Indovoices.com –Seorang Biarawati dari Myanmar, Suster Ann Rose Nu Tawng tampak memohon kepada sekelompok petugas polisi bersenjata lengkap untuk tidak melepaskan peluru kepada anak-anak.
Dirinya berlutut, mengenakan pakaian putih, tangannya terentang, memohon kepada kekuatan junta baru negara itu saat mereka bersiap untuk menindak protes massa.
Hal tersebut pun telah menjadikannya viral, bahkan tindakannya banyak dipuji oleh masyarakat.
Bahkan dirinya bersedia untuk ditembak, asalkan sasaran polisi bukan anak-anak.
“Saya berlutut … memohon kepada mereka agar tidak menembak dan menyiksa anak-anak, tetapi malah menembak dan membunuh saya,” katanya dikutip dari CNA, Rabu (10/3/2021).
Protes yang menuntut kembalinya demokrasi di Myanmar terus bergulir.
Dan junta terus meningkatkan penggunaan kekuatannya, menggunakan gas air mata, meriam air, peluru karet, dan peluru tajam, untuk menghadapi massa pendemo.
Para pengunjuk rasa turun ke jalan-jalan di Myitkyina, ibu kota negara bagian Kachin, pada hari Senin mengenakan topi pengaman dan membawa perisai buatan sendiri.
Saat polisi mulai berkumpul di sekitar mereka, Suster Ann Rose Nu Tawng dan dua biarawati lainnya memohon agar mereka pergi.
“Polisi mengejar untuk menangkap mereka dan saya mengkhawatirkan anak-anak,” katanya.
Pada saat itulah biarawati berusia 45 tahun itu berlutut.
Tawng, yang menjalankan sebuah klinik di kota itu, mengatakan dalam sebuah wawancara dengan Reuters bahwa dia telah menerima jaminan dari petugas senior bahwa mereka baru saja membersihkan jalan.
“Anak-anak panik dan lari ke depan … Saya tidak bisa berbuat apa-apa tapi saya berdoa agar Tuhan menyelamatkan dan membantu anak-anak,” katanya.
Dia juga mengatakan kepada Reuters bahwa mereka mendengar suara tembakan keras, dan melihat bahwa seorang anak kecil menjadi korba, bahkan bak ada sungai darah di jalan.
Tawng mengatakan dia mencoba membawa beberapa korban ke klinik sebelum dia dibutakan oleh gas air mata.
“Lantai klinik kami menjadi lautan darah,” katanya.
“Kita perlu menghargai hidup. Itu membuatku merasa sangat sedih.”
Gadis 19 Tahun Tewas Ditembak Polisi
Seorang gadis yang karib disapa Angel, mendadak menjadi santer terdengar di media lantaran telah menjadi korban dalam demo kudeta Myanmar.
Seperti yang telah diberitakan sebelumnya, Angel meninggal dunia setelah tertembak di bagian kepala oleh polisi.
Dikutip dari Los Angeles Times, pada hari Rabu (3/3/2021), foto remaja berusia 19 tahun itu tersebar di media sosial.
Foto-foto Angel pada saat-saat terakhir dalam hidupnya terekam kamera.
Protes kudeta Myanmar tersebut terjadi tepatnya di Mandalay, Myanmar.
Saat mengikuti demo tersebut, gadis remaja bernama asli Ma Kyal Sin mengenakan T-shirt hitam bertuliskan “Semuanya akan baik-baik saja“.
Teriakan Terakhir
Saat aksi demo, Angel sempat berteriak: “Kami tidak akan lari!”
Segera setelah itu, dia terbunuh oleh peluru di kepala.
Sementara dikutip dari The Times, para saksi melihat Angel menendang dan membuka pipa air sehingga pengunjuk rasa dapat mencuci wajahnya dari gas air.
Tanpa rasa takut, ia melemparkan tabung gas air mata kembali ke polisi.
“Frontliners, duduklah. Kalian tidak boleh mati! ” Angel berteriak.
Beberapa saat kemudian, dia terbunuh oleh tembakan.
Tidak diketahui apakah dia sengaja menjadi sasaran.
Myat Thu (23), seorang demosntran yang bersama Angel saat protes, mengenang wanita muda pemberani tersebut.
“Ketika polisi melepaskan tembakan, dia mengatakan kepada saya ‘Duduk! Duduk! Peluru akan menghantammu. Anda terlihat seperti berada di atas panggung’,” kenang Myat Thu.
“Dia merawat dan melindungi orang lain sebagai seorang kawan,” imbuhnya.
Hingga akhirnya, Myat Thu mengetahui Angel telah tewas tertembak.
Kyal Sin, juga dikenal dengan nama China-nya, Deng Jia Xi, telah muncul sebagai martir awal dan simbol perlawanan terhadap junta militer yang bermaksud menggunakan kekerasan.
Ia tumbuh untuk menekan gerakan protes, yang tidak menunjukkan tanda-tanda akan berhenti.
Sosok Kyal Sin pun juga diunggah di instagram oleh seorang aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) asal Australia, Drew Pavlou.
Drew Pavlou sendiri dikenal lantaran kritiknya terhadap Pemerintah China dan Partai Komunis China.
Sosok sang ‘Angel’ Kyal Sin
Dikutip dari BBC, Myat Thu mengenal Angel di kelas taekwondo.
Dia adalah seorang ahli seni bela diri serta penari di DA-Star Dance Club Mandalay.
“Dia adalah gadis yang bahagia, dia mencintai keluarganya dan ayahnya juga sangat mencintainya,” kata Myat Thu, yang sekarang bersembunyi.
Sosok Angel pun terkenal pemberani, lantaran dirinya tetap berada dalam aksi tersebut walaupun mengetahui sangat berbahaya.
Sadar akan bahaya yaang dihadapi, Angel sempat menulis rincian golongan darahnya di Facebook.
Ia meminta agar organnya disumbangkan jika dia meninggal.
Seolah tidak terpengaruh oleh kematian Kyal Sin, para pengunjuk rasa tetap beraksi ke jalan-jalan Yangon dan Mandalay, dua kota terbesar di negara itu, serta kota-kota lain.
Bahkan, polisi melepaskan tembakan dan menggunakan gas air mata untuk membubarkan pengunjuk rasa di Yangon dan kota Monywa.
Penduduk mengatakan bahwa lima jet tempur melakukan lintasan rendah dalam formasi di atas Mandalay pada Kamis pagi, yang tampaknya menunjukkan kekuatan militer.
Lebih dari 1.700 orang, termasuk anggota parlemen dan pengunjuk rasa, telah ditahan sejak kudeta.
Penangkapan telah meningkat, yang mana 29 jurnalis ditahan dalam beberapa hari terakhir.