Sehebat-hebatnya POLRI dan penegak hukum, tanpa pertisipasi masyarakat teroris itu tetap subur. Masyarakat tingkat Rukun Tetangga (RT) menjadi ujung tombak pencegahan terorisme.
Mengapa pencegahan terorisme tidak melibatkan RT? Mengapa RT tidak partisipatif?.
Kita harus sadar, roh kekuatan RT atau kebersamaan tingkat RT sudah ada masalah. Masalahnya sungguh kompleks. RT di desa, di perumahan di kota atau di hampir semua tempat bermasalah.
Di Perumahan mewah, pagarnya menjulang tinggi. Manusia individual. Di berbagai daerah banyak rumah pakai pagar. Dengan kata lain hubungan sosial tidak begitu hangat.
Di perumahan menengah ke bawah banyak penghuninya membangun rumah/rehab rumah dengan sesuai kehendak sendiri. Bangun usaha sesukanya. Misalnya, tetangga bisnis gas sementara tetangganya takut gasnya meledak. Ada yang buka usaha buka kedai, tetangganya merasa terganggu. Banyak orang buka usaha tanpa mengajak tetangga berdialog. Sejatinya, dialog mampu meminimalisasi resiko.
Ada usaha kos-kosan yang mengganggu masyarakat. Akibatnya, ketika pemilihan RT berdasarkan kepentingan. Misalnya, si A pendukung usaha kos-kosan, si B menolak perumahan usaha kos-kosan. Jadi, warga RT sudah ada konflik yang mengakibatkan hubungan sosial dingin. Celakanya, persoalan di tingkat RT tidak diselesaikan secara hukum. Tetapi secara logika masing-masing. Siapa yang kuat dia menang. Hukum tidak dipakai di tingkat RT dalam menyelesaikan masalah di tingkat RT. Jika kelompok RT yang kuat ingin bangun apapun di RT, jadilah itu. Perumahan didefinisikan sebagai tempat pembinaan anak bangsa, faktanya muncul konflik yang mendinginkan hubungan sosial.
Jika kita ingin mencegah teroris, maka wajib melibatkan RT. RT bisa terlibat secara optimal jika hubungan sosial di desa berlangsung secara hangat. Kehangatan hubungan sosial RT terjadi jika konflik tingkat RT diselesaikan secara mufakat dan hukum. Jika hungungan sosial RT baik dan hubungan dengan aparat penegak hukum baik maka kita hidup bebas dari teroris. Sebab, teroris yang berbahaya hidup di tengah masyarakat.
Salam,
Gurgur Manurung