“Hidup adalah Pilihan”
(Dan manusia diberi kesempatan utk memilih yg terbaik bagi dirinya)
Seorang anak muda yg putus sekolah,
Namun dg bakat ketekunan nya,
Akhirnya dia mampu mendirikan sekolah gratis,
Yg diperuntukkan bagi anak2 kurang mampu …
Hari2nya disibukkan dg anak2 tersebut,
Beberapa bahkan tinggal bersamanya,
Karena jarak yg cukup jauh utk pulang ke rumah orang tuanya.
Hingga satu saat,
Kabar ttg anak muda itu sampailah ke telinga Pimpinan di wilayah itu.
Serta merta,
Dipanggillah dia ke pendopo kabupaten tersebut …
“Anak muda,
Kudengar kau mendirikan sekolah utk anak2 kurang mampu ya?”
“Sebenarnya belum benar2 menjadi sekolah, Pak.
Masih jauh dari sempurna.
Saya hanya menyediakan tempat bagi mereka yg ingin belajar saja …”
“Boleh tau,
Apa alasan mu?? …”
“Dulu orang tua saya tak mampu menyekolahkan saya hingga tamat,
Hingga saya kesulitan saat harus mencari pekerjaan,
Ketika orang tua saya sakit dan butuh biaya.
Hingga akhirnya saya diterima bekerja di sebuah toko kelontong kecil,
Milik seorang kakek Cina.
Dialah yg mengajari saya banyak hal.
Saya ingat kalimat terakhir dari kakek itu,
Hampir sama dg yg diucapkan oleh Ibu saya, Pak …”
“Bolehkah aku mengetahuinya, Anak muda?”
“Beliau berkata,
Kelak jika kau cukup memiliki pengetahuan,
Maka bagikanlah kepada orang yg membutuhkan.
Cukup dirimu saja yg merasakan kebodohan,
Namun jangan orang lain …”
“Dan itu alasanmu membuka sekolah bagi anak2 kurang mampu? ..”
“Saya pernah mengalami,
Bagaimana saya ditolak karena kebodohan saya …
Saya tidak ingin kisah saya terulang pada anak2 yg nasibnya sama dg saya …”
Lama sang Pimpinan itu terdiam,
Seakan merenungi apa yg diucapkan oleh anak muda tadi.
“Anak muda,
Sungguh aku tertarik dg kisahmu tadi.
Maukah kau bekerja membantuku? … ”
“Aduh, Pak ..
Apalah yg bisa saya lakukan?
Saya ini hanya manusia bodoh,
Yg sekolah pun tak tamat.
Bagaimana saya bisa bekerja utk Bapak? ..”
“Justru itu,
Kau bisa membantuku utk mengajak banyak orang lebih maju,
Dg meng adaptasi kisah mu …”
Anak muda itu terdiam,
Sementara sang Pemimpin dg sabar menanti jawaban darinya.
“Bagaimana?
Bersediakah engkau? ..
Demi anak2 muda lainnya di daerah ini? …”
Perlahan anak muda itu menganggukkan kepalanya,
Sang Pemimpin tersenyum sumringah.
“Tapi hanya sebentar ya, Pak? …
Setelah semuanya beres,
Ijinkan saya kembali ke kehidupan saya sendiri …
Karena tentunya,
Saya gak akan bisa maksimal,
Bekerja di dua wilayah yg berbeda …”
Sang Pemimpin tersenyum,
“Saya hargai keputusanmu,
Bantulah saya utk memulai nya ..
Dan setelah semua berjalan dg baik,
Kau bebas utk kembali ke kehidupanmu sendiri …”
———————–
Waktu terus berjalan,
Tanpa terasa waktu sepuluh tahun pun terlewati sudah ..
Anak muda itu telah tumbuh dewasa,
Dan setiap orang di daerah itupun mengenal namanya …
Satu saat,
Dia menemui sang Pemimpin utk berpamitan …
“Bapak,
Kiranya cukup sudah saya bekerja membantu Bapak …
Sudah tiba saatnya utk saya kembali pulang,
Kepada kehidupan saya sendiri …”
Sang Pemimpin tak kuasa menitikkan air mata,
Dia tau persis bagaimana sepak terjang anak muda itu,
Dalam membantu mengatasi kebodohan yg ada di wilayahnya.
Ada hasrat ingin menahan,
Tapi bukankah ksatria tak pernah mengingkari janjinya sendiri?
“Terima kasih banyak,
Atas bantuan mu selama ini.
Lalu,
Apa yg bisa kuberikan kepadamu,
Sebagai ungkapan rasa terima kasihku atas jasamu selama ini? …”
Pemuda itu tertawa,
“Aku tak pernah berharap apapun,
Melihat semangat anak2 di sini pun,
Sudah cukup membuatku merasa senang …
Jagalah agar mereka tetap bersemangat,
Itu saja …”
Lalu,
Merekapun berpelukan erat,
Sebelum sesaat kemudian sang Pemuda melangkahkan kaki,
Pulang kembali ke desanya,
Ke sekolah yg selama setahun dia tinggalkan,
Dan hanya sesekali ditengoknya.
Ada kewajiban yg tetap harus diteruskan,
Bukan kepada daerahnya,
Namun janji kepada orang2 yg telah memberikan kesempatan kepadanya,
Utk menjadi lebih baik.
“Hidup adalah sebuah pilihan,
Menjadi baik bagi diri sendiri,
Atau menabur kebaikan bagi sesama”