Minggu lalu diumumkan di gereja St.Mary, yang berlokasi di Whitford, bahwa acara Christmas Carols akan diselenggarakan di lapangan terbuka dan dimulai jam 5.30 waktu setempat. Karena Gereja Katholik yang paling dekat dengan kediaman kami di Burns Beach adalah St.Mary, maka sejak dari awal tinggal di Australia Barat, kami setiap hari Minggu hadir di sini. Orang Indonesia yang ke gereja ini dapat dihitung dengan jari tangan saja. Setahu saya, hanya ada Vera dan sepasang putra putrinya, ada Noni dan bu Lany bersama putrinya, sehingga total dengan kami berdua tidak sampai 10 orang. Karena sebagian besar memilih hadir di gereja Indonesia di Perth
Pukul 4.00 sore, kami sudah meluncur dengan kendaraan menuju ke Lapangan Whitford Gereja St.Mary yang lokasinya terletak di jalan Camberwarra Drive, Graigie, berjarak sekitar 20 menit berkendara dari kediaman kami di Burns Beach. Kami sengaja datang lebih awal agar mendapatkan tempat parkir di samping lapangan. Kalau datang mepet di jam acara, maka sudah dapat dipastikan kami harus mau parkir ratusan meter dari lokasi, mengingat yang datang berjumlah ribuan orang dan masing-masing datang dengan kendaraan pribadi.
Ternyata kami bukanlah orang yang pertama datang, karena sudah terlihat puluhan kendaraan sudah di parkir di sana. Bahkan sebagian dari lapangan, di mana akan dilangsungkan Christmas Carols, sudah terisi oleh para pengunjung.
Sesuai dengan pengumuman, gereja tidak menyediakan fasilitas apapun. Masing-masing umat dipersilakan membawa perangkat masing-masing. Boleh kursi lipat atau tikar, maupun karpet, maka kami membawa 2 kursi lipat yang memang sudah disiapkan sejak awal. Kami mengambil posisi di tempat teduh, mengingat cuaca sudah mulai panas. Begitu kami tiba di lapangan, berbagai sapaan dari kiri-kanan, dalam aksen bahasa Inggris yang berbeda-beda. Ya, warga Australia terdiri dari puluhan suku bangsa di dunia.
Hanya Kami Berdua Orang Indonesia
Sama sekali tidak ada penjagaan dan semua orang bebas untuk hadir. Tak tampak sekuriti, baik dari pemerintah, maupun dari pihak gereja. Tampak gereja amat yakin bahwa tidak seorangpun yang datang untuk membuat keonaran. Kami mencoba melirik ke kiri ke kanan dan ke belakang, tapi tidak tampak ada orang Indonesia lainnya.yang hadir pada waktu itu. Mungkin mereka hadir di midnight Christmas Carols.
Sebelum acara dimulai, ada pemain band yang menyanyikan lagu-lagu natal dan mereka hadir di sana dengan sukarela. Membawa perangkat masing-masing dan mempersiapkan segala sesuatunya.
Ketika lagu pertama berakhir dengan tepuk tangan meriah dari yang hadir, ada pengumuman dari panitia bahwa ada surat imbauan dari pihak kepolisan setempat yang menjelaskan, kendati pun perayaan Natal, namun aturan berlalu lintas dan parkir, tetap berlaku. Karena itu, diberikan kesempatan kepada para pengunjung yang parkir tidak sebagaimana seharusnya, seperti menghalangi jalan masuk tetangga atau kendaraan menyita sebagian dari ruang yang diperuntukkan bagi pejalan kaki, agar segera dipindahkan. Jangan sampai ibadah Anda ternoda dengan denda yang harus dibayar.
Maka tampak beberapa orang yang merasa parkir tidak pada tempatnya, berdiri dan mematuhi tenggang waktu 15 menit yang diberikan oleh pihak kepolisian. Disini, bila salah satu dari roda kendaraan menutupi jalan yang diperuntukan bagi para pejalan kaki, akan didenda
Khotbah Paling Singkat
Misa dipimpin oleh Pastor Cyprian yang berasal dari Kenya, Afrika dan PastorThung, yang berasal dari Vietnam. Pastor Cyprian menggantikan Pastor Joe, yang dipindah tugas ke Alamanda. Ketika menyampaikan kotbah dalam bahasa Inggris yang kental dengan aksen Afrika, Pastor Cyprian membuat kejutan. Kotbah berlangsung tidak sampai satu menit!
“Saudara-Saudara, silakan tengok ke kiri dan ke kanan dan ke belakang anda. Rata-rata yang hadir disekeliling anda berbeda asal usulnya.Tapi saya menyaksikan dan anda semua merasakan, bahwa semua duduk berdampingan, sambil tertawa bersama sama. Cinta kasih yang tulus, telah membuat saudara-saudara tidak lagi melihat perbedaan. Karena cinta kasih yang tulis menjembatani semua perbedaan.
Anda semua sudah memberikan contoh terbaik, bahwa orang tidak mungkin bisa mengasihi Tuhan yang tidak tampak, kalau tidak bisa mencintai sesama yang ada disekelilingnya. Contoh yang baik, adalah kotbah yang terbaik. Karena seperti yang tertulis dalam kitab suci, “Bukan kamu, yang berteriak teriak Tuhan! Tuhan! yang akan masuk kedalam Surga, tapi kamu yang melakukan perintah Tuhan.”
Dan anda semua sudah mempratikkannya, yakni mempraktikkan dan anda tidak butuh lagi kotbah yang panjang lebar. Karena inti dari seluruh kitab suci adalah mencintai sesama manusia,tanpa membeda bedakan ”
Sesaat ribuan orang yang hadir memenuhi seluruh lapangan hingga ke sudut sudut taman terdiam sesaat dan kemudian semuanya memberikan applaus. Padahal selama ini usai Pastor berkotbah panjang lebar, umat hanya diam. Tapi kali ini, mendapatkan kotbah yang super singkat, seakan semua yang hadir setuju bahwa contoh teladan yang baik, adalah khotbah terbaik.
Semua Saling Bersalaman
Seluruh rangkaian acara berlangsung dengan damai dan penuh kedamaian. Usai acara, semua yang hadir saling mengucapkan “Selamat Natal” Walaupun pada waktu itu, hanya kami berdua dari Indonesia di antara ribuan orang yang berasal dari berbagai negara, tapi tak sedikitpun kami merasa asing, karena semua yang hadir membuka hati untuk menerima keberagaman. Kami pulang dengan membawa kelegaan dan damai Natal.
Selamat Hari Natal Bagi Yang Merayakan!
Tjiptadinata Effendi