Warga Perbatasan NTT Yang Kini Tidak Malu Lagi
Duduk sembari menyilangkan kedua kaki di kursi plastik berwarna merah marun, Febianus Kali, masih terlihat letih dan sedikit pucat.
Lelaki berusia 35 tahun ini baru saja pulang dari tempat kerjanya di sekitar area Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Motaain, Desa Silawan, Kecamatan Tasifeto Timur, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT), Selasa (10/9/2019) sore.
Febianus memiliki profesi ganda di lokasi PLBN yang berada pada garis batas antara Indonesia dan Timor Leste.
Profesi yang digelutinya yakni sebagai porter, yang punya tugas membantu pelintas batas mengangkut barang bawaan.
Dia juga menawarkan diri kepada pelintas untuk mengisi formulir yang diberikan pihak imigrasi. Upah yang diterimanya variatif, mulai dari Rp 10.000 hingga Rp 25.000.
Mengenakan topi dan kaus hitam, celana jeans abu-abu, serta sandal jepit, Febianus duduk di sudut kiri di depan rumah salah satu warga yang mendapat bantuan dari pemerintah pusat.
Pria berkulit gelap itu, tinggal bersama 99 kepala keluarga lainnya di kawasan lereng bukit Dusun Webenahi, Desa Silawan.
Febianus mengatakan, pembangunan PLBN Motaain telah mengubah hidupnya dan warga di sekitar.
Febianus dan puluhan warga lainnya beruntung, karena masing-masing kepala keluarga mendapat bantuan rumah permanen tipe 36 dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada tahun 2016 lalu.
Warga pun kemudian sepakat dan menamai permukiman mereka dengan nama Kampung Jokowi.
Febianus berkisah soal kondisi kehidupannya sekarang.
“Kalau dulu, cari uang susah dan rumah kami hanya beratap daun dan berdinding. Kondisi rumah kami lebih buruk dari rumah milik warga Timor Leste yang ada di perbatasan. Tapi sekarang rumah kami jauh lebih bagus dan kehidupan ekonomi kami juga baik,” ungkap Febianus saat berbincang denganKompas.com, Selasa.
Ada rasa bangga dalam diri Febianus dan warga lainnya, karena bukan hanya rumah mereka yang telah dibangun permanen oleh pemerintah pusat, tapi juga sejumlah bangunan milik pemerintah yang berdiri kokoh dan megah.
Bangunan yang dimaksud seperti PLBN Motaain, Puskesmas Silawan, Polsek dan Kantor Desa Silawan.
Apalagi, Jokowi sudah tiga kali berkunjung ke wilayah mereka, sehingga kebanggaan bukan hanya dirasakan oleh Febianus dan warga lainnya, tapi juga semua masyarakat Kabupaten Belu dan NTT.
Febianus mengaku, sering bepergian dan melihat kondisi kehidupan masyarakat Timor Leste yang berada di perbatasan, khususnya di Batugade dan Koa di Distrik Bobonaro.
Sebelumnya, bangunan milik warga dan juga pemerintah Timor Leste lebih bagus dari miliknya Indonesia, sehingga dia sempat merasa malu jika membuat perbandingan antara kedua negara itu.
Tetapi, setelah pemerintah pusat membangun PLBN Motaain dan fasilitas publik lainnya, serta 100 unit rumah permanen bagi masyarakat Desa Silawan, perubahan pun terjadi.
“Pendapatan saya dari pekerjaan saya ini, kalau pelintas sepi Rp 100.000 dan kalau ramai bisa sampai Rp 200.000 per hari,” ujar Febianus.
Fabianus bersama warga yang lain, berterima kasih kepada pemerintah pusat yang telah memberikan perhatian lebih kepada warga di perbatasan.
“Terima kasih Pak Jokowi, sekarang kami tidak malu lagi dengan warga Timor Leste,” kata Febianus bangga.
Sekretaris Desa Silawan, Yakobus Berek menyebut keberadaan PLBN Motaain yang megah, membawa dampak yang besar bagi warganya
Menurut Yakobus, PLBN ini selain tempat pemeriksaan bagi pelintas batas, juga menjadi obyek wisata baru.
Masyarakat Silawan, lanjut Yakobus, kemudian mengambil kesempatan itu dengan berjualan sejumlah kebutuhan pokok kepada pengunjung dari beberapa wilayah lainnya di NTT dan juga dari Timor Leste.
Keberadaan PLBN Motaain lanjut Yakobus, juga menciptakan lapangan kerja baru bagi warga desanya.
Terdapat 60 lebih warganya yang direkrut menjadi petugas keamanan dan juga petugas kebersihan. Sedangkan warga lainnya, memanfaatkan peluang menjadi porter, ojek dan penyewa mobil rental.
Pembangunan PLBN
PLBN Motaain, kata Yakobus, dibangun dengan konstruksi megah, setelah pada Sabtu (20/12/2014), Presiden Jokowi melakukan kunjungan perdana ke Motaain.
Saat itu, Jokowi melihat langsung kondisi bangunan PLBN yang masih sangat sederhana. Sistem pelayanan satu atap yang masih manual, jika dibandingkan dengan sistem pelayanan di Timor Leste.
Setelah Jokowi kembali ke Jakarta, PLBN Motaain akhirnya dirombak total. Dalam waktu kurang lebih dua tahun lamanya, PLBN Motaain akhirnya dibangun megah dan diresmikan oleh Jokowi pada Rabu (28/12/2016).
“Saat Kunjungan pertama, Pak Jokowi melihat kondisi PLBN yang mirip bangunan tua. Setelah beliau pulang, PLBN langsung dibangun megah dan melebihi Timor Leste. Dulu PLBN Timor Leste jauh lebih bagus dan kita saja malu, apalagi pak Jokowi pasti sangat malu,”ujar Yakobus.
Saat ini di sekitar PLBN telah dibangun sejumlah bangunan pendukung lainnya seperti pasar modern dan juga terminal internasional khusus barang, yang berdiri di atas lahan seluar 2,5 hektar.
Bukan hanya bangunan saja yang dibuat megah, tetapi jalan raya pun dibuat lebar dan mulus.
Perhatian pemerintah pusat kata Yakobus, tidak hanya pada infrastruktur umum saja, tapi juga kepada warga di Desa Silawan seperti bantuan 100 rumah permanen, 264 MCK, listrik dan air.
“Bahkan sekarang, semua jalan masuk ke wilayah dusun, menggunakan rabat beton. Semua anggaran untuk bangun jalan itu berasal dari APBN,” ujarnya.
Dana desa yang ada hanya digunakan untuk merehap rumah warga yang rusak dan juga membantu pemasangan meteran listrik bagi warga tidak mampu.
Namun, kata Yakobus yang dibutuhkan masyarakat Desa Silawan yakni intervensi dari dana pusat, untuk pengembangan di bidang pertanian, berupa sarana prasarana dan pelatihan-pelatihan kepada masyarakat dalam mengelola lahan yang ada.“Walaupun masih ada kekurangan, tapi kami tetap bangga, karena sudah tiga kali desa kami dikunjungi oleh Presiden Jokowi. Ini sesuatu yang luar biasa dan hebat,” kata Yakobus.
Pendamping Desa Silawan Anato Moreira mengatakan, di wilayah perbatasan ada pergeseran profesi warga setempat.
“Misalnya dulu, sebelum ada batas negara, wilayah Motaain merupakan daerah persawahan, tapi setelah ditetapkan batas negara. Dulunya yang bertani di sawah, sekarang bergeser menjadi pekerja di batas dengan gaji bulanan,” ujarnya.
Sedangkan terkait infrastruktur di wilayah Silawan, saat ini lebih maju dan lebih modern dibandingkan sebelumnya.
“Saya bertugas di Silawan sejak 2005. Kalau saya bandingkan dengan dulu, saat ini jauh lebih maju. Banyak bangunan megah, jalan dulu sempit dan berlubang, tapi sekarang lebar dan aspal bagus,” ujar Anato yang juga menjadi pengurus LSM CIS Timor.
Sebagai pemerhati perbatasan dan juga pengurus LSM, Anato menilai, poin pentingnya adalah pada peningkatan sumber daya manusia di Silawan.
Menurutnya, belum ada kreativitas warga untuk menciptakan peluang usaha di perbatasan.
Ia mencontohkan soal pembuatan kerajinan tangan atau suvenir bagi pelintas batas, maupuan wisatawan yang berkunjung ke PLBN Motaain, belum dilakukan warga Silawan.
“Pembangunan infrastruktur yang besar, harus diikuti pembangunan sumber daya manusianya juga,” kata Anato
Anato berharap, semua orang dapat menjaga dan merawat PLBN Motaain, karena menjadi kebanggaan Indonesia, Provinsi NTT, Kabupaten Belu dan Desa Silawan.
Meningkatkan ekonomi
Bupati Belu Willy Lay, mengatakan, keberadaan PLBN Motaain telah meningkatkan ekonomi masyarakat di Desa Silawan, hingga Kota Atambua, ibu kota Kabupaten Belu.
Pertumbuhan ekonomi dan pedapatan per kapita warga di Kabupaten Belu terus meningkat
“Pertumbuhan ekonomi sekarang di Kabupaten Belu, naik menjadi 6,03 persen, dibandingkan tahun lalu yang hanya 5 persen. Sementara pendapatan per kapita masyarakat meningkat dari Rp 13 juta menjadi Rp 14 juta. Angka itu masih di atas kabupaten lainnya di NTT,” ujar Willy.
Sejumlah faktor yang membuat pendapatan perkapita masyarakat meningkat, karena adanya lapangan kerja baru, perdagangan lintas batas dan pembangunan PLBN Motaain.
PLBN Motaain sebut Willy, kini menjadi objek wisata baru yang dikunjungi oleh warga dari kabupaten lainnya di NTT hingga warga Timor Leste.
Karena lokasi PLBN berada dekat pantai dan pegunungan, diharapkan perhatian pemerintah pusat untuk membangun menjadi satu kawasan, sehingga pengunjung bisa menikmati suasana wisata yang lengkap.
Dari catatannya, dalam setahun sedikitnya 161.000 warga Timor Leste berkunjung ke Kabupaten Belu melalui PLBN Motaain.
“Karena itu, kami sangat berterima kasih secara khusus kepada Pak Jokowi dan kami berharap, pak Jokowi datang lagi ke Atambua,” ujar dia.
Sumber: Kompas.com