Saya sangat menyukai musik, terutama musik pop romantis. Salah satu lagu yang saya sukai mirip seperti judul artikel di atas “ Jauh di mata namun dekat di hati “. Lagu ini dinyanyikan oleh RAN yang rilis tahun 2013, teman-teman di Indonesia pasti lebih tahu.
Di sini juga saya punya penyanyi favorit , seorang penyanyi wanita “Gianna Nannini” namanya. Usianya 61 tahun tapi suaranya masih enak didengar dengan ciri khasnya. Saya juga menyukainya karena syair-syair lagunya sangat menyentuh, salah satunya adalah lagu yang berjudul “ Lontana dagli occhi “ artinya “jauh di mata” yang dirilis tahun 2014.
Paragraf pertama syairnya :
Che cos’è? C’è nell’aria qualcosa di freddo Che inverno non è.
Che cos’è? Questa sera i bambini per strada non giocano più.
Non so perchè l’allegria degli amici di sempre non mi diverte più.
Uno mi ha detto che
lontano dagli occhi, lontano dal cuore, e tu sei lontana, lontana da me.
Artinya kira-kira seperti ini :
Ada apa ? udara terasa begitu dingin padahal bukan musim dingin.
Ada apa ? sore ini di jalan tidak ada lagi anak-anak kecil bermain.
Saya tidak mengerti mengapa keceriaan teman-teman tidak lagi membuat saya bahagia.
Seseorang mengatakan padaku jika,
Jauh di mata, jauh di hati dan kamu begitu jauh , jauh dariku.
Sedih sekali kalau dilanjutkan lagi syair-syairnya…, seandainya suatu saat saya bisa bertemu dengan beliau, saya ingin sekali menyampaikan syair lagu yang dinyanyikan oleh group musik “RUN” Indonesia : Meski kau kini jauh di sana, kita memandang langit yang sama , jauh di mata namun dekat di hati…
Meskipun saya menyukai kedua lagu tadi diatas , tetapi untuk syairnya saya lebih memilih syair lagu kedua. Sebuah syair yang bisa mewakili perasaan hati mereka yang hidup di perantauan, tanah air yang jauh di mata namun selalu dekat di hati. Teman-teman yang ada di Qatar pun sepakat, buktinya saya mendapat kiriman foto-foto dan video yang memperlihatkan semangat kebersamaan mereka pada hari sabtu 16 juni 2018 di kota Al khor. Sebuah kotamadya yang terletak pantai timur Qatar. Kota ini berjarak sekitar 60 kilometer dari ibukota negara Doha dan termasuk salah satu kota penting di Qatar.
Salah satu sudut kota Al Khor, Qatar
Meskipun tinggal berjauhan, tidak menyurutkan mereka untuk berkumpul, berbagi cerita dan pengalaman. Apalagi bertepatan dengan perhelatan besar pertandingan sepak bola dunia, acara nonton bareng menambah suasana semakin akrab dan seru. Berbagai penganan Indonesia turut tersaji untuk dinikmati bersama sebagai sarana ikatan kekeluargaan dan persatuan. Setelah melihat foto-foto mereka, saya bisa membayangkan suasana bahagia yang mereka rasakan, ini yang menginspirasi saya menulis artikel ini.
Rasa kebersamaan seperti ini juga, biasanya dirasakan oleh masyarakat Indonesia yang merantau dimanapun mereka berada. Di momen-momen hari raya keagamaan dan hari ulang tahun kemerdekaan Indonesia misalnya, kami selalu berkumpul, mendekatkan hati kami untuk saling berbagi dan mempraktekan toleransi. Mungkin menu kami tidak selezat masakan chef-chef terkenal dan tempat kami berkumpul tidak semegah hotel berbintang akan tetapi semangat kebersamaan yang dibumbui dengan canda dan tawa menjadikan semuanya terasa nikmat dan menyenangkan.
Berbagai penganan Indonesia yang tersaji.
Saya dan teman saya di Belanda juga suka melakukan hal yang sama, meskipun dengan cara berbeda. Liburan musim panas adalah waktu yang sangat kami tunggu, selain membicarakan rencana liburan bersama , obrolan kami di telepon juga sering ditutup dengan deretan pesanan makanan Indonesia. Di negara kincir angin, makanan Indonesia memang lebih mudah didapat daripada di negeri pizza. Tapi seringnya saya kaget ketika mereka tiba di Italia, makanan yang di bawa terkadang lebih banyak dari yang saya pesan. Ternyata teman saya itu memahami betul kalau makanan yang saya pesan bukan untuk saya sendiri.
Kuliner Indonesia memang salah satu sarana bagi saya memperkenalkan Indonesia. Di momen tertentu saat saya berkumpul dengan teman-teman di sini , saya akan mengolah makanan itu kemudian membawanya untuk dinikmati bersama. Untuk mudah di terima dan dipahami, saya selalu menggabungkan kuliner Indonesia dan cara penyajiannya memakai budaya Italia.
Kadang-kadang ini juga menjadi tantangan buat saya untuk belajar bagaimana membedakan dan memilah makanan Indonesia yang bisa disajikan sebagai menu pembuka (starter), menu utama( main course), menu tambahan ( side order ) dan menu-menu lainnya. Begitupun dengan penataan di meja makan : piring berbagai ukuran, gelas berbagai berbentuk , sendok, garpu dan peralatan lainnya, mempunyai fungsi masing-masing sesuai dengan menu yang dipilih.
Salah satu cara menata peralatan makan.
Saat berkunjung ke rumah teman atau menengok teman yang sakit , saya juga lebih tertarik membawa kue-kue khas Indonesia di banding membawa rangkaian bunga. Selain tujuan di atas tadi, saya juga mempunyai keyakinan kalau kue-kue Indonesia itu mempunyai rasa yang khas dan eksotik. Supaya terlihat cantik dan enak dipandang , kue-kue itu saya bungkus dengan rapih seperti dari toko-toko kue di sini. Bagi saya, paket kue yang terbungkus rapi itu, bagaikan sebuah buku yang berjudul “Indonesia” yang setiap lembarannya akan menceritakan tentang Indonesia dari a,b, c bahkan sampai z.
Salah satu contoh paket kue-kue kering.
Semua yang kami lakukan memang hal-hal yang kecil tetapi bagi kami itu begitu berarti. Bukan untuk kesombongan atau pujian tetapi memang ini yang bisa kami beri, bagaimana mencintai negeri untuk anak-anak dan orang-orang disekitar kami. Paling tidak , jika ada pertanyaan kepada kami, seperti yang mendiang presiden Amerika John F Kennedy pernah ucapkan dalam pidatonya tanggal 20 januari 1961 : “ Jangan tanyakan apa yang Negara dapat perbuat untukmu, tetapi tanyakanlah apa yang dapat kamu perbuat untuk Negara”. Kami semua sudah mempunyai jawabannya. Arrivederci ….
Bagi para pencinta musik pop romantic, lagu kesukaan saya di atas , ada di video di bawah ini :