“Orang tidak dapat mengabdi kepada Tuhan,
Dengan tidak mengabdi kepada sesama manusia.
Tuhan bersemayam di gubuknya si miskin …”
________________________________________
Terbaca oleh saya coretan tangan Bapak,
Di selembar kertas putih yang sudah tampak lusuh,
Yang diletakkan di meja samping tempat tidur saya sore ini …
Bergegas saya mencari Bapak,
Yang ternyata sedang asyik membaca koran hari ini,
Di pojok teras kamar.
“Bapak!!! …
Ini maksudnya opo??? ….,”
Tanya saya sambil melambaikan kertas itu ke depan wajah Bapak …
“Wis bali to, Nduk??? …”
“Sampun …
Bapak yang nulis to??? ….”
“Hafal yo karo tulisan e Bapak ….”
“Banget, Pak …
Ini maksudnya piye??? ….”
Bapak menutup lembaran koranyang sedang dibacanya,
Lalu meraih kotak rokoknya …
“Pak …
Nanti batuk lagi lo ….
Kakehan ngerokok ….”
“Merokok itu salah satu sumber inspirasiku, Nduk …”
“Alah,
Bapak ini sok alasan aja lo …”
Bapak tertawa,
Lalu mulai berbicara dengan memasang wajah serius …
“Aku baru baca,
Katanya ada salah satu sekolah negeri di Riau,
Yang mewajibkan muridnya untuk memakai jilbab.
Bahkan,
Katanya jilbab merupakan busana nasional …
Bener kuwi, Nduk??? …”
“Kayaknya benar, Pak …
Saya juga baca kemarin ….”
“Kuwi ngunu wis salah kaprah tenan …,”
Nada suara Bapak mulai terdengar geram ….
“Mungkin,
Dimaksudkan biar para siswi menutup auratnya, Pak …
Kan katane gitu …
Alasan buat yang pake jilbab kuwi …”
“Saiki aku tak takon yo,
Sejak kapan jilbab jadi budaya Indonesia?? …
Dari jaman ku lahir dulu,
Budaya Indonesia itu ya budaya Nusantara,
Yang tersebar dari Sabang sampai Merauke …
Dan tidak ada kewajiban untuk menggunakan jilbab di sana …”
“Jare biar gak mengumbar aurat, Pak …”
“Kowe paham ora to, Nduk …
karo sing dijenengno aurat itu??? …
Emang dipikir,
Mereka yang pake busana nasional Indonesia itu,
Lalu pamer aurat??? …”
Nada suara Bapak mulai meninggi ….
“Ibumu pake kain,
Pake kebaya …
Apakah dia perempuan yang mengumbar auratnya??? …
Tentu saja tidak …
Semua orang hormat pada Ibu mu,
Tidak ada yang berpikiran mesum ataupun kotor melihat Ibu mu memakai kain dan kebaya serta berkonde ….
Lalu perempuan2 yang ada di seluruh Nusantara,
Apakah mereka memamerkan aurat nya,
Dengan menggunakan baju tradisional .. baju daerah mereka??
Kalau sampai ada yang bernafsu karena melihat keanggunan dan keelokan mereka,
Pastikan mereka cuma hewan yang menjelma sebagai manusia …
Sehingga mencari pelampiasan dengan memojokkan orang lain …”
Sehingga mencari pelampiasan dengan memojokkan orang lain ..
Kuwi ngunu jenenge yo kelompok menungso sing “ngacengan”,
Ra iso dhelok wong wedhok,
Langsung pengen nyosor koyok wedhus!! …”
Saya mengangsurkan gelas berisi air putih Bapak,
Yang dihabiskannya dalam sekejap mata …
“Haus to, Pak?? …,”
Kata saya mengajak Bapak bercanda ….
Suara Bapak sedikit melunak …
“Nduk,
Negeri ini sudah terlalu banyak mabok agama ….
Bolehlah kau fanatik dengan agama tertentu,
Tapi ojo sampe kebablasan …
Kita ini sudah dijajah sekian tahun oleh bangsa asing,
Masa’ iya mau dijajah lagi dengan budaya arab yang gak jelas ….
Arab saja sudah banyak belajar dari bangsa Eropa,
Agar menjadi bangsa yang besar dan maju ….
Masa’ kita yang sudah merdeka 73 tahun,
Malah mau kembali ke jaman kegelapan …..”
Saya tertawa ….
“Lama2 jadi lemper yo, Pak??? …”
“Koq lemper?? …
“Lha kuwi,
Badan’e ditutup kabeh …
Opo gak koyok lemper jadine???? …”
Bapak tertawa terbahak ….
“Nduk ….
Semua agama,
Tanpa terkecuali mengajarkan kita untuk cinta kepada Tanah Air.
Cinta Tanah Air,
Hukumnya bukan Sunnah,
Melainkan Wajib!”
Padahal Tuhan berada di gubuknya si miskin,
Padahal mencintai Tanah Air adalah sebuah kewajiban …
(Dedicated for “Bapak” Ir. Soekarno – Founder Father of Indonesia)
Al Fatihah
______________________
Catatan selepas Maghrib, penghujung Agustus 2018