Penulis: Gurgur Manurung
Hari ini genap 3 tahun sahabatku Dr.Victor Silaen, MA telah pergi ke tempat peristirahatannya. Saya ingat lagu, ” molo masihol ho, ingot ma na di surgo ahu” ( kalau engaku merindukanku, ingatlah aku di surga).
Minggu lalu, kami jumpa dengan istrinya Synka Tarigan. Kak Synka memeluk istriku dan menangis. Kenapa kaka menangis?. Jika aku melihat kalian dua, aku ingat abang kalian. Saya menjadi sedih dan tak sadar meneteskan air mata.
Bagaimana saya tidak sedih, bang Victor sangat memberi makna dalam hidup saya. Mulai dari melatih saya menulis, dana kuliah, diskusi gereja, sosial, politik, budaya dan segala aspek kehidupan, dialah sahabatku.
Ketika dia melatihku menulis, dialah yang memuat tulisanku di Reformata, Narwastu, dan berbagai majalah Kristen. Kemudian, dimana dia menulis, kesitu aku diajaknya. Gur, kirim tulisanmu ke Suara Pembaruan, Sinar Harapan, Jurnal Nasional, Sinar Harapan, Seputar Indonesia dan lain sebagainya. Gur, buat tulisanmu ke jurna ini. Gur, kita menulis buku.
Gur, kita buat buku untuk ulang tahun bang Mangapul Sagala Full. Bang Sagala, ulang tahun ke 50. Tidak perlu menulis lagi, tulisanmu tentang dahsyatnya uang recehan saja kita buat.
Gur, tulisanmu di Kompas keren. Jangan cepat puas. Menulis itu sampai kita tidak bisa menulis lagi. Menulislah terus. Menulislah, karena menulis adalah ciri intelektual seseorang.
Persahabatan kami tidak hanya urusan tulis menulis, politik, dan akademik. Tetapi, masalah pribadi. Gur, popoknya si Abel masih bagus tuh. Bisa kurasa dipakai Daniel. Ramah lingkungan seperti ilmumu, candanya.
Tahun 2014 saya dan banyak pengagumnya mendukung dia Calon DPD dari DKI Jakarta. Kami mendukungnya dengan sekuat tenaga. Masyarakat banyak yang mendukungnya. Banyak yang mendukung biaya kamapanyenya. Kita dukung dia untuk menjadi pemimpin. Sayang, dia tidak terpilih. Mungkin, dia lebih baik menjadi akademisi saja.
Semenjak kepergiannya, saya lesu. Malas bicara politik yang biasanya kami lakukan di kampus UPH dan diberbagai tempat.
Kini saya lebih tertarik di duni pendidikan dan lingkungan. Kalau seperti sekarang, sering teringat, kalau bang Victor masih hidup, apa yang dia tulis?. Tulisan-tulisannya memang bernas. Sampai kini, hampir semua tulisannya relevan. Dia memang penulis cerdas, berintegritas.
Victor Silaen, akademisi sejati itu kini tenang di surga. Saya selalu mengingat pemikiran-pemikirannya tentang gereja, budaya, politik.
Semoga bisa sepertinya, meninggal tanpa cacat. Dia menyelesaikan tugasnya dengan baik.
Kedua anaknya, Abel dan Anya mengikuti jejaknya. Anya, kuliah di jurnalistik UNPAD dan Abel aktif berorganisasi di kampusnya.
Kak Synka melanjutkan perjuangannya bersama Tuhan. Tuhan sungguh baik.
@gurmanpunyacerita.