Saya mulai mendengarkan tauziah sebelum tidur. Dari Cak Nun, memang cara penyampaian nya bagus diselingi bahasa Jawa dan sedikit humor. Memahami juga sangat mudah dimengerti.
Terakhir seminggu lalu saya masih melihat Cak Nun memberi semangat kepada Gus Miftah, tentang dakwahnya di tempat hiburan malam. Jujur ku akui pesona dakwah Gus Miftah yang notabene sebagai kyai NU sangat bagus.
Sebagai generasi muda NU yang hadir di saat krisis mental anak bangsa, oleh doktrin agama yang KERAS. Setelah beberapa hari ini kabar santer dan berita serta foto yang mendukung, serasa tersambar halilintar. Maaf bukan Atta Halilintar. Oh Cak Nun, saya bukan orang marah saya anak NU kampung yang diajarkan menghormati orang lain. Tidak boleh menghina sesama, apalagi seorang JOKOWI… Ya Pak Jokowi beliau presiden RI. Entah lah saya hanya berfikir HIDUP ITU PILIHAN, Tapi Cak… Pilihan sampean berfoto mesra sama nur sugik justru maaf lagi Cak Terjun bebas dari puncak gunung. Saya tidak pernah menyalahkan njenengan mau selfie dengan siapapun.
Tapi ada foto lain sampean kumpul bareng dengan mereka.. Oh sakerso sampean Cak
Lah saya ini siapa, hanya wong cilik seng anane manut pemerintah Indonesia.
Sudahlah cak.. Saya tak ngaos BERSMA kyai NU…
Cak saya sudah melihat video sampean mengatakan rakyatlah yang berhak memanggil presiden dan komitmen ini di TEGASKAN nya bukan hanya untuk presiden Jokowidodo.
“Sampai sekarang, kalau saya bilang, saya tidak bisa dipanggil presiden. Saya berhak manggil presiden karena saya rakyat. Aku yang bayar, Saya tidak pernah mau dipanggil ke Istana dan saya tidak bangga sama sekali, hina saya sampai kesana.”
Mungkin dulu jaman ORBA belum ada internet tidak secanggih era sekarang, Tapi jejak digital masih tersimpan rapi. Sampean berdiri menyaksikan Soeharto pidato di istana.
Saya positif thinking saja Cak, mungkin sudah lama dan lupa.
Tapi Cak sampean lupa lagi jika presiden itu dipilih rakyat Indonesia dan itu sudah dilantik resmi.
Saya jadi bertanya waktu pemilihan umum sampean milih sopo?.
Kalau sampean tidak milih Pak Jokowi terus yang menang beliau, terus sampean emosi cari muka biar didengar presiden.
Sampai beredar surat dari presiden untuk Cak Nun yang ternyata HOAX
“Sebagai sesama anak bangsa yang berbudaya luhur jelas bahwa penghormatan kepada yang lebih sepuh harus selalu dipelihara dan dilestarikan. Apalagi Cak Nun adalah budayawan kondang yang merupakan aset bangsa.
Memang saya lebih muda dari Cak Nun, jadi wajar saya yang akan sowan ke padepokan Cak Nun. Nanti saat saya ada waktu luang saya pasti akan sowan. Waktunya diatur Mensesneg. Hanya itu yang bisa saya sampaikan Cak Nun.”
Entah itu perbuatan siapa, dan Pak Johan Budi juga mengatakan bahwa Jokowi tak memiliki rencana bertemu dengan Cak Nun dalam waktu dekat.
Walah cak, sudah lah buat gaduh, sebagai tauladan orang yang baik harusnya mendamaikan mendoakan untuk negeri ini.
Sampean budayawan berpengaruh, saya salut Itu dulu.
Sekarang sampean malah ikutan sibuk menyerang presiden sah Indonesia.
Dan di sekitar sampean itu orang-orang yang suka menebar kebencian.
Cak ajari kami kedamaian kasih kepada sesama, yang rendah hati.
Aku wong jowo, Ora ilang Jawaku…
Alfatekah gus dur
Alfatekah abah kediri
Penulis: Permata Ayu