Presiden Joko Widodo memiliki harapan pada roadmap revolusi industri 4.0 agar bisa menjadikan ekonomi Indonesia menjadi 10 terbesar di dunia pada 2030.
Walaupun ada beberapa organisasi dunia seperti PWC dan lainnya memprediksi perekonomian Indonesia bisa berada di urutan ke-7 atau bahkan 5 dunia, posisi ekonomi 10 besar dunia untuk ekonomi Indonesia seperti yang disampaikan Jokowi, merupakan target yang moderat dan masih masuk akal untuk dicapai mengingat perkembangan Indonesia saat ini.
Peta jalan yang dikenal dengan Making Indonesia 4.0 ini menjadi babak baru merevitalisasi industri nasional sesuai dengan perkembangan zaman.
Presiden Jokowi selain menetapkan Making Indonesia 4.0 menjadi salah satu agenda nasional bangsa Indonesia. Dirinya juga menetapkan Kementerian Perindustrian sebagai leading sector untuk kini selain itu beliau mengharapkan kementerian dan lembaga lainnya pemerintah daerah dan pelaku-pelaku usaha untuk mendukung penuh program ini sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing demi kesuksesan dan kemajuan bangsa Indonesia.
Sebelum saya melanjutkan, mungkin ada pembaca yang masih bingung dengan istilah Revolusi Industri 4.0. Jadi akan saya terangkan sekilas apa yang dimaksud dengan Revolusi Industri 4.0 itu.
Pada awal sebelum Revolusi Industri, penduduk dunia kebanyakan hidup dari sektor agraris, pekerjaan pun dilakukan secara manual dengan alat-alat bantu sederhana. Lalu munculah Revolusi Industri 1.0 atau dikenal dengan Revolusi Industri Tahap Pertama yang terjadi di Inggris pada sekitar abad ke 18, ditandai dengan ditemukannya mesin uap.
Berlanjut pada revolusi industri generasi kedua yang ditandai dengan munculnya pembangkit tenaga listrik dan motor pembakaran dalam (combustion chamber). Penemuan tersebut memicu munculnya pesawat telepon, mobil, pesawat terbang, dan lain-lain yang mengakibatkan terjadinya perubahan wajah dunia secara signifikan.
Kemudian, revolusi industri generasi ketiga ditandai dengan kemunculan teknologi digital dan internet diberbagai bidang, seperti Industri manufaktur, kesehatan dan pertanian.
Dan saat ini dunia sedang bersiap atau bahkan sudah dalam proses perubahan dari Revolusi industri 3.0 menjadi revolusi industri 4.0.
Apa ciri-ciri revolusi industri 4.0?. Contoh sederhananya adalah pemanfaatan cloud computing yang dikombinasikan dengan mobile internet yang terdapat pada sistem smartphone. Contoh lainnya, artifisial intelijen, mesin cerdas, lalu internet of things (IOT) di mana mesin-mesin juga terkoneksi dengan internet, pesawat drone, autonomous vehicle atau kendaraan otonom yang bisa mengendarai diri sendiri tanpa dikendarai manusia.
Terdengar seperti kisah fiksi ilmiah? Tidak juga. Kembali ke masa 20 tahun yang lalu, bila anda berbicara dengan orang mengenai hp yang bisa dipergunakan untuk mengakses internet, bisa untuk dengar musik, bisa untuk nonton film, maka orang akan bilang anda gila.
Saat itu fungsi hp hanya bisa untuk sms dan teleponan, saat itu juga suara musik satu satunya yang bisa didengar hanya suara nada dering saja, itupun masih monotone, atau polyphornic bagi yang punya hp agak canggih.
Itu kita bicara 20 tahun lalu, kalau kita tarik 5 tahun ke belakang lagi, saat awal kemunculan hp secara umum, sangkin gedenya harus ditenteng dengan tangan, alias tidak muat dikantong anda. Dan sangkin beratnya, bila dipakai buat lempar anjing, anjingnya kalau tidak mati pasti akan geger otak, hahaha, itu sedikit intermezzo saja.
Ok, kembali ke saat ini, dan terbukti apa yang mustahil dalam pikiran kita 20 tahun yang lalu, sudah terwujud saat ini. Istilah dunia ada dalam genggaman kita itu benar adanya. Lihatlah, bagaimana dengan begitu gampangnya kita memanfaatkan hp, mencari informasi hanya dalam hitungan menit, dan hampir semua informasi yang kita butuhkan, tersedia.
Bagi orang lain, hp bahkan bisa dipergunakan untuk memantau CCTV di rumah, mencari jalan, kegiatan e-banking, transaksi jual-beli dan banyak lagi hal lainnya, termasuk menulis artikel yang anda baca saat ini juga saya lakukan melalui hp android.
Kembali ke Presiden Jokowi yang memberikan contoh dan bukti bahwa Revolusi Industri 4.0 telah diterapkan oleh berbagai negara di belahan dunia. Mantan Wali Kota Solo ini menyebutkan belum lama ini pemerintahan Dubai telah mengumumkan bakal memanfaatkan teknologi robot di bidang konstruksi.
“Pemerintah Dubai di tahun lalu juga sudah mengumumkan niatnya untuk 25% dari semua bangunan baru di Dubai yang kita baca dalam 20 tahun ke depan akan memakai teknologi 3D printing, guna mempercepat proses-proses konstruksi. Perubahan-perubahan seperti ini yang kita harus mengerti kita harus paham dan kita harus bisa mengantisipasi,” jelas beliau.
Beberapa hotel di Singapura sudah mulai bereksperimentasi dengan jasa-jasa tertentu yang dilayani oleh robot, hati-hati. Seperti mengantarkan makanan atau room service ke kamar tamu menggunakan robot yang juga berkeliling secara otonom. Bayangkan kalau ini menggejala, tidak hanya di airport, tidaknya di hotel tadi, di semua tempat,” kata Jokowi.
(https://m.detik.com/finance/industri/d-3952680/revolusi-industri-40-peluang-atau-ancaman-ini-kata-jokowi)
Alasan pemerintah kenapa harus membuat roadmap yang dikenal dengan Making Indonesia 4.0 ini adalah untuk memacu industri unggulan dalam negeri dan berdaya saing global. Dengan penerapan revolusi berbasis teknologi digital di industri ini, nantinya masyarakat dapat menggunakan produk hasil industri yang kian maju.
Bukan hanya menggunakan, tapi juga produktif menghasilkan produk-produk cerdas tersebut. Diprediksi tahun 2025, ekonomi digital berkonstribusi menghasilkan 2.000 triliun rupiah untuk Indonesia.
Sudah siapkah Indonesia? Siap tidak siap ya harus siap. Karena itu merupakan salah satu persyaratan bagi Indonesia agar dapat menjadi bagian dari 10 besar ekonomi dunia 2030 nanti.
Menurut saya, sepertinya ini adalah salah satu PR utama yang harus diselesaikan Jokowi di periode kedua kelak selain reformasi hukum dan pendidikan.