Ketua Departemen Politik DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Pipin Sopian mengamini jika gerakan #2019GantiPresiden yang dipeloporinya belakangan mulai meredup. Hal itu dikarenakan adanya rentetan kasus terorisme yang belakangan terjadi.
“Kalau 2019 ganti presiden itu merendah setelah kasus terorisme, itu memang benar,” ujarnya ketika dihubungi Kricom, Sabtu 26 Mei 2018.
Padahal, kata dia, gerakan yang menggelorakan keinginan pemimpin baru di Pilpres 2019 itu pada awalnya sangat massif dan digemari oleh masyarakat. Namun seiring berjalannya waktu, gerakan yang bermula dari slogan di sosial media dan kaus itu bak ditelan bumi.
“Jadi kalau kita melihat pergerakan #2019GantiPresiden sebelum kejadian terorisme itu tinggi, tapi setelah itu menurun,” sambung Pipin.
Menurut saya, apa yang disampaikan Pipin Sopian memang sesuai dengan kenyataan saat ini. Namun berbeda dengan Pipin, saya melihat bahwa meredupnya gerakan Ganti Presiden tersebut terjadi lebih awal yakni sejak kejadian Persekusi terhadap Ibu dan anak di CFD beberapa waktu yang lalu.
Bukannya tanpa alasan, kejadian persekusi itu menyebabkan hilangnya simpati masyarakat. Kejadian tersebut juga mulai membuka mata masyarakat mengenai siapa sebenarnya PKS yang selama ini menggembar-gemborkan partainya sebagai partai dakwah. Namun di lapangan ternyata suka menggunakan kekerasan, tak jauh bedanya dengan ormas.
Terbukti saat Mardani Ali Sera menggelar deklarasi Ganti Presiden di Patung Kuda, 6 Mei 2018 yang lalu, yang hadir tidak seramai yang diperkirakan kalau tidak mau disebut lumayan sepi.
Meskipun MAS berusaha berinovasi dengan berbagai cara yang saya akui cukup kreatif, sayangnya hasilnya tidak membuahkan hasil yang memuaskan. Ambil contoh saja soal menciptakan lagu Ganti Presiden yang ternyata merupakan jiplakan lagu Better Man nya Robbie Williams, belum lagi asal mencatut nama musisi yang diakui sebagai pencipta dan penyanyi lagu tersebut yang belakangan dibantah oleh musisi yang bersangkutan.
Lalu saat perekaman lagu di salah satu studio rekamanan, yang mengakibatkan kemarahan pemilik studio rekaman yang keberatan dengan pemasangan atribut Ganti Presiden yang dilakukan tanpa persetujuan mereka. Hal ini semakin menunjukkan gerombolan Ganti Presiden yang tidak tahu aturan dan menghalalkan segala cara, termasuk “nebeng” memasang atribut Ganti Presiden tanpa seizin pemilik studio.
Dan yang terakhir adalah pemasangan spanduk untuk membunyikan klakson tiga kali di jalan tol sebagai tanda dukungan terhadap gerakan gerombolan tersebut justru semakin menuai antipati masyarakat yang merasa kegiatan mudik mereka dijadikan ajang politisasi oleh gerombolan tersebut.
Itu kita masih bicara kondisi eksternalnya, belum kita bahas masalah internalnya yang tidak kalah carut-marutnya. Saling lapor dan saling hujat terjadi sesama kader PKS. Setelah Fahri Hamzah melaporkan para petinggi PKS ke Kepolisian, kemudian yang terbaru adalah adalah kasus elite PKS yang akan disidangkan BPDO PKS dengan tuduhan pelanggaran disiplin organisasi. Masih belum termasuk laporan Faizal Assegaf terhadap petinggi ke polisi beberapa waktu yang lalu.
Berbanding terbalik dengan semakin meredupnya gerakan ganti presiden, popularitas Jokowi malah semakin melejit. Hal ini terlihat dari banyaknya apresiasi yang diberikan oleh masyarakat kepada Jokowi, apalagi masyarakat juga sudah merasakan berbagai kebijakan Jokowi yang terbukti sangat bermanfaat.
Ambil contoh saja seperti harga berbagai kebutuhan pokok yang relatif stabil selama bulan puasa dan Ramadhan ini. Belum lagi kegiatan mudik yang relatif lancar, jauh berbeda dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Semua ini semakin meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap kepemimpinan Jokowi. Jadi tidak heran bila Jokowi panen apresiasi terhadap hasil kerja kerasnya.
Tentu saja kondisi ini semakin membuat PKS berang. Beberapa hari terakhir ini, serangan kepada NU yang mendukung pemerintah pun dilancarkan, mulai dari serangan kepada Kyai Yahya Staquf berupa sindiran sampai pada makian khas PKS. Bahkan hasutan serta usaha membenturkan pendukung Ahok kepada Jokowi terkait SP3 si Rizieq semakin menunjukkan wajah asli PKS yang sesungguhnya.
Sekarang tergantung kitanya sendiri, apakah mau mengikuti genderang yang ditabuh PKS atau cuek bebek melihat tingkah PKS. Kalau saya sih tidak akan terpancing oleh tingkah PKS, prinsip saya mendukung Ahok sama dengan mendukung Jokowi, mendukung Jokowi sama dengan mendukung Ahok.
Bagi saya, PKS silahkan saja bertingkah norak, silahkan umbar kebencian dan silahkan mengumbar hasutan. PKS saat ini ibarat orang yang terbenam dalam lumpur, semakin aktif bergerak, semakin cepat dia tenggelam. Semakin banyak bertingkah semakin mengundang cibiran masyarakat. Inginnya meraih simpati, yang muncul malah antipati. Maunya pamer namun justru pamornya yang semakin merosot sebelum akhirnya bubar 2019 nanti. Semoga.