SIAPA YANG SEBENARNYA DIHUKUM ALLAH ?
AHOK ATAU RAKYAT DKI JAKARTA #JKT58 ?
“Di samping itu kau carilah dari seluruh bangsa itu orang-orang yang cakap dan takut akan Allah, orang-orang yang dapat dipercaya, dan yang benci kepada pengejaran suap; tempatkanlah mereka di antara bangsa itu menjadi pemimpin seribu orang, pemimpin seratus orang, pemimpin lima puluh orang dan pemimpin sepuluh orang. Keluaran 18:21 (TB)”
Inilah Rumusan Dasar Kepemimpinan yang Benar baik dalam Bidang Ekonomi, Politik, Pemerintahan, Perusahaan dan apapun.
Bagi sebagian besar kalangan umat Kristiani atau biasa disebut juga Nasrani mungkin inilah salah satu patokan untuk memilih Pemimpin.
Kalimat yang berasal dari sebuah ayat dalam Kitab Suci mereka yang memeluk
agama Kristen ataupun Katolik ini diingatkan kembali oleh seorang teman, sahabat, yang sangat berpengalaman, seorang yang cerdas, kritis tetapi juga bijak buat saya walau seringkali dia menampilkan kesan cuek tetapi disaat yang tepat nasehatnya seringkali mengoreksi sekaligus memberi solusi buat saya.
Sejujurnya banyak ilmu yang saya dapat dari beliau hasil dari bersilaturahmi dalam sebuah Whatsapp Group dan mengamati bagaimana caranya berinteraksi, bagimana menyampaikan pendapat.
Pemilihan Gubernur DKI Jakarta Tahun 2017 jelas menjadi sebuah catatan sejarah yang tidak akan dilupakan Indonesia dan Dunia. Bagaimana pergelaran kontestasi demokrasi bergeser jauh menjadi kontestasi Democrazy KeAgamaan.
Pemilihan Gubernur DKI 2017 dengan segala ceritanya kalau disederhanakan mungkin bisa dirangkum dalam dua point:
– Memilih Pemimpin berdasarkan Agama/Iman tidak terbukti berpengaruh baik kepada jalannya Pemerintahan
– Bahwa karakteristik kepemimpinan itulah yang lebih berpengaruh kepada jalannya Pemerintahan
Pada Pemilihan Gubernur DKI 2017 memang ada 3 pasang Calon Gubuernur tetapi pada akhirnya orang lebih mengingat Ahok dan Anis saja. Sampai dengan saat ini orang akan selalu membandingkan 2 nama ini saja, Ahok dan Anis.
Kalau diperhatikan lagi ada 2 hal yang selalu dibanding-bandingkan, disebut-debut oleh masyarakat setiap kali membahas tentang Jakarta, Ahok dan Anis, yaitu Karakter dan Kinerja yang ujung ceritanya bisa bermacam-macam seperti harapan, ungkapan kekecewaan, sumpah serapah, bullyan, caci-maki dll…
Kedua nama ini sejak awal sudah menentukan pilihan dan jalannya masing-masing. Ahok dikenal Bersih – Transparan – Profesional, sesuai arti dari namanya dikenal Belajar, Energik dan Blak-blakan kepada siapapun dan Anis yang dikenal Santun, Ramah, Religius, Pandai merangkai kata-kata indah.
Ketika PilGub DKI Jakarta sudah menentukan hasilnya dimana Anis terpilih sebagai pemenangnya dengan dukungan 58% suara pemilihnya, sering dikenal juga dengan sebutan JKT58, lalu cerita belanjut dengan vonis 2th bagi Ahok dan kisah pemenjaraan seorang Ahok di MaKo Brimob Kelapa Dua Depok
Saat itu ramai sekali cuitan dan postingan di Media Sosial bahwa Ahok sedang dikenai Hukuman oleh Allah Swt. Walaupun di Media Sosial pun penuh sesak juga dengan dukungan kepada Ahok yang harus menjalani hukuman penjara.
Ahok memilih taat, mematuhi konstitusi yang ada, seiring waktu berjalan, Jakarta dibawah kepemimpinan Anis pun berubah wajah. Banyak perubahan disana-sini. Tentu ada yang positif walau yang negatif dirasa lebih banyak, yang pasti banyak sekali perubahan wajah Jakarta kekinian.
Bukti-bukti sudah banyak tersaji bagaimana semakin semrawutnya arus lalu lintas di Jakarta, kemacetan yang menggila serta masalah klasik banjir yang kembali pulang setelah pergi jauh 2-3 tahun lamanya.
Menjadi sangat manusiawi, sangat wajar sekali masyarakat yang kemudian menyadari bahwa Jakarta saat ini tidak sebaik beberapa tahun lalu mencuitkan status, komentar, tulisan bahkan aksi-aksi protes ke BalaiKota DKI, sayang aksi mereka hampir dipastikan percuma karena Anis lebih suka menutup diri dari masyarakat Jakarta, bahkan mungkin yang di 2017 lalu ikut memilihnya.
Berbagai keputusan kontroversial pun dikeluarkan Anis. Perubahan Aturan Lalu Lintas, dengan diubahnya fungsi Jl Jati Padang, Pengalihan Hibah yang tadinya ditujukan kepada aparat TNI/POLRI menjadi kepada sejumlah ormas, penggunaan APBD yang ditengarai tidak tepat sasaran bahkan salah sasaran, Penggratisan IMB bagi golongan tertentu, Penerbitan IMB.
Salah satu pemborosan anggaran yang heboh baru-baru ini adalah soal BAMBU GETAH-GETIH, itu belum termasuk budget u/ perawatan Taman & Kolam BalaiKota, budget u/ TGUPP yang jumlahnya 70an orang, yang semuanya serba lebih heboh karena jumlahnya yang jauh lebih besar daripada ketika DKI Jakarta dipimpin Ahok, bahkan Djarot.
Hampir semua pengamat dan masyarakat mengatakan Anis terlalu bodoh, tidak bisa kerja, tidak kompeten sebagai Gubernur di Provinsi yang sangat kompleks permasalahannya. Benarkah demikian ?
Sebagai seorang yang bergelar tinggi tentu tidak sebodoh itu juga seorang Anis mengambil keputusan/kebijakan.
Jelas ada kematangan berpikir sebelum sesuatu diputuskan. Anis pun tahu hitung-hitungannya seperti apa, hanya saja yang patut dipertanyakan adalah: Kenapa Anis tetap melakukan semua itu, walaupun tahu itu hitungannya salah, itu tujuannya salah, itu bisa berakibat negatif, kontra produktif bagi Jakarta dan juga Indonesia.
Semua yang salah-salah itu bukan tidak bisa dicegah, tetapi memang dibiarkan terjadi.
Bambu Getah-getih hanyalah perwakilan dari sekian banyak simbol-simbol lainnya yang dipakai oleh Anis untuk melakukan perlawanan.
Perlawanan kepada Pimpinan. Sebuah keputusan untuk mengambil posisi berseberangan dengan atasan dan juga dengan Gubernur Jakarta sebelumnya, Ahok.
Sebagai Pimpinan jelas Jokowi tidak melewatkan setiap manuver dari seorang Anis, ada pihak yang pastinya menyuplai sumber informasi lengkap, akurat kepada Jokowi soal ini.
Lalu setelah banyak catatan yang hampir dipastikan adalah pelanggaran baik yang ringan ataupun berat yang telah dilakukan Anis, apakah tindakan yang akan dilakukan Jokowi sebagai pimpinannya ? Masyarakat melihat Jokowi terlalu bersabar diri menghadapi seorang Anis ini.
Padahal serangan sudah mulai ditingkat mengarah keranah pribadi seperti soal operasi Yustisi, ketika ditanya Media, Anis malah membawa-bawa nama Jokowi yang katanya orang Solo tapi bisa menjadi Gubernur di Jakarta, ketika Ahok baru mulai muncul kembali ke publik, Anis mengeluarkan IMB untuk Bangunan di Pulau Reklamasi, saat ditanya Media, Anis malah menyeret nama Ahok, bahwa dia mengeluarkan IMB atas dasar PerGub yg dikeluarkan Ahok, padahal Ahok sendiri tidak berani menggunakan dasar itu.
Sebuah narasi perlawanan, narasi yang dibangun Anis lebih banyak bersifat kontradiktif, bukan dengan kebijakan Gubernur sebelumnya tetapi justru berlawanan dengan apa yang sebenarnya dibutuhkan masyarakat DKI.
Kali ini diulang kembali ketika pembongkaran Bambu Getah-getih. Anis kembali menggunakan kesempatan itu untuk menyeret nama Tiongkok. Saya kira semua sudah tahu bagaimana persisnya statemen Anis soal ini.
Tidak ada urgensi yang masuk akal soal Bambu Getah-getih dan Tiongkok.
Semua hanya karena Anis ingin menggunakan kesempatan itu untuk menimbulkan kembali sentimen Anti Aseng, Anti China dikalangan masyarakat terutama pendukungnya berkobar kembali. Ironisnya disisi lain Bus TransJakarta dan Bawang Putih seperti mementahkan statemen Anis sendiri.
Instalasi Gabion pun bukanlah yang terakhir, karena akan ada banyak lagi yang akan dilakukan Anis dalam merangkai misi perlawanannya terhadap apa yang sebenarnya dibutuhkan masyarakat DKI sekaligus berlawanan dengan kebijakan Pemerintah Pusat yang adalah juga pimpinan Anis yaitu Presiden Jokowi.
Hampir semua hal yang telah dilakukan Anis, manuver politiknya lebih tercium kuat dibandingnya kinerja baiknya untuk masyarakat DKI.
Apalagi mendekati masa pergantian kepeminpinan di pucuk pemerintahan yakni Presiden Jokowi akan kembali memimpin Indonesia didampingi wakilnya yang baru yaitu K.H.Maruf Amin.
Saya kira semua tahu bahwa seorang Anis ketika maju di Pemilihan Gubernur DKI diawali oleh niat seorang Jusuf Kalla ini terbukti karena pada awalnya Prabowo dengan Gerindranya justru mengajukan Sandiaga Uno sebagai Calon Gubernur.
Nah menjadi menarik apakah nanti ketika Jusuf Kalla sudah tidak lagi menjadi Wakil Presiden yang bersamaan dengan pergantian kepengurusan KPK yang baru akan menyulitkan bahkan membawa Anis kepada rangkaian masalah berkaitan dengan jabatannya sebagai Gubernur DKI ?
Saya memprediksi demikian, hilangnya figur Jusuf Kalla di posisi Wakil Presiden akan membuat Anis kehilangan sebagian besar kekuatannya.
Jadi jika demikian, siapakah yang sebenar-benarnya dihukum oleh Allah ?
Ahok yang dipenjara selama 2 tahun atau masyarakat DKI Jakarta yang harus hidup dalam ketidak jelasan dan kekecewaan tanpa kemajuan serta harus menunggu hingga 5 tahun ?
Berdoa dan berharap saja.
Pelantikan pimpinan yang baru di pucuk pemerintahan Indonesia membawa perubahan sangat positif juga dipucuk pemerintahan DKI Jakarta.
Salam Cerdas – Kritis – Bijak…
Samuel Tanujaya
(Anak kemarin sore yang tidak mampu kuliah tetapi tetap kepengen pinter…)