Pahlawan Pilkada DKI Jakarta angkat bicara Pilkada Jawa Barat. Lewat cuitannya, pria terpidana yang tak dipidana ini mengatakan pola-pola Pilkada Jakarta bisa diadopsi ke Jawa Barat.
Inilah mengapa perlu saya tegaskan sekali lagi bahwa ketika kita diam, mau tak mau kita akan berada satu barisan dengan pahlawan Buni Yani. Tentu bagi orang yang nalarnya jalan seperti saya, pastilah tidak sudi.
Yang namanya hati penuh kebencian, maka yang keluar juga adalah kebencian dengan segala spare part dan asesorisnya. Karena apa yang keluar dari mulut, keluar dari hati.
Sehingga meski menyandang predikat terdakwa kasus ujaran kebencian tidak lantas membuatnya malu, menundukkan kepala, serta memohon ampun kepada Yang Maha Kuasa, tetapi justru seperti ketagihan mengulangi ujaran kebenciannya.
Pahlawan Buni Yani mengatakan, pola yang digunakan di Pilkada DKI Jakarta 2017 silam dapat dipakai di Pilkada Jabar 2018 mendatang.
“Pola DKI (Jakarta) bisa dipakai di Pilkada Jabar,” kata Buni melalui akun Twitter @BuniYani, Selasa (2/1).
Meski tidak menjelaskan secara rinci, tetapi jika kita ingat pola pilkada Jakarta yang keji, brutal, penuh dengan ujaran kebencian dan hoax, politisasi masjid dan mayat, lalu pola apalagi jika bukan itu??
Adu gagasan sepi, duel program sunyi. Isu SARA menyeruak. Kampanye menjadi ajang mengkafir-kafirkan sesama ciptaan Tuhan. Alhasil pasangan Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat pun terkapar dan harus menyerah di ronde ke-2.
Strategi berhasil! Selisih 20% suara pun membuat publik tercengang. Lalu apakah Pilkada Jabar akan menerapkan pola yang sama?
Jika melihat hoax, fitnah dan ujaran kebencian yang sudah mondar mandir seliweran di sosial media, sepertinya memang ada benarnya apa yang di cuitkan pahlawan Buni Yani.
Ni contohnya…
Kok tega-teganya memfitnah kang Dedi yang beragama muslim taat sebagai penyembah patung dan bebegig, raja musyrik pula. Kok nggak takut sama Tuhan yah…memfitnah orang hanya demi Pilkada, demi jabatan yang akan berhenti di liang kubur …
Ah…itu kan bagi orang yang nalarnya jalan. Hmm…
Kita ingat video unggahan Buni Yani soal pernyataan Ahok mengenai Al Maidah ayat 51 disertai capture provokatif : “penistaan agama” menjadi hulu persoalan yang bermuara pada demo berjilid-jilid 7 juta manusia yang menumbangkan Ahok.
Curi start di Jabar, pahlawan Buni Yani pun meminta pendukung bakal pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jabar 2018 Sudrajat-Ahmad Syaikhu serta bakal calon Gubernur Jabar 2018 Deddy Mizwar tidak saling serang bahkan saling mendukung jika ada dua putaran. Pahlawan Buni Yani mungkin lupa bahwa kemungkinan dua putaran sangat kecil mengingat Jabar hanya mensyaratkan 30%+ 1 untuk menduduki Jabar 1.
Dia juga mungkin kurang update bahwa Demiz sedang mesra dengan Kang Dedi Mulyadi. Nama terakhir tentu bukan calon ideal bagi barisan pahlawan Buni Yani. Mengapa? karena Kang Dedi setipe dengan Ahok, pluralis, toleran dan pekerja keras.
Pilkada Jabar 2018 rencananya akan berlangsung secara serentak bersama 170 wilayah lain di Indonesia pada bulan Juni mendatang. Peta politik sangat dinamis dan masih mungkin berubah-ubah.
Empat bakal calon gubernur Jawa Barat 2018 sejauh ini mengerucut pada 4 nama, yakni Sudrajat-Syaiku yang di dukung Gerindra dan PKS, Ridwan Kamil dari Nasdem,Hanura,PPP, PKB. Dedi Mulyadi oleh Golkar, dan partainya SBY yang mengusung Deddy Mizwar.
Sementara bakal calon dari Gerindra sudah punya wakil, bakal calon gubernur lain masih mencari-cari dukungan parpol dan belum memiliki nama pendamping.
Menariknya, dua partai politik lain, PDI Perjuangan dan PAN, belum menentukan arah dukungan politik di Pilkada Jabar 2018 mendatang. Masih misteri..mungkin dalam pekan ini akan kita lihat bersama kemana mereka merapat.
Pertanyaan menarik, jika pola Pilkada DKI Jakarta diterapkan di Jawa Barat, lalu siapa yang menjadi korban? Apakah RK, DM, Demiz, atau Anton seperti gambar fitnah diatas?
Siapa pula yang akan yang akan menjadi pahlawan di Jabar? Apakah terpidana yang tak dipidana, Pahlawan Buni Yani akan mengulangi perbuatannya dan menjadi juara bertahan peraih trophy Baloon D’or alias kembali menjadi pahlawannya??
Ah…nafsu memang nagih bro. Sukses ejakulasi di Jakarta,ingin klimaks juga di Jabar…
Selamat menyambut Pilkada Jakarta jilid II !!