Dunia agama sudah geger karena Pileg, Pilkada dan Pilpres. Saat Pilkada, ada ajakan Mayat agar tidak disholatkan karena mendukung Paslon tertentu. Munculnya kafir kafiran antar sesama sahabat bahkan sanak keluarga hanya karena pilihan politiknya berbeda. Bahkan, saaat Pilkada DKI, sekelompok pemuda bahkan begitu emosinya menginjak injak SARI ROTI, salah satu TV Stasiun dan bahkan Air Mineral segala sampai memboikot untuk tidak makan dan menginjak injak produk itu setelah dibelinya, hanya karena merk merk itu tidak mau mendukung salah satu kelompok di salah satu acara yang menjadi besutan event Pilkada tersebut. Dunia agama tidak kalah hancurnya disaat Pilpres, mulai dari ulama yang berkata kata kasar sampai Pendukung Paslon tertentu yang menyamar nyamar jadi Biksu dan Pendeta segala.
Geger kembali lagi terjadi disaat Pilpres, bukan di Dunia agama, kali ini merambah ke Dunia Kuliner, ketika suara Jokowi terkecil di Sumatra Barat, Pendukung Jokowi Maruf ramai ramai membuat tagar #BoikotNasiPadang. Kuliner ini paling terkenal di Indonesia bahkan di seluruh dunia, maka dari itu, tidak heran, jika Bule bernama Audun Kvitland dari Norwegia membuat lagu khusus untuk Nasi Padang, bahkan menjadi inspirasi Lagu dangdut Duo Anggrek dengan Goyang Nasi Padangnya.
Nasi padang itu Enaknya bukan main.
Kadang kalau penulis sedang kere, penulis cukup memesan nasi dan minta bumbu kari dan rendang. Dulu harganya kalau tidak salah hanya tiga ribuan saja. Sudah kenyang. Kalau mau tambah, tinggal sebut saja “Tamboaaa ciek!”
Nah dari pengenalan di atas,. Kita boleh saja menang. Tapi sejatinya, kita pecundang jika karya anak bangsa, kuliner khas Indonesia diboikot oleh orang Indonesia sendiri. Apakah hal tersebut adalah hal yang bijaksana?
Sejauh ini, Penulis hanya Boikot 2 hal dari Restoran Padang. Boikot Kikil dan Boikot Gulai Otak, sisanya disikat juga sama Penulis, karena kelezatan rasanya bahkan anak Penulis yang sebenarnya agak susah makan, bisa tergila gila setelah mencoba Nasi Padang dan Bumbu gulainya. Yummy. Jadi jadi pendukung ya jangan tolol tolol juga.
Kenapa begitu? Ya karena Calon pemimpin yang kita dukung juga tidak mendendam disaat suara dia di Sumbar sangat minimalis. Apakah dia boikot Nasi padang atau hal hal yang berhubungan sama Sumbar? Tidak! Jokowi pun ke Grand Indonesia makan Nasi Padang. Dia bukan pendendam seperti kubu sebelah. Dia tidak mau main satu level dengan sebelah, bahkan bersama Ketua TKNnya Pak Erick Thohir yang masih ada darah Padangnya pula. Kurang apa coba?
Jangan sampai Indonesia rusak hanya karena upaya boikot memboikot. Kenapa? Karena…
Kita ini sama-sama anak bangsa bro. Jadi jangan berlebihan ente. Yang bebas bukan pemenang. Yang bebas itu hanya orang megalomaniak. Jangan sampai hanya Quick Count kalah, trus TV dirumah anda dibanting sendiri dan dirusak sendiri. Yang rugi siapa? Ya elu lah kan yang beli TVnya ente ente semua yang banting TV sendiri. Trus kalau misalnya suatu saat nanti, ada Pilkada atau Pilpres lagi dan suara anda dikalahkan di daerah Penghasil Beras terbesar di Indonesia, trus Anda mau boikot Nasi gitu?