Dalam kesempatan ini saya akan menulis tradisi NYADRAN, yang dilakukan oleh masyarakat di daerah saya. Tradisi ini turun temurun diwariskan oleh leluhur kami di tanah Jawa.
Hari ini tradisi nyadran dilakukan oleh warga kampung saya, kegiatan itu dilakukan setiap hari jumat pon Bulan rajab. Serangkaian upacara dilakukan masyarakat desa, di kota Temanggung Jawa Tengah.
Nyadran yang berasal dari bahasa Sanskerta, sraddha yang artinya KEYAKINAN.
Dalam bahasa jawa nyadran berasal dari kata Sadran yang artinya ruwah syakban.
Tradisi ini ada sejak Hindu Budha, masuknya agama Islam oleh Walisonggo, agar dengan mudah diterima dan tidak berbenturan dengan tradisi Jawa saat itu. Maka mengisinya dengan ajaran islam, dengan pembacaan ayat Al-Quran, tahlil dan doa. Sebab nyadran dipahami sebagai bentuk hubungan antara leluhur dengan sesama manusia dengan Tuhan YME.
Tradisi ini dilakukan dalam menyambut datangnya bulan ramadhan oleh masyarakat pedesaan.
Adapun kegiatan masyarakat desa saya adalah melakukan bersih bersih makam leluhur dan disertai tabur bunga mendoakan leluhur yang sudah meninggal.
Setelah itu mereka berkumpul di tempat terbuka yang diberi nama Gapule untuk melakukan kenduri. Yang diikuti banyak kalangan ada juga anak anak, mengikuti nyadran menjadikan meriah nya acara.
Adapun dalam kenduri dilakukan serangkaian pembacaan ayat suci Al-Quran dan doa sebagai rasa syukur kepada Allah SWT,kemudian diakhiri dengan makan bersama.
Setiap keluarga yang mengikuti acara nyadran membawa makanan sendiri, makanan itu ditaruh dalam tempat yang disebut Tenong.
Di dalamnya ada berbagai makanan yang dimasak sendiri, makanan yang dibawa adalah masakan tradisional jawa, yang terdiri dari tumpeng, ayam ingkong, mie goreng, tempe goreng, sambel goreng ati dan masakan lainnya.
Dan ada kue-kue tradisional seperti jadah, wajik, mendut dan buah hasil bumi.
Dalam acara itu warga desa mengumpulkan makanan sebagai jamuan untuk warga desa lain yang ikut merayakan nyadran.
Dan yang masih menjadi tradisi keluarga saya juga mengikuti acara nyadran, terutama ibu selalu membagi makanan untuk kerabat dekat, dan untuk tahun ini ada empat ingkung untuk acara nyadran.
Setelah acara tersebut sore sampai malam hari biasanya akan diadakan pertunjukan kesenian tradisional kuda lumping Turonggo Seto.
Kesenian traditional yang berasal dari desa saya dan desa lainnya yang ikut andil merayakan tradisi nyadran, sebagai tamu undangan.
Dan kesenian ini juga sudah turun temurun, dan sangat menarik untuk dilihat.
Ada berbagai macam tarian kuda lumping dari anak-anak dan dewasa yang diiringi alat musik gamelan, antusias masyarakat desa lain terlihat dari banyaknya pengunjung yang menyaksikan pentas seni.
Untuk menjaga kekompakkan pertunjukan tarian tradisional kuda lumping selalu diadakan latihan. Dan itu tak lepas dari campur tangan para sesepuh desa dan pemuda desa.
Tradisi di desa yang masih dipertahankan, di saat kemajuan jaman yang makin canggih.
Sebab kami sadar tradisi ini akan semakin menyatukan kami dengan masyarakat sekitar. Menjalin kekompakkan, gotong rotong dan mengutamakan kebersamaan dan sebagai rasa syukur kepada Tuhan YME.
Kita tidak akan menjadi ketinggalan karena masih mempertahankan tradisi nyadran, tetapi kita melestarikan budaya Jawa yang makin tergerus.
Inilah Indonesia dengan berbagai budaya adat istiadat yang harus kita jaga.
Penulis: Permata Ayu