Indovoices.com –Bank Indonesia (BI) melalui Tinjauan Kebijakan Moneter Juni 2020 memprediksi kontraksi ekonomi terus berlanjut dan membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun.
Pada kuartal II 2020, pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan menurun meskipun tekanan mulai berkurang.
Sepanjang 2020, ekonomi RI diperkirakan hanya tumbuh di kisaran 0,9 persen hingga 1,9 persen.
“Ekspor menurun sejalan dengan kontraksi perekonomian global, sementara konsumsi rumah tangga dan investasi menurun sejalan dengan dampak kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB),” kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Onny Widjanarko dalam siaran pers.
BI memperkirakan, proses pemulihan ekonomi mulai menguat pada kuartal III 2020 sejalan dengan relaksasi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sejak pertengahan Juni 2020 serta stimulus kebijakan yang ditempuh.
Perkembangan tersebut disertai dengan ketahanan eksternal perekonomian yang tetap baik, inflasi yang rendah, serta stabilitas sistem keuangan dan kelancaran sistem pembayaran yang tetap terjaga.
“Namun, risiko pandemi Covid-19 tetap perlu terus dicermati,” ujar Onny.
Oleh karena itu, BI menempuh beragam respons bauran kebijakan untuk memitigasi risiko dampak Covid-19 terhadap perekonomian.
Begitu pun bersinergi erat mengambil langkah-langkah kebijakan lanjutan yang diperlukan secara terkoordinasi dengan Pemerintah dan KSSK. Tujuannya untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, serta pemulihan ekonomi nasional.
Di sisi lain, BI tetap melihat adanya ruang penurunan suku bunga seiring rendahnya tekanan inflasi, terjaganya stabilitas eksternal, dan perlunya mendorong pertumbuhan ekonomi.
Dalam Rapat Dewan Gubernur 17-18 Juni 2020, Bank Indonesia memutuskan untuk menurunkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps menjadi 4,25 persen, melanjutkan kebijkakan stabilisasi nilai tukar Rupiah dan pelonggaran likuiditas (quantitative easing), serta memberikan jasa giro kepada bank sebesar 1,5 persen per tahun.
“Ke depan, Bank Indonesia memprakirakan perekonomian yang menurun pada 2020 akan kembali membaik pada 2021. Pertumbuhan ekonomi kembali meningkat pada kisaran 5-6 persen pada 2021,” sebut Onny.
Pertumbuhan ekonomi itu disertai dengan inflasi yang terjagaa dalam ssarannya 3 persen ± 1 persen. Sementara itu, defisit transaksi berjalan akan berkisar 1,5 persen PDB pada 2020, di bawah 2,5 persen – 3 persen PDB pada 2021.(msn)