“Ketahanan Pangan adalah kemampuan suatu bangsa,
Utk dapat memenuhi kebutuhan makanannya sendiri,
Sekaligus dalam menyediakan cadangan pangan,
Utk dipergunakan sendiri,
Maupun bagi kepentingan eksport ke luar negeri”.
Lebih kurangnya,
Seperti itulah pengertian secara umum,
Yg bisa dipelajari dalam situasi yg terjadi di negara2 agraris.
Salah satunya adalah Indonesia,
Yg juga merupakan negara agraris paling luas lahan pertaniannya,
Dg penduduk yg bermata pencaharian sebagai petani pun juga cukup banyak.
Dua hal yg menjadi modal utama,
Dalam gerak langkah kemajuan sebuah negara yg menitik beratkan pembangunan di sektor pertanian :
Lahan dan Sumber Daya Manusia (SDM).
Belakangan ini
Pemerintahan Jokowi sedang menggalakkan ttg Ketahanan Pangan,
Terutama sejak wabah Pandemi Covid19 melanda negeri ini.
Perekonomian di sektor industri dan pariwisata nyaris tak ada pergerakan sama sekali,
Alias mati suri.
Eksport bahan tambang serta produk2 industri terhenti,
Juga grafik kedatangan wisatawan asing maupun lokal ke tempat2 wisata nyaris berada di titik paling rendah.
Daya beli masyarakat merosot tajam,
Sementara kebutuhan pangan terus berjalan.
Menyikapi hal tersebut,
Mau tidak mau Pemerintah harus mengambil langkah2 yg bijaksana,
Dalam menyiasati keadaan yg (boleh dibilang) sangat mengkhawatirkan.
Salah satunya,
Yaitu dg menggerakkan program Ketahanan Pangan,
Di mana pemanfaatan tanah2 yg tak terpakai atau didiamkan selama ini,
Menjadi lahan pertanian,
Dimaksudkan agar dapat memenuhi kebutuhan pangan masyarakat secara menyeluruh.
——————————
Ketahanan Pangan yg dimaksud bukan selalu harus padi,
Tapi juga bahan makanan lainnya,
Termasuk produk palawija,
Yg kesemuanya dapat menunjang kebutuhan pangan masyarakat.
Dalam kaitannya dg program tersebut,
Departemen Pertanian selaku “Center Point” nya,
Akan bekerjasama dg perusahaan2 pertanian,
Penyedia bibit tanaman,
Penyedia pupuk dan juga mesin2 pertanian.
Utk bisa bersinergi dg pemerintah pusat dan daerah,
Terkait dg pelaksanaan program,
Yg akan dijalankan di lapangan oleh masyarakat.
Selain itu,
Masyarakat juga akan diajak utk mendapatkan hasil lebih dari produk2 pertanian yg dihasilkannya.
Yaitu dg tidak menjual secara mentah2,
Namun dg mengolahnya menjadi produk baru,
Yg harganya pasti akan lebih mahal saat dilempar ke pasaran.
Inilah yg pada akhirnya juga melahirkan industri2 kecil atau rumahan (UKM – Usaha Kecil Menengah),
Yg diharapkan juga dapat menyerap tenaga kerja baru,
Dan secara tidak langsung akan mengurangi angka pengangguran.
—————————–
Mengenai strategi pemasaran produk baru tersebut,
Pastinya akan menggandeng Koperasi,
Maupun lembaga2 keuangan,
Yg pastinya semua berada di bawah pengawasan ketat Pemerintah.
Agar tidak ada kecurangan ataupun kebocoran dana,
Yg akan mengakibatkan program ini menjadi “mandeg”,
Dan merugikan banyak pihak.
.
.
.
.
Kita memang sama2 tidak tau,
Sampai Pandemi Covid19 ini akan berakhir.
Tapi satu hal yg harus kita sadari,
Bahwa hidup akan terus berjalan …
Kita tak bisa selamanya menggantungkan nasib pada Pemerintah,
Tapi sebagai manusia yg diberikan akal dan pikiran,
Kita “dituntut” utk berusaha agar bisa terus bertahan hidup,
Dg segala daya upaya dan kemampuan yg kita miliki …
Pada akhirnya,
Kita juga sama2 tau,
Bahwa Pandemi Covid19 ini,
Telah mengajarkan banyak hal baru kepada kita …
Membuat kita sejenak melepaskan Ego,
Dan lebih banyak berpikir ttg bagaimana berbuat lebih banyak Kebaikan bagi sesama ….
Dan pada akhirnya pula,
Kita akan dengan bangga melihat lahirnya para Petani Milenial …
Petani yg berasal dari anak2 muda Indonesia,
Yg punya semangat juang tinggi dibarengi keahlian yg cukup memadai.
Utk bisa lebih mengembangkan sektor pertanian Nusantara,
Menjadi salah satu penyokong utama Pembangunan Nasional …
Salam cerdas Indonesia,
Salam Indonesia Raya … 🇮🇩🇮🇩
By : Rr. Diah Mustika Sari (Indovoice)
(Lokasi : Area perkebunan bawang merah dan sawi di daerah Ciwidey, Bandung Selatan)