Pembuatan patung Garuda Wisnu Kencana (GWK) akhirnya rampung setelah 28 tahun dikerjakan. Proyek tersebut awalnya digagas pada era Presiden Soeharto pada tahun 1989.
Penggagasnya adalah seniman Nyoman Nuarta, Menteri Pariwisata, Pos, dan Telekomunikasi ketika itu Joop Ave, Menteri Pertambangan dan Energi IB Sudjana, dan Gubernur Bali Ida Bagus Oka.
Lalu pada tahun 1990, ide proyek ini disetujui oleh Presiden Soeharto ketika itu. Joop Ave kemudian melakukan ground breaking pada tahun 1997 setelah didahului dengan pembebasan lahan dan pengerjaan land art.
Pada Tahun 2000 dilakukan GWK Expo untuk mencari investor yang bersedia menanam saham di kawasan ini dan Patung GWK sebagai landmarknya. Semula lahan GWK direncanakan seluas 220 hektar. Namun, yang berhasil dibebaskan hanya sekitar 60 hektar.
Karena berbagai krisis yang menghadang, Nyoman Nuarta sebagai pemiliki 80 persen saham kemudian menjual GWK kepada PT Alam Sutra Realty Tbk. Sedangkan Nyoman Nuarta hanya berkewajiban menyelesaikan pembangunan patung. Tahun 2013 dilakukan ground breaking ulang dengan memindahkan lokasi patung dari tempat semula.
Patung setengah badan Wisnu di Plasa Wisnu sampai sekarang masih dibiarkan seperti sediakala. Jadi GWK yang kini berdiri tegak dan lengkap itu baru dibangun sejak 2013.
Selain Nyoman Nuarta, ada 120 seniman lainnya yang ikut terlibat dalam proses pembangunan Patung GWK. Tersusun dari 754 modul yang terdiri dari 1.500 keping, Luas permukaan kulit Patung GWK mencapai 25.000 meter persegi.
Dari segi teknis kontruksi, tingkat kerumitan Patung GWK tergolong tinggi karena dibuat tanpa deformasi dari model dengan skala kecil. Biaya pembangunan Patung GWK sendiri dikabarkan mencapai sekitar Rp450 miliar.
Karya ini menjadikannya sebagai patung tembaga terbesar di dunia yang dikerjakan dengan teknik pengelasan. Patung GWK sendiri memiliki berat 3.000 ton dan tinggi 121 meter dari permukaan tanah. Lebih tinggi dibandingkan patung Liberty di New York yang memiliki ketinggian 93 meter.
Sebagai patung tertinggi kedua di dunia, GWK hanya kalah tinggi dari Spring Temple Buddha di China dan mengungguli The Laykyun Sekkya Buddha di Myanmar.
Perayaan syukur bertajuk “Swadharma Ning Pertiwi” pun sudah digelar menandakan selesainya pengerjaan patung GWK tersebut pada Sabtu, 4 Agustus 2018.
Dalam kesempatan itu, Nyoman Nuarta juga mengucapkan terima kasih kepada 120 pekerja yang bahu-membahu membangun GWK. Mereka telah berjuang bekerja di ketinggian 121 meter dengan peralatan yang serba sederhana.
Disebutkan bila patung GWK memiliki makna, Wisnu yang dalam kepercayaan Hindu, melambangkan kekuatan utama pemelihara alam semesta, dijadikan figur perwujudan modern kebudayaan dan tradisi kuno. Sementara garuda, burung raksasa lambang kebebasan dan pengabdian tanpa pamrih.
Patung Garuda Wisnu Kencana didedikasikan sebagai simbol dari misi penyelamatan lingkungan dan dunia. Patung itu sekaligus diproyeksikan mengikat tata ruang dengan jarak pandang hingga 20 km sehingga terlihat dari Pantai Kuta, Sanur, Nusa Dua, hingga Tanah Lot.
Kemegahan Patung GWK juga kelak akan diperkuat oleh fasilitas pendukung yang berada di sekitarnya. Salah satunya adalah Lotus Pond, satu ruang alami yang dikelilingi pilar-pilar batu cadas yang mampu menampung pengunjung hingga 7.500 orang. Lotus Pond sangat ideal dijadikan tempat pertunjukan berskala besar, seperti musik kolosal atau upacara tradisional serta gala dinner.
Di samping itu, terdapat juga Amphitheatre, ruang pertunjukan terbuka dengan delapan ratus tempat duduk. Singkat cerita, jika terlaksana, Taman Budaya GWK akan menjadi megaproyek pertama di bidang budaya dan pariwisata di Indonesia. Tentu saja, megaproyek yang menjadi gambaran mimpi dan ambisi pemerintah kala itu, akan menjadi sumber kebanggaan seluruh bangsa Indonesia.
Selain bisa menyaksikan pertunjukan seni musik, tari, dan teater di Amphitheatre, wisatawan juga bisa menikmati pemandangan dari stone gate, yakni tempat kawasan taman budaya. Elemen estetika memegang peran yang sangat penting dalam membangun citra kawasan.
Yang secara khusus mengungkap identitas Bali sebagai pijakan budaya dan seni yang dipresentasikan melalui persepsi olahan seni modern. Tidak hanya melalui olahan bentuk namun lebih dalam pada penekanan proses sebab akibat yang diangkat melalui tema dan penampakan teknologinya.
Sedangkan dari Plaza Wisnu yang menjadi lokasi tertinggi di kawasan GWK, wisatawan dapat menikmati panorama belahan selatan Pulau Bali. Di sini terdapat Patung Wisnu setinggi 22 meter yang terbuat dari tembaga. Tempat ini mempunyai fungsi khusus dan terbatas karena di suatu sisi dari lokasi ini terdapat mata air keramat yang sejak dulu diyakini oleh masyarakat sekitar sebagai anugerah yang memiliki kekuatan magis dan dinyatakan sebagai kawasan sakral yang diberi nama Parahyangan Somaka Giri.
Dan kini, salah satu mahakarya kebanggaan bangsa Indonesia tersebut akan segera diresmikan oleh Jokowi, rencananya tanggal 22 September 2018. Selain meresmikan patung GWK, Jokowi juga meresmikan Underpass Simpang Tugu Ngurah Rai di Denpasar, Bali yang telah selesai.
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono menyebutkan bila pembangunan underpass ini dalam rangka mendukung Indonesia sebagai tuan rumah pertemuan tahunan Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) dengan Bank Dunia atau World Bank (WB) yang akan diselenggarakan di Denpasar, Bali pada Oktober 2018.
“Underpass ini dibangun bertujuan untuk mengurangi kemacetan di Kota Denpasar serta mendukung pertemuan tahunan Dana Moneter Internasional dan Bank Dunia (IMF-WB) tahun 2018,” ujar dia di Jakarta, Sabtu 15 September 2018.
Dengan beroperasinya Underpass Simpang Tugu Ngurah Rai diharapkan dapat mengurangi kemacetan hingga 50 persen. Dengan semakin lancarnya arus lalu lintas, akan mendukung mobilitas para peserta konferensi selama berlangsungnya acara.
Hal ini sangat penting karena jumlah peserta yang hadir diperkirakan sebanyak 15 ribu orang yang terdiri atas berbagai latar belakang, dari mulai pejabat pemerintah, pengambil keputusan, pemimpin usaha dan akademisi juga akan hadir dalam konferensi tersebut.
Underpass Simpang Tugu Ngurah Rai memiliki panjang 712 meter, lebar 16 meter, dan tinggi 5,2 meter. Pembangunan telah dimulai sejak September 2017, dengan nilai Rp 168,3 miliar melalui anggaran BBPJN VIII, Ditjen Bina Marga.
Desain undepass juga mengakomodir ornamen-ornamen budaya Bali yang dapat dirasakan pada saat kendaraan masuk underpass serta pada dinding underpass.
Trailer Patung Garuda Wisnu Kencana (GWK)
https://youtu.be/eg2UgL7PpI0