengan masyarakat, belajar memahami kehidupan masyarakat dan bersama-sama melaksanakan berbagai program KKN RM. Melalui program ini tidak saja masyarakat mendapatkan manfaat, tetapi mahasiswa juga mendapatkan bekal pengetahuan tentang persoalan riil yang dihadapi masyarakat. Kehadiran 42.000 mahasiswa setara dengan 1.764.000 jam hari kerja. Setidaknya melalui program ini mahasiswa menjadi bagian dari masyarakat yang telah melaksanakan revmen.
“Saya berharap semua PT terutama yang telah 3 dan 4 kali menjadi pelaksana KKN RM dapat semakin baik dalam hal program maupun secara administrasi. Jangkauannya pun tentu saja harus lebih banyak dan luas. Hal ini sejalan dengan harapan Presiden Joko Widodo bahwa kebijakan pemerintah tidak hanya sekadar sent tetapi juga delivered. Program tidak hanya sekadar dilakukan untuk masyarakat tetapi justru harus diterima dan dirasakan oleh masyarakat,” kata Menko PMK Muhadjir Effendy.
Di akhir sambutan, Menko PMK berpesan agar Perguruan Tinggi mengarahkan mahasiswa untuk mengembangkan inovasi, kreativitas, toleransi, nasionalisme dan semangat entrepreneurship. Perguruan Tinggi diharapkan melahirkan SDM calon pemimpin bangsa yang unggul dengan tetap memegang nilai-nilai luhur bangsa.
Setelah memberikan sambutan, Menko PMK dengan didampingi oleh Seskemenko PMK YB Satyasana Nugraha, Deputi Bidang Koordinasi Pendidikan dan Agama Kemenko PMK Agus Sartono, Deputi Bidang Koordinasi Kebudayaan Kemenko PMK Nyoman Shuida serta para Rektor yang hadir membuka secara resmi pelaksanaan rapat.
Sebelumnya, Menko PMK juga berkesempatan memberikan penghargaan kepada PT yang sukses dalam pelaksanaan KKN RM. Untuk kategori Program Terbaik diraih oleh Universitas Diponegoro, kategori Tata Kelola Administrasi terbaik diraih UIN Sultan Maulana Hasanuddin, Kategori Publikasi Terbaik diraih IAIN Tulungagung, dan Kategori PT Terfavorit diraih Universitas Borneo Tarakan.
Sementara dalam laporannya, Deputi Bidang Koordinasi Pendidikan dan Agama Kemenko PMK, Agus Sartono mengatakan, kegiatan KKN tematik RM sejak dari awalnya diinisiasi bersamaan dengan program GNRM. KKN tematik RM, lanjut Agus Sartono, dinilai sangat efektif dalam menyebarkan tiga nilai GNRM, yaitu integritas, etos kerja, dan gotong royong.
Pertimbangan lainnya, kata Agus Sartono, terkait dengan penghematan anggaran. Kalau dibuat kegiatan semacam sosialisasi nilai-nilai GNRM tersebut ke daerah-daerah akan menghabiskan banyak anggaran dan orang, sasarannya pun kurang tepat, sebab biasanya acara sosialisasi banyak dihadiri oleh pejabat. “Kalau kita mengundang sosialisasi di daerah, kalu misalnya undangannya 100 pasti pejabat yang datang sekitar 50 persennya,” katanya.
Menurut Agus Sartono, akan lebih mudah menggunakan mahasiswa dalam mensosialisasikan nilai-nilai GNRM. Pemerintah dengan mudah mendapatkan sebanyak 42.000 mahasiswa yang dapat diterjunkan langsung ke desa-desa. Selain itu, lanjut Agus ada multiplier efek di mana 42.000 mahasiswa jauh lebih efektif dan efesien dalam menggerakkan perubahan dibandingkan menerjunkan dosen, para ahli, expert di kegiatan yang sama. “Karena mahasiswa masih memiliki tempat yang spesial di masyarakat,” ujar Agus Sartono.(jpp)