Beberapa waktu lalu sempat beredar informasi yang menyebutkan bahwa selama ini pembangunan Trans Papua adalah bohong. Isu tersebut disebarkan oleh berbagai pihak yang merasa iri atas pencapaian pemerintah. Tidak tanggung-tanggung yang menuding pemerintah berbohong atas pembangunan Trans Papua salah satunya adalah seorang mantan komisioner HAM yang lebih sibuk nyinyirin kerja pemerintah daripada mengurusi pekerjaannya sendiri. Tentu tidak perlu saya sebutkan namanya di sini, pembaca pasti sudah tahulah siapa orangnya.
Selain itu beredar juga informasi yang menyebutkan bahwa yang membangun Trans Papua adalah Habibie, sedangkan apa yang dilakukan oleh Jokowi selama ini hanyalah pencitraan, benarkah demikian? Saya akan mencoba mengupasnya dengan menyertakan sumber-sumber yang ada.
Pertama kita akan buktikan ada tidaknya Trans Papua. Merasa tertantang untuk membuktikan fakta yang sebenarnya, seorang biker pun memutuskan untuk membuktikan benar tidaknya pemerintah membangun jalan Trans Papua. Adalah Youk Tanzil, nama biker yang cukup terkenal tersebut, mengaku prihatin atas informasi-infornasi tidak benar yang selama ini beredar. Dirinya pun memberanikan diri untuk melakukan ekspedisi mengililingi Papua dengan motor melewati jalur Trans Papua yang berat dan membahayakan.
Youk Tanzil sendiri bukanlah orang sembarangan, selain sebagai pendiri beberapa perusahaan, dia juga merupakan pemegang saham Data Comm Asia dan sejumlah perusahaan lain. Dirinya juga memimpin PT Ring of Fire Indonesia yang bersama timnya pernah menggelar Ring of Fire Adventure, yakni berpetualang, menjelajahi dan mendokumentasikan berbagai lokasi yang ada di seluruh Indonesia.
Perjalanannya mengitari Pulau terbesar di Indonesia itu memakan waktu 34 hari melintasi berbagai kota kecil dengan melintasi jarak 3.360 kilometer.
“Tujuan perjalanan saya untuk meluruskan cerita yang selama ini jalan trans Papua tidak ada, masyarakatnya suka palak, kita bisa dipanah di jalan dan sebagainya. Saya telah melakukan riset selama 6 bulan sebelumnya akhirnya memutuskan untuk pergi bersama seorang kameramen untuk mendokumentasikannya. Akhirnya 4 Agustus kita mulai perjalanan dari Wamena ke Jayapura,” kata Youk Tanzil berbagi kisah beberapa waktu lalu.
Meskipun harus melalui medan yang sangat berat, Namun di waktu yang sama Youk disuguhkan pemandangan indah surga kecil di tanah Papua.
Youk juga memberikan kesaksian bahwa di Papua sudah ada tol laut dengan kapal yang dilengkapi crane, yang menghubungkan masyarakat antar pulau, sehingga interaksi ekonomi berjalan lebih baik. Bahkan motornya juga ikut nyeberang ke beberapa wilayah menggunakan kapal tol laut tersebut.
Banyak tempat indah yang dilaluinya, selama menyusuri jalan Trans Papua, Youk bercerita bahwa di sana seperti melintasi padang hijau luas dengan perbukitan di Skotlandia. Atau jalan dengan pemandangan sekelas Swiss. Namun demikian, masih ada beberapa wilayah yang sedang dibangun yang masih sulit dilalui kendaraan termasuk motor adventure KTM yang ia gunakan.
Menurutnya, masyarakat Papua sangat menerimanya bahkan di beberapa tempat ia mendapat penghargaan secara khusus oleh Kepala Suku setempat sebagai orang luar Papua pertama yang melintasi trans Papua. Banyak pengalaman Youk bersama masyarakat Papua. Keramahan, kekeluargaan, sifat saling menyapa dan menolong menjadi tradisi, sehingga kita gak bakalan susah di sana.
“Di sana money is nothing. Yang berlaku adalah friendship. Mereka menolong dan membantu tanpa pamrih. Jika mereka menggendong motormu untuk memindahkannya jangan kau berpikir untuk bayar karena mereka akan menolaknya dengan keras,” tukasnya.
Youk lalu mendedikasikan hasil perjalanan dan risetnya kepada pemerintah dan menyerahkan peta perjalanannya ke navigasi.net sebagai referensi peta terbaru di Papua.
“Saya dedikasikan ini untuk pemerintah Indonesia. Survey pertama saya ini ingin meluruskan semua berita-berita yang nggak benar, seperti disebut ada pemalakan, trans Papua nggak ada. Ini harus diluruskan. Saya sudah membagikan peta yang saya lalui dan saya donasikan ke navigasi.net. Bukan bohong-bohongan. Hasilnya dipakai sebagai peta Papua terbaru. Jalan Trans Papua itu ada, dan kami telah melintasinya,” pungkas Youk Tanzil.
(https://m.jpnn.com/news/youk-tanzil-buktikan-jalan-trans-papua-itu-ada-bukan-hoaks)
Kesaksian Youk Tanzil tersebut sekaligus membantah fitnah pertama seperti yang saya sebutkan di atas. Jadi Clear ya pembaca. Kemudian kita beranjak pada isu kedua terkait sejarah pembangunan Trans Papua itu sendiri.
Memang benar sejatinya pembangunan jalan Trans Papua telah dimulai sejak zaman Pemerintahan Presiden ketiga RI, BJ Habibie yang kemudian diteruskan oleh pemerintahan berikutnya hingga ke masa pemerintahan SBY. Namun pembangunan yang benar-benar masif terjadi adalah di jaman Jokowi.
Di masa pemerintahan sebelumnya, pembangunan jalan yang dilakukan hanya bersifat sporadis (kadang-kadang) saja, kecil-kecil (ruas jalannya) di spot-spot tertentu. Katakanlah daerah Nabire, Merauke, Jayapura. Artinya jalan hanya dibangun sekedarnya saja. Dapat dilihat perbandingannya pembangunan jalan sebelum era Jokowi dan semasa era Jokowi melalui gambar di bawah ini.
(https://m.detik.com/finance/infrastruktur/d-3800042/ditarget-rampung-2019-jalan-trans-papua-dibangun-sejak-era-habibie)
Perbandingan lain yang dapat kita lihat adalah dari anggaran yang disediakan. Pemerintahan Jokowi mengalokasikan dana yang cukup besar untuk pembangunan jalan Trans Papua sepanjang 4.330,07 kilometer (km). Sepanjang tahun 2016 saja, anggaran yang dialokasikan untuk Trans Papua mencapai Rp 2,15 triliun yang terdiri dari Rp 739 miliar untuk perawatan atau preservasi jalan sepanjang 1.719,46 km, Rp 834,8 miliar untuk 151,34 km pembangunan jalan baru, dan pembangunan jembatan sebesar Rp 579,4 miliar.
Sedangkan untuk tahun 2017, alokasi anggaran untuk Trans Papua adalah sebesar Rp 2,55 triliun yang terdiri dari Rp 917,4 miliar untuk perawatan atau preservasi jalan Rp 890 miliar untuk pembangunan jalan baru, dan Rp 749,5 miliar untuk pembangunan jembatan.
(https://m.detik.com/finance/berita-ekonomi-bisnis/d-3415644/gelontorkan-triliunan-rupiah-apa-tujuan-jokowi-bangun-trans-papua)
Coba bandingkan dengan anggaran yang disediakan oleh pemerintahan SBY tahun 2013 lampau yang nilainya hanya 1 triliun rupiah.
(https://www.voaindonesia.com/a/pemerintah-akan-bangun-jalan-trans-papua-papua-barat/1670377.html)
Jadi keliru bila ada yang menyebutkan bahwa pembangunan Trans Papua semata-mata hanyalah pencitraan yang dilakukan oleh Jokowi. Karena kalau memang pencitraan, ya gelontorkan mengikuti anggaran pemerintahan sebelumnya senilai 1 triliun, pakai untuk menembuskan mana jalan yang belum tembus, kerjakan ala kadarnya. Buat apa dilakukan pemeliharaan, buat apa diaspal?
Satu hal lagi yang perlu kita ketahui, pembangunan inftastruktur yang dilakukan oleh Jokowi di Papua tidak hanya Trans Papua. Banyak infrastruktur yang dibangun oleh beliau, beberapa diantaranya, merevitalisasi dan membangun bandara-bandara. Mulai dari Bandara Domine Eduard Osok (DEO) di Sorong, Papua Barat saja, total anggaran yang digunakan yaitu sekitar Rp 236 miliar yang bersumber dari APBN. Lalu ada Bandara Nop Goliat Dekai di Yahukimo dengan anggaran Rp 231 miliar, Bandara Wamena Rp 200 miliar, dan Bandara Utarom.
Guna mendukung ketahanan air dan pangan, pemerintah Jokowi juga membangun Bendungan Wariori dan Bendungan Oransbari di Kabupaten Manokwari.
Belum termasuk revitalisasi sungai Klagison di Kota Sorong dengan total anggaran Rp 19,56 miliar dan pembangunan pengaman Pantai Tanjung Kasuari dan Supraw Rp 13,22 miliar.
Serta jembatan Holtekamp yang sebentar lagi akan selesai. Stadion Papua Bangkit yang akan dipergunakan saat perhelatan Pekan Olahraga Nasional (PON) XX di Papua tahun 2020 mendatang.
Dan juga membangun berbagai infrastruktur lainnya. Semua itu merupakan bentuk perhatian Jokowi yang sangat besar kepada saudara-saudara kita yang tinggal di Papua. Selama empat tahun pemerintahannya, Jokowi merupakan presiden yang paling banyak mengunjungi Papua, sebanyak sembilan kali. Kunjungannya tersebut selain memberikan perhatian kepada masyarakat Papua, tentu juga untuk memastikan agar seluruh penyelesaian infrastruktur yang ada dapat siap tepat waktu dan bisa segera dimanfaatkan oleh masyarakat.
Dengan begitu besarnya perhatian yang diberikan Jokowi dan massifnya pembangunan infrastruktur di Papua, masihkah kita berpikir apa yang dikerjakan Jokowi adalah pencitraan? Bila Anda masih menjawab iya, berarti itu pertanda sudah waktunya Anda memeriksa otak dan hati Anda. Karena bertolak belakang dengan apa yang disampaikan oleh warga Papua, sampai-sampai Gubernur Papua sendiri berani menjanjikan 3 juta suara untuk Jokowi. Maaf, saya koreksi, 3 juta kurang 1 suara, karena yang satu itu adalah suara si mantan Komisioner HAM gagal yang tidak punya prestasi apa-apa