Derita anak-anak yang terbaikan di Desa Jeruk legi
Selamat tahun baru 2019, semoga semua pembaca selalu dilimpahkan rahmat, sehat dan kesuksesan dari Allah,
Pada kesempatan ini saya ingin menulis sebuah perjalanan saya ke daerah Cilacap, untuk menengok salah satu kerabat kawan. Begitu sampai di kota Cilacap, saya istirahat sebentar lalu melanjutkan perjalanan.
Saya bersama kawan datang ke suatu desa, yang sangat indah, jauh dari hingar bingar kota. Nama dusunnya Desa Jeruk Legi. Begitu masuk ke daerah itu saya kagum melihat rumah-rumah yang sangat bagus seperti di Jakarta.
Saya tanya dengan Driver yang mengantar saya, ini desa tergolong maju ya Pak.
Drivernya bercerita bahwa ini daerah para TKW dan TKI Negara Arab dan Hongkong, Taiwan.
Selintas di benak saya, begitu makmur dengan hasil kerja di luar mereka bisa menghidupi keluarga di negaranya.
Namun ada cerita yang begitu menyedihkan yang saya dengar dari kerabat kawan saya.
Seorang kakek P, hidup dengan 3 cucunya, manakala usia kakek sudah 70 tahun.
Kakek P, bercerita bahwa anaknya menjadi TKW, suatu negara, ibu N berangkat jadi TKW sejak anaknya usia 5 bulan, dengan alasan ingin mencari kehidupan yang lebih layak, untuk memenuhi kebutuhan keluarganya.
Suami, ditinggalkan,anak ditinggalkan.
Yang membuat saya, miris begitu teganya, seorang ibu yang meninggalkan anak dan suami hanya untuk mencari uang di luar negeri, belum lagi harus di potong hasil kerjanya, untuk berapa bulan, belum lagi di negara orang mendapat perlakuan yang kurang baik dari majikan.
Kembali pada cerita kakek P, sianak di urusnya dari bayi hingga saat ini sudah memasuki masa sekolah.
Ayah dari si anak ini juga meninggal dunia, ini yang membuat sedih, seorang anak kehilangan kasih seorang ibu dari kecil.
Cerita tidak berhenti disini saja, si kakek P, bercerita si Ibu dari anak ini, kalau kembali ke Indonesia, membawa tambahan anak dari hasil hubungan gelap di negara tempat ibu N, bekerja, miris mendengarnya, akan kah hal ini terjadi.
Bagaimana, nasib para anak-anak para penyumbang devisa negara ini, akankah harus terabaikan, yang seharusnya penuh dengan cinta kasih, seorang ibu. Harus berjuang dari kecil melawan kerinduan, yang begitu dalam, apa kah materi bisa menggantikan itu semua.
Dan cerita ini tidak habis sampai disini, ibu N menurut si kakek P, sudah tidak kembali lagi ke Indonesia lagi berapa tahun ini, karena ibu N sudah menikah dengan warga negara asing.
Bagaimana nasib, ketiga anak ini, saya pribadi sebagai seorang ibu sangat sedih, kalau harus meninggalkan anak.
Bagaimanapun, figur seorang ibu sangat dibutuhkan kan untuk tumbuh kembang putra-putrinya.
Pertanyaan yang timbul di benak saya, apakah anak-anak ini harus besar tanpa belaian seorang ibu.
Apakah untuk mencari uang harus meninggalkan banyak hal…??
Problem buat para TKW, tidak ringan juga di negara tempat mereka mengabdikan diri.
Semoga cerita ini menggugah kita semua, untuk lebih memperhatikan putra-putri kita, untuk apa kita meninggalkan mereka dengan penderitaan batin yang terluka.
Belum lagi, sebagai pahlawan devisa negara, ada yang mengalami, pulang ke negara hanya tinggal nama.
Akankah hal ini semua masih jadi mimpi-mimpi buat para wanita …??
Semoga hal ini juga bisa jadi renungan kita.
Mencari uang tidak harus meninggalkan putra-putri kita, di negara kita masih banyak yang bisa raih walau pendapatan tidak sebesar di luar negeri.
Kita harus lebih memperhatikan tunas-tunas bangsa, yang akan tumbuh menjadi pengganti kita, tanpa seorang ibu, apakah arti seorang Anak.
Demikianlah tulisan saya
Pada kesempatan ini.
Penulis :
Hennyichro.