“Amenangi jaman edan,
Ewuh aya in pambudi,
Milu edan nora tahan,
Yen tan milu anglakoni,
Boya kaduman melik,
Kaliren wekasanipun,
Ndilalah kersa Allah,
Begja-begjane kang lali,
Luwih begjankanh eling lan waspada.
Semono iku bebasan,
Padu-padune kepengen,
Enggih mekoten man Doblang,
Bener ingkang angarani,
Nanging sajroning batin,
Sejatine nyamut-nyamut,
Wis tuwa arep apa,
Muhung mahas ing asepi,
Supayantuk pangaksamaning Hyang Suksma”
(Serat Kalatida)
Terjemahan bebas :
“Hidup di dalam jaman edan, memang repot.
Akan mengikuti tidak sampai hati,
Tetapi kalau tidak mengikuti geraknya jaman tidak mendapat apapun juga.
Akhirnya dapat menderita kelaparan.
Namun sudah menjadi kehendak Tuhan.
Bagaimanapun juga walaupun orang yg lupa itu bahagia,
Namun masih lebih bahagia lagi orang yg senantiasa ingat dan waspada.
Yah segalanya itu sebenarnya dikarenakan keinginan hati.
Betul bukan?
Memang benar kalau ada yg mengatakan demikian.
Namun sebenarnya di dalam hati repot juga.
Sekarang sudah tua,
Apa pula yg dicari.
Lebih baik menyepi diri agar mendapat ampunan dari Tuhan”
—————————–
Dari semalam keisengan saya muncul,
Membaca ulang buku berjudul “Rahasia Ramalan Jayabaya Ranggawarsita dan Sabdopalon”.
Apakah karena saya ingin bisa meramal,
Membaca masa depan,
Seperti Beliau2??
Boro2 baca ramalan,
Lha wong ngisi jawaban soal ujian aja,
Kudu nunggu in tokek berbunyi koq 😄
Tokek .. Benar ..
Tokek .. Salah ..
Tokek .. Benar ..
Dan yg repot kalo tokek nya mendadak kasih akhiran di belakang cuitan nya,
Kek ..
Nah lo,
Jadinya malah ambyar kabeh ramalannya 😂😂😂
—————————
Saya bukan hendak membahas soal ramalan,
Tapi agaknya wabah Corona ini,
Sudah “terprediksi” sejak jaman dulu,
Walau tidak disebutkan secara detailnya.
“Kesandung wohing pralaya,
Kaselak banjir ngemasi,
Udan barat salah mangsa,
Kayu gung brasta sami,
Tinempuhing angin gunung,
Kathah rebah amblasah,
Lepen-lepen samya banjir,
Lamun tinon pun kados samodra bena”
Yg artinya,
“Bahaya penyakit luar biasa.
Di sana sini banyak orang mati.
Hujan tidak tepat waktunya.
Angin besar menerjang sehingga pohon2 roboh semuanya.
Sungai meluap banjir sehingga bila dilihat persis lautan pasang”
(Ramalan Sabdo Palon Naya Genggong)
Bahwa,
Para leluhur kita dg kekuatan nya,
Sudah mampu memprediksi apa yg akan terjadi beratus tahun kemudian.
Bahwa mereka sudah memberi isyarat,
Agar penerus di masa depan,
Lebih “eling lan waspada”,
Bisa saling menjaga harmoni alam semesta,
Agar terhindar dari bencana yg maha dahsyat.
Sayangnya,
Alih2 mau percaya pada ramalan,
Wong asal bicara soal ramalan saja,
Wis dibilang “musyrik”,
Udah dianggap “syirik”.
Padahal,
Kita ini baca ramalan bukan semata2 utk mempercayainya.
Namun sebagai sarana utk “mengendalikan diri”,
Mengambil sikap dan tindakan yg bijaksana,
Utk mengurangi kerusakan yg mungkin terjadi 😄
——————————-
Semenjak kerajaan api menyerang 😂😂😂
Terlalu banyak ajaran leluhur yg ditinggalkan,
Dilupakan.
Orang2 seakan2 beranggapan,
Bahwa mempelajari hal2 yg bukan agama,
Adalah sebuah bentuk ke “kafir” an.
Anggapan inilah yg salah kaprah!!
Lha kita ini hidup karena adanya para leluhur koq,
Dan gak ada yg namanya leluhur,
Menginginkan keturunannya hidup dalam kesusahan.
Mereka semua pastilah berharap keturunannya memiliki kemuliaan,
Yg lebih besar ketimbang diri mereka di masa lalu.
Membaca kitab2 ramalan masa lalu,
Seakan kita dituntun,
Utk kembali berjalan di track yg benar.
Nusantara,
Yg terdiri dari beribu pulau,
Dibangun atas doa para leluhur,
Yg ingin negeri ini maju, besar dan berjaya …
Dan beratus tahun sesudahnya,
Barulah agama itu masuk ke bumi Nusantara,
Dg tujuan “menyempurnakan kebaikan yg sudah ada”.
Dan bukan “menghapuskan yg telah ada sebelumnya”.
Lantas,
Mengapa mendadak semua orang berpatokan kepada agama,
Seolah2 agama itu adalah ajaran yg paling benar?
Agama yg diajarkan oleh Tuhan,
Memang yg mengajarkan kebenaran dan rasa kasih kepada sesama.
Namun,
Agama yg di elu2kan oleh sebagian masyarakat,
Yg dg mudah meng “kafir2” kan saudaranya sendiri,
Itulah sesungguhnya agama yg sesat,
Yg tak beradab,
Yg tidak berke Tuhan an ….
————————
Ketika wabah COVID-19 menyebar di wilayah Nusantara,
Antisipasi yg dilakukan Pemerintah sudah tepat.
Tapi,
Kenapa pula masih saja ada yg menghubung2kan dg agama?
Azab lah,
Hukuman Tuhan lah,
Tuhan sedang murka lah …
Seolah2 Tuhan digambarkan sebagai sosok bengis yg doyan membalas dendam 😄😄
Padahal,
Di kitab manapun selalu tertulis,
Bahwa Tuhan itu Maha Pengasih dan Penyayang lo 😇😇😇
Bahkan,
Tuhan diajak berpolitik di saat wabah penyakit datang menyerang 😀😀😀
Sampai2 segala hal menjadi HARAM hukumnya,
Termasuk juga HARAM hukumnya bagi pasien yg masuk kedalam masjid.
Uppsss!!! 👎👎👎
Andai saya bisa punya kesempatan,
Utk mengajak Tuhan menikmati segelas wedang uwuh di siang yg mendung ini.
Mungkin pertanyaan pertama yg saya ajukan adalah :
“Berapa banyak sales syurga yg ada di catatan HRD MU, Tuhan? ..”
Dan saya yakin,
Tuhan pun akan tertawa ngakak mendengar pertanyaan saya itu 🙏🙏🙏
Hampura, Tuhan ..
I’m kidding 😀😀😀😀
Beruntunglah,
Tuhan saya bukan sosok yg baperan 😉😉😉😉
Selamat siang, Kisanak 🙏🙏🙏