“Barangsiapa tidak berani,
Dia tidak bakal menang,
Itulah semboyanku!!
Maju!!
Semua harus dimulai dengan berani!!
Pemberani-pemberani memenangkan tiga perempat dunia”
(Kartini via Pramoedya Ananta Toer)
——————————–+
Membaca tulisan sang Maestro Sastra Pramoedya Ananta Toer berjudul “Panggil Aku Kartini Saja”,
Seakan saya diajak melihat sosok Kartini yg sedikit berbeda.
Bukan sosok anggun berkebaya putih,
Seperti yg biasa ditampilkan di dalam gambar.
Tapi sosok perempuan Jawa,
Perempuan Indonesia,
Yg punya semangat juang tinggi,
Utk bisa menaklukkan dunia.
Minimal,
Bisa melakukan kebaikan bagi dirinya sendiri,
Dan sesamanya.
Kartini,
Gadis pingitan yg dinikahkah secara paksa,
Lalu melahirkan,
Lalu mati.
Sebuah kisah kehidupan seorang Perempuan yg kelihatannya cukup tragis.
Namun,
Dari kehidupan yg hanya sesaat itu,
Dia mampu merubah dunia.
Dengan pikiran2 nya yg luar biasa,
Boleh dibilang “out of the box” utk saat itu,
Dia mampu melawan kesepian karena pingitan,
Melawan arus kekuasaan besar penjajahan dari dinding tebal kotak “penjara” kabupaten yg menyekapnya bertahun2.
Lewat kepekaannya,
Kepeduliannya,
Dia tulis segala hal yg merupakan wujud dari perasaannya yg tertekan.
Dan hasilnya luar biasa.
Bukan saja orang mengenal namanya,
Namun suaranya mampu terdengar sampai jauh.
Berapa jarak Indonesia dg Belanda saat itu?
Dan suara yg dibawa nya mendunia,
Hingga akhirnya mampu memerdekakan kaum nya,
Perempuan Indonesia …
————————-
21 April 1879,
Seorang bayi perempuan terlahir di Kabupaten Jepara.
Bayi perempuan yg kelak akan tumbuh,
Menjadi seorang pahlawan Perempuan,
Yg berjuang lewat tulisan2nya,
Lewat kritikan2 tajam nya,
Tak ubahnya seperti seorang perwira perang yg berjuang dg senjata nya yg paling canggih.
Tulisan2 yg akhirnya berhasil merubah wajah dunia,
Memberi keleluasaan kepada Perempuan Indonesia,
Utk mengenyam pendidikan,
Bangku sekolah,
Dan bukan hanya sekedar jadi “konco wingking”,
Atau sekedar pelengkap kehidupan semata.
Sebuah impian dan cita2 akan adanya persamaan derajat,
Persamaan hak,
Antara Lelaki dan Perempuan,
Telah dia perjuangkan semasa hidup hingga akhir hayatnya.
Waktu terus berlalu,
Tanpa terasa,
141 tahun sejak kelahirannya telah berlalu …
Masihkah tetap relevan perjuangan Kartini di masa sekarang,
Atau sudah mulai memudar tergerus jaman??? …
—————————
Tiap tahun,
Kita peringati bersama kelahiran RA Kartini,
Dg mengadakan banyak lomba2,
Mulai dari lomba mengenakan kain dan kebaya,
Lomba memasak,
Paduan suara,
Diskusi2 penuh semangat ttg kesetaraan gender juga gerakan feminisme,
Dan masih banyak lagi.
Dan kanak2 pun setengah “dipaksa” oleh sekolah,
Utk berdandan ala Kartini.
Mengenakan kebaya plus kain dan sanggul,
Lucu dan menyenangkan melihat nya.
Tapi,
Apa yg didapat selepas itu semua?
Ephoria sesaat,
Sedikit hura2 berlabelkan Indonesia,
Namun kehilangan makna yg sebenarnya?? …
Sejarah Indonesia,
Mencatat banyak Perempuan Indonesia yg tampil “mempesona” dalam kancah internasional …
Termasuk di jajaran Pemerintahan setahun belakangan ini …
Sebut saja Ibu Susi Pudjiastuti (mantan Menteri Perikanan),
Ibu Retno Marsudi (Menteri Luar Negeri).
Juga ada Yenny Wahid (Yayasan Wahid Foundation),
Megawati Soekarnoputri (Ketua Umum PDIP),
Anne Avantie dan Dian Oerip (Desaigner ternama Indonesia),
Dan masih banyak lagi.
Sayangnya,
Di tengah gaung kecintaan yg mereka bunyikan utk negeri tercinta Nusantara.
Ada pula perempuan2 Indonesia,
Yg dg sengaja merusak nya.
Menebar fitnah,
Menganggap bahwa emansipasi adalah sebuah kebebasan utk melakukan apa saja,
Sampai pada gerakan Feminisme,
Yg pastinya bertentangan dg emansipasi yg digagas oleh RA. Kartini itu sendiri.
Kartini hanya menginginkan adanya “persamaan hak antara pria dan wanita”,
Dan bukan “penjajahan atas nama emansipasi, yg dilakukan perempuan kepada kaum lelaki”.
Dan inilah yg akhirnya banyak terjadi saat ini,
Salah kaprah dalam pemaknaan Emansipasi itu sendiri.
Padahal,
Seharusnya Lelaki dan Perempuan itu berdiri sejajar,
Saling menghormati,
Dalam peri kehidupannya masing2.
Pertanyaan sederhana ..
Mampukah kita menjadi Kartini2 Muda Jaman Now,
Tanpa kehilangan makna sesungguhnya,
Dari sebuah Emansipasi?
Ataukah hanya menjadikan kata Emansipasi,
Sebagai “senjata”,
Utk “melakukan penjajahan” kepada kaum lelaki??
Mampukah kita menjadi Kartini2 Jaman Now,
Yg membuat RA. Kartini tersenyum bangga?? …
Salam waras Indonesia,
Salam Indonesia Raya 🇲🇨🇲🇨