Hari ini keluarga orang nomor satu di Indonesia merasakan sukacita dan kebahagiaan. Putri presiden Joko Widodo, Kahiyang Ayu melangsungkan pernikahan dengan Bobby Nasution. Pernikahan yang diadakan di Kota Solo ini dihadiri 4000 undangan. Ini merupakan hajatan yang kedua, setelah dua tahun lalu Joko Widodo menikahkan putra tertuanya Gibran Rakabuming.
Pernikahan ini menjadi sorotan dari berbagai lapisan masyarakat dikarenakan dua budaya akan disatukan, Kahiyang Ayu yang berasal dari suku Jawa sedangkan Bobby Nasution berasal dari suku Mandailing. Penulis juga merasa sangat antusias mengikuti proses pernikahan anak orang nomor satu di Indonesia.
Menurut penulis pernikahan putri presiden Joko Widodo menggambarkan negara Indonesia yang beranekaragam budaya. Pada malam midodareni tamu undangan yang berasal dari relawan Jokowi menggunakan berbagai baju adat. Hal serupa juga terlihat dari pakaian yang digunakan oleh 60 orang Polwan yang menjadi pagar ayu.
Biasanya pagar ayu dalam adat budaya Jawa menggunakan pakaian adat Jawa. Tetapi pada pernikahan ini pemandangan yang berbeda diperlihatkan. Seluruh pagar ayu menggunakan pakaian yang berbeda-beda yang berasal dari berbagai macam suku di Indonesia. Selain itu wakil presiden Yusuf Kalla yang didaulat sebagai saksi pernikahan juga menggunakan pakaian adat Bugis.
Pemandangan ini menunjukkan bahwa Indonesia adalah negara yang memiliki keanekaragaman budaya dan ini menjadi kebanggaan rakyat Indonesia. Kebhinekaan Tunggal Ika terlihat pada pernikahan putri presiden. Keanekaragaman budaya ini sudah ada jauh sebelum Indonesia merdeka bahkan pada masa lalu keberagaman inilah yang menyatukan seluruh rakyat kepada cita-cita kemerdekaan. Oleh sebab itu keberagaman tidak boleh menjadi pemisah bagi rakyat justru keberagaman menjadi kekuatan bagi bangsa Indonesia untuk menjadi negara yang besar dan disegani di oleh negara-negara lain di dunia.
Bila dilihat pernikahan putri presiden ini jauh dari kemewahan dan pesta pora yang sering terlihat dari pesta-pesta anak pejabat. Pernikahan ini justru menggambarkan sebuah kesederhanaan dan merakyat tetapi tetap menunjukkan kemeriahan. Pernikahan ini tidak hanya dihadiri para pejabat dan politikus tetapi juga dihadiri dari perwakilan berbagai macam golongan agama, tokoh serta masyarakat Solo tanpa memandang jabatan ataupun profesi.
Di hari kebahagiaannya ini presiden Joko Widodo memberikan teladan bagi para pejabat negara, politikus untuk hidup dalam kesederhanaan dan dekat dengan rakyat. Sebuah teladan hidup yang tidak kita lihat dalam diri presiden sebelumnya. Meskipun demikian tetap ada pejabat atau politikus yang “nyinyir” dengan konsep pernikahan putri presiden ini.
Keunikan lainnya terlihat pada menu masakan yang disajikan. Pada pernikahan putri semata wayangnya presiden Joko Widodo juga mengikutsertakan pedagang-pedagang kaki lima di Solo dalam pembuatan menu makanan. Salah satunya adalah menu sate kere. Menurut masyarakat Solo sate kere dijual oleh pedagang angkringan di Solo yang jauh dari makanan mewah. Ini menjadi salah satu keunikan lain yang menggambarkan Jokowi adalah presiden untuk semua kalangan masyarakat Indonesia sehingga di hari bahagianya pun tetap mengikutsertakan rakyat dan berbagi rejeki dengan rakyat.
Joko Widodo adalah pemimpin yang lahir dari “wong cilik” di Indonesia. Bukan dari kalangan militer, pejabat, atau politikus. Latarbelakang ini menjadikan Jokowi pemimpin yang sederhana dan merakyat. Pernikahan putri Jokowi menjadi berbeda dari pernikahan anak presiden pada umumnya. Melalui pernikahan ini rakyat Indonesia diingatkan kembali akan keberagaman budaya Indonesia. Menurut mantan Ketua MK Jimly Asshiddiqie, “hajatan presiden Jokowi ini adalah wedding of the year”.
Andai saya berada di Solo pasti akan ikut makan sate kere..