“Menjadi pahlawan kemanusiaan, kemudian pahlawan olahraga, pahlawan kemasyarakatan, kesehatan, bahkan orang yang kemudian terjun langsung secara empati menangani persoalan Palu-Lombok dia juga bisa menjadi pahlawan,” kata Seskab dalam wawancara menyambut Hari Pahlawan 10 November, di ruang kerjanya Gedung III Kemensetneg, Jakarta, kemarin.
Dengan demikian, lanjut Seskab, tantangan pahlawan itu menjadi berbeda-beda, menjadi berubah-ubah sangat tergantung pada konteksnya. Tetapi, yang paling penting siapapun yang ingin disebut menjadi pahlawan, menurut Seskab, dia harus mendarmabaktikan hidupnya betul-betul untuk bangsa dan negara.
“Maka dengan demikian, sekarang ini semua orang bisa menjadi pahlawan dalam bentuk apapun. Karena pahlawan itu adalah orang yang diidolakan oleh zamannya, oleh masanya. Dia bisa mendapatkan bintang tetapi dia juga bisa sama sekali tidak mendapatkan bintang, tetapi menjadi pahlawan,” tegas Seskab.
Karena semua orang bisa menjadi pahlawan, Seskab Pramono Anung mengatakan, yang paling penting adalah valuenya, yaitu Value untuk menjadi seseorang yang berguna, bermanfaat, dan juga mempunyai kontribusi bagi pembangunan bangsanya.
Karena itu, menurut Seskab, harusnya generasi muda sekarang ini berlomba-lomba pada bidangnya untuk menjadi yang terbaik. Siapa tahu kemudian mendapat pengakuan publik menjadi pahlawan. “Karena siapa saja sekarang ini bisa menjadi pahlawan bagi bangsanya kalau dia berbuat sesuatu yang bermanfaat, berharga, bagi orang banyak,” ujarnya.
Seskab berharap semangat untuk menjadi pahlawan ada di dada semua anak bangsa, dan menginspirasi semuanya untuk berbuat kebaikan bagi bangsa, bagi negara, dan juga bagi kemanusiaan dalam jangka panjang. (DNA/AGG/ES)