“Anda tahu bedanya itu dimana? Kalau demand side itu yang diutak-atik itu semua moneter dan fiskal saja. Tapi kalau supply side itu membangun infrastruktur, membangun SDM, persoalan pertanahan,” kata Darmin pada konperensi pers Laporan 4 Tahun Pemerintahan Jokowi-JK, Membangun Manusia Indonesia Menuju Negara Maju, di Aula Gedung III Kemensetneg, Jakarta, Selasa (23/10) pagi.
Menurut Menko Perekonomian, kalau supply side dan demand side itu seimbang maka kemajuan ekonomi suatu bangsa pada akhirnya terwujud dalam apa transformasi struktural, transformasi ekonomi.
Ia menjelaskan, secara klasik, itu misalnya orang pindah dari sektor tradisional ke sektor formal yang terjadi selalu banyak masalah, karena supply sidenya kurang diurusi, infrastrukturnya kurang diurusi, SDM-nya kurang diurusi dan sebagainya. Namun begitu dia seimbang, menurut Darmin, maka kita ada pada 1 titik siap melakukan transformasi ekonomi tanpa harus memindahkan orang dari pertanian ke industri semuanya.
“Kita bisa mentransformasi kegiatan pertanian itu menjadi lebih baik yang tadinya subsistem lebih komersial, karena infrasturktur ada sehingga mudah dipasarkan ke kota-kota tanpa harus pindah,” terang Darmin seraya menambahkan, transformasi ekonomi adalah kata kunci dari kemajuan dalam bidang ekonomi.
Ada Tantangan
Menko Perekonomian Darmin Nasution menjelaskan, dari segi makro, kita sehat dan fundamentalnya cukup kuat meskipun ada tantangannya.
“Pertumbuhan ekonomi kita dari tahun 2014, tahun 2015 terutama sampai 2017 itu meningkat tapi memang pelan-pelan,” ungkap Darmin seraya menambahkan, pertumbuhan ekonomi kita saa ini sudah 5,17 persen di semester I/2018 dari yang tadinya 5,07-5,03 atau 4,88.
“Jadi secara ini naik dalam situasi ekonomi dunia yang sedang terjadi gangguan dan gejolak. Jadi itu adalah satu prestasi yang mau tidak mau harus kita akui membaik pelan-pelan dalam situasi ekonomi dunia yang kurang baik,” sambung Darmin.
Menko Perekonomian juga menunjukkan, bahwa tingkat kemiskinan di Indonesia saat ini adalah posisi yang terbaik yang kita alami sejak beberapa puluh tahun terakhir, yaitu 9,82%, hanya satu digit. Sedangkan rasio gini juga membaik sehingga beberapa tahun terakhir, sekitar 7-8 tahun terakhir ini adalah posisi yang terbaik dengan rasio gini 0,389.
Tingkat pengangguran, lanjut Menko Perekonomian, juga berada posisi yang baik. Dalam beberapa tahun terakhir terlihat secara konsisten, yaitu 5,13 persen. Angka-angka itu ditambah dengan tentu saja tingkat inflasi yang bisa dikendalikan.
“Jadi stabil, jauh lebih stabil karena angkanya bergrak pada angka sekitar 3,5 persen. Itu kita sudah mulai mendekati kinerja negara-negara yang mampu mewujudkan inflasi rendah di sekitar kita,” terang Darmin.
Menko Perekonomian juga menyampaikan kinerja fiskalnya jelas makin menguat, makin solid. Diakuinya, sempat beberapa 2-3 tahun yang lalu ada pelemahan fiskal tapi sekarang sudah solid. Sementara moneter juga baik, terutama sektor riil sebenarnya, kegiatan ekonomi sektor riil solid.
Konperensi pers tersebut dihadiri oleh Menko Perekonomian Darmin Nasution, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita, Menperin Airlangga Hartarto, Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, Menteri Pariwisata Arief Yahya, dan Kepala BEKRAF Triawan Munaf.(UN/FID/DND/AGG/ES)