Belum lama ini, Menteri Keuangan (Menkeu) Republik Indonesia, Sri Mulyani Indrawati, mendapatkan Penghargaan Menteri Terbaik di Dunia (Best Minister in the World Award) di World Government Summit yang diselenggarakan di Dubai, Uni Arab Emirates. Penghargaan tersebut diserahkan langsung oleh pemimpin Dubai, Sheikh Mohammad bin Rashid Al Maktoum.
Penghargaan Menteri Terbaik ini merupakan penghargaan global yang diberikan kepada satu orang menteri dari semua negara di dunia setiap tahunnya dan mulai diberikan sejak tahun 2016 yang proses seleksi dan penentuan pemenangnya dilakukan oleh lembaga independen Ernst & Young dan diselenggarakan oleh World Government Summit.
Sri Mulyani sendiri dalam sambutannya menyampaikan apresiasinya menjadi penerima pertama dari Asia yang menerima penghargaan tersebut. Dalam kesempatan tersebut, Menkeu mengatakan bahwa penghargaan tersebut merupakan pengakuan atas kerja kolektif pemerintah dibawah pimpinan Presiden Joko Widodo, khususnya di bidang ekonomi.
Menteri Keuangan yang juga pernah menjabat Direktur Pelaksana Bank Dunia tersebut, mendedikasikan penghargaan yang diterimanya kepada 257 juta rakyat Indonesia dan 78.164 jajaran Kementerian Keuangan yang telah bekerja keras untuk mengelola keuangan negara dengan integritas dan komitmen tinggi untuk menciptakan kesejahteraan rakyat yang merata dan berkeadilan.
World Government Summit dihadiri lebih dari 4000 peserta dan 90 pembicara dari 150 negara dan lembaga internasional. Pemberian penghargaan Menteri Terbaik Di Dunia, melengkapi prestasi sebelumnya yang diberikan oleh Majalah Finance Asia yang berbasis di Hong Kong, menobatkan Sri Mulyani sebagai menteri keuangan terbaik se-Asia, tahun 2017 yang lalu.
Selain Sri Mulyani, yang tidak kalah berprestasinya adalah Susi Pudjiastuti yang menjadi orang nomor satu di KPP, tidak tanggung-tanggung, setidaknya ada 4 penghargaan internasional yang diraihnya dalam kurun waktu hanya 3 tahun sejak diangkat oleh Presiden Jokowi, menjadi menteri.
Mulai dari penghargaan South East Asian Fisheries Development Center (SEAFDEC) atas keberhasilannya menjadi tuan rumah Inland Fishery Resources Development and Management Department (IFRDMD). Kemudian Penghargaan Seafood Champion Award dalam acara Seaweb Seafood Summit yang diselenggarakan di Seattle, Negara Bagian Washington, Amerika Serikat dalam kategori Leadership (kepemimpinan).
Lalu penganugerahan Peter Benchley Ocean Awards atas visi dan kebijakan pembangunan ekonomi dan konservasi laut di Indonesia. Dan yang terakhir, penghargaan kelas dunia sebagai “Leaders for a Living Planet”. Penghargaan itu diberikan oleh organisasi konservasi WWF International di dalam ajang Our Ocean Conference di Washington DC.
Coba bayangkan, dua orang menteri, bahkan dua-duanya adalah wanita yang selama ini dipersepsikan sebagai kaum lemah, ternyata mampu menorehkan prestasi luar biasa di mata dunia internasional.
Tentu saja tidak semua orang mengapresiasi hal tersebut, salah satunya adalah Fadli Zon. Coba lihat, apa yang dikatakan Fadli terhadap penghargaan yang diraih oleh Sri Mulyani.
“Kok bisa jadi menteri keuangan terbaik ketika target tak ada yang tercapai (pertumbuhan dan pajak), subsidi dicabuti, impor naik, dan utang melonjak,” ujar Fadli melalui akun Twitter-nya, Senin 12 Februari 2018.
Coba kita telaah satu persatu. Memang benar bahwa pertumbuhan ekonomi kita tidak mencapai target yang ditetapkan yaitu 5,17%, realisasinya 5,05%. Namun tetap lebih baik dibandingkan pertumbuhan ekonomi tahun-tahun sebelumnya, yaitu 4,88% tahun 2015 dan 5,02% untuk tahun 2016.
Sedangkan untuk pajak tercatat penerimaan pajak mencapai Rp 1.147,5 triliun atau 89,4% dari target yang sebesar Rp 1.283,6 triliun. Meski realisasi masih di bawah 90%, namun penerimaan pajak tahun ini naik 2,6% dibandingkan tahun lalu, artinya ada peningkatan yang lebih baik dari tahun ke tahun.
Soal Subsidi, mungkin pembaca juga telah mendengarnya sampai bosan, namun intinya subsidi dicabut untuk diberikan serta dimanfaatkan kepada hal-hal yang sifatnya lebih produktif seperti pembangunan sarana dan prasarana. Dan tidak semua subsidi itu dicabut, subsidi pupuk dan benih untuk pertanian serta subsidi bbm untuk nelayan tetap dipertahankan.
Sedangkan soal kenaikan impor sendiri juga dibarengi dengan kenaikan ekspor nilai ekspor tahun 2017 yang meningkat 16,22 persen ketimbang tahun 2016 dengan capaian 168,73 miliar dollar AS atau sekitar Rp 2.260,98 triliun dengan kurs Rp 13.400 per dollar AS.
Dan yang terakhir mengenai hutang yang melonjak, mungkin Fadli Zon tidak tahu bahwa tidak ada negara di dunia ini yang tidak memiliki hutang. Memang benar hutang Indonesia menembus angka 30% dari PDB (Produk Domestik Bruto), namun posisinya masih aman. Aman dalam arti secara Undang-Undang yang menetapkan batas hutang Indonesia tidak boleh melebihi 60% dari PDB, yang juga dipertegas oleh lembaga pemeringkat utang Fitch Ratings yang baru saja menaikkan peringkat investasi Indonesia menjadi BBB atau satu level di atas ambang minimal layak investasi. Serta aman bila dibandingkan dengan negara lain, Amerika saja yang sering memberikan hutang, hutangnya sendiri sampai 100 persen terhadap PDB mereka. Bahkan Jepang, rasio utang mereka malah 220 persen terhadap PDB negara tersebut.
Penghargaan tersebut juga mematahkan tuduhan pihak anti Jokowi, yang selama ini selalu nyinyir akan kinerja pemerintah. Termasuk mematahkan opini menyesatkan yang dilayangkan oleh anak bau kencur yang memberikan kartu kuning hingga kakek bau tanah yang ikut-ikutan memberikan kartu merah dengan alasan bahwa pemerintah telah gagal menyejahterakan rakyat dan hanya menguntungkan golongan kaya raya dan asing.
Pertanyaannya, yang disebut gagal menyejahterakan rakyat itu, rakyat yang mana?. Terbukti selama pemerintahan Jokowi, pembangunan dilaksanakan dimana-mana, dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote pun tak luput dari sentuhan tangan Jokowi.
Sarana dan prasarana semaksimal mungkin dirampungkan agar dapat segera dipakai oleh masyarakat, melalui pemanfaatan sarana dan prasarana itulah diharapkan perekonomian masyarakat akan semakin meningkat. Pendistribusian barang menjadi lebih lancar, dan biaya produksi serta transportasi menjadi semakin murah yang gilirannya akan dapat ikut menurunkan biaya produk itu sendiri. Semua itu tidak bisa sim salabin terjadi dalam waktu satu malam.
Lalu tuduhan bahwa hanya menguntungkan golongan yang kaya dan asing?, mungkin si kakek pekok itu lupa bahwa tax amnesty itu ditujukan kepada siapa?, Bisa jadi juga si kakek pekok itu buta bahwa kapal-kapal pencuri ikan yang ditenggelamkan itu punya siapa?, sehingga menuduh seenak jidatnya saja.
Pengakuan dunia internasional itu sendiri, sebenarnya menunjukkan bahwa apa yang sedang diperjuangan Jokowi beserta jajaran menterinya untuk memajukan bangsa ini sudah berada pada jalur yang tepat, namun sayangnya tidak mendapat apresiasi oleh segelintir pihak yang entah karena pikirannya sempit atau wawasannya yang dangkal. Dan tindakan Sri Mulyani untuk tidak menanggapi nyinyiran atas dirinya adalah tepat. Lebih baik konsentrasi bekerja daripada meladeni hal yang kontra produktif dan tidak bermanfaat.