Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengecam aksi terorisme dalam bentuk peledakan bom bunuh diri di Surabaya, Minggu (13/5) dan Senin (14/5) ini, yang dinilainya tidak bermartabat karena melibatkan anak-anak kecil berumur 9 tahun sampai 12 tahun.
Menurut Presiden, ini adalah kewajiban bersama, para mubalig untuk mengingatkan kepada santri-santrinya, untuk mengingatkan kepada jemaah-jemaahnya, untuk mengingatkan kepada umat-umatnya bahwa agama Islam tidak mengajarkan seperti itu.
“Tidak mengajarkan sesuatu dengan kekerasan, enggak ada. Mengajarkan kita untuk lemah lembut, sopan santun, menghargai orang, menghormati orang lain, tawadu, rendah hati. Saya kira itu yang diajarkan oleh Nabi Besar kita kepada kita,” tegas Presiden.
Anugerah Allah
Presiden Jokowi mengingatkan, bahwa negara Indonesia adalah negara besar, yang memiliki penduduk mencapai 263 juta, tersebar di 17.000 pulau dari Sabang sampai Merauke dari Pulau Miangas sampai Pulau Rote.
Bangsa Indonesia, lanjut Presiden, memiliki 714 suku, tradisi, adat, dan agama yang berbeda-beda.
“Inilah anugerah Allah yang diberikan kepada kita bangsa Indonesia, memang beragam, memang berbeda-beda, dan memang majemuk. Ini anugerah Allah yang diberikan kepada bangsa kita,” ucap Presiden Jokowi.
Kepala Negara mengingatkan, sudah menjadi kewajiban bangsa Indonesia semuanya atas izin Allah untuk merawat dan memelihara ukhuwah Islamiyah, ukhuwah wathaniyah, dan lebih besar lagi ukhuwah insaniyah dan ukhuwah basariyah.
Jangan sampai, tegas Kepala Negara, karena kepentingan politik persaudaraan ini menjadi retak. Kepala Negara menambahkan jangan sampai gara-gara pemilihan bupati, wali kota, gubernur, dan nanti ada pemilihan presiden semua menjadi tidak merasa sebagai saudara sebangsa dan setanah air.
“Silakan kalau ada pilihan bupati, pilihan gubernur, pilihan wali kota, pilihan presiden silakan pilih pemimpin-pemimpin yang paling baik, dicoblos yang paling baik. Setelah itu, rukun-rukun kembali sebagai saudara sebangsa dan setanah air,”
– Presiden Jokowi.
Inilah, lanjut Presiden, tugas bersama, tugas mubalig, para kiai, dan ulama untuk mengingatkan dan menyadarkan kepada semua jemaah bahwa bangsa Indonesia ini beragam dan majemuk, yang sudah menjadi kehendak Allah.
Presiden mengingatkan, jangan sampai gara-gara pemilihan bupati, wali kota, gubernur, dan presiden antarsaudara saling menjelekkan, mencela, mencemooh, dan memfitnah.
“Itu namanya su’ul tafahum, hanya curiga, hanya gampang benci terhadap orang lain, gampang dengki kepada orang lain, kurang pengertian, berpikir jelek. Mestinya yang benar ini kita husnul tafahum, berpikiran positif, berpikiran baik kepada orang lain, berpikir dengan penuh kecintaan terhadap orang lain, tawadu, rendah hati, selalu berprasangka baik,” tutur Presiden Jokowi.