Perayaan “Festa della Republica Italiana” (Ulang tahun Republik Italia) tanggal 2 Juni 2018 yang menginspirasi saya menulis artikel ini. Peringatan yang dirayakan di semua kota Italia sebagai hari lahirnya Republik Italia. Hasil dari referendum 72 tahun silam, saat mereka diberikan kesempatan untuk memilih sistem pemerintahan. Hasilnya 54,3% pemilih ingin mengakhiri sistem monarki dan berubah menjadi republik.
Sistem monarki berlaku sejak kerajaan Italia berdiri tanggal 17 Maret 1861. Bersamaan dengan itu, kota Turin juga dinobatkan sebagai ibukota kerajaan. Sebelumnya, tanggal 26 Oktober 1860 di kota Tieno Caserta, Italia resmi dipersatukan. Keputusan yang diambil setelah pertemuan antara Raja Vittorio Emanuele II dan Giuseppe Garibaldi.
Il Palazzo Reale Torino.
Sejak jatuhnya Kekaisaran Romawi tahun 476 M, sebenarnya Italia sudah menjadi sebuah negara, namun belum bersatu. Dari utara sampai selatan, Italia masih terbagi dari kerajaan – kerajaan kecil. Di wilayah utara, ada il regno Lombardo-Veneto (kerajaan Lombardy-Veneto Raya) dan il Regno di Piedmont (kerajaan Piedmont) yang diperintah oleh raja Vittorio Emanuele I.
Di wilayah selatan, ada il Regno di Sardegna (kerajaan Sardegna) dan il Regno delle Due Sicilie yang dipimpin oleh dinasti Bourbon. Wilayah Italia tengah diperintah oleh Paus. Di wilayah Tuscani dipimpin oleh beberapa adipati, seperti adipati Modena, Massa, Carrara, Lucca dan Parma.
Dalam proses penyatuan Italia, jalan yang harus dilalui juga tidak mudah. Perang dan pertumpahan darah beberapakali terjadi. Dimulai di daerah – daerah yang dikendalikan oleh kekaisaran Austria, kemudian berubah menjadi perang nyata dalam melawan penjajah asing. Diantaranya, perang yang dipimpin raja Sardinia Carlo Alberto Savoia tahun 1848 dan 1859. Namun pertempuran “la spedizione dei Mille” tahun 1860 adalah dasar dari pembentukan Italia bersatu.
Kerajaan – kerajaan Italia sebelum persatuan Italia.
Pada tahun 1870, Raja Victor Emmanuel II berhasil menaklukkan beberapa wilayah di Italia tengah termasuk Roma dan Veneto di wilayah Italia utara. Tahun 1871 seluruh semenanjung berhasil dipersatukan. Kemudian ibukota kerajaan Italia juga dipindahkan, dari kota Turin ke kota Roma.
Meskipun tidak menyandang sebagai ibukota negara, kota Turin masih menyimpan jejak – jejak yang jelas sebagai ibukota kerajaan “Savoy”. Salah satunya il Palazzo Reale Torino yang terletak di jantung kota Turin, tepatnya di depan Piazzeta Reale atau Piazza Castello. Sebuah istana yang luas dan megah lengkap dengan tamannya yang indah. Sejak 1997, il Palazzo Reale Torino masuk dalam Situs Warisan Dunia UNESCO.
Karena letaknya di pusat kota, il Palazzo Reale Torino bisa dicapai dengan mudah. Kita bisa berjalan kaki dari stasiun kereta api sentral Turin atau dari beberapa terminal bis umum kota Turin. Jika membawa kendaraan pribadi, tempat parkir kendaraan juga banyak tersedia di kota ini.
Salah satu sudut kota Turin.
Untuk bisa masuk gratis ke istana ini, datanglah hari minggu pertama setiap bulannya. Selain hari itu, kita harus membayar tiket masuk seharga 12 € per orang. Tiket ini memungkinkan kita masuk ke beberapa ruangan di istana, seperti : il Palazzo Reale ( rumah kediaman keluarga kerajaan), Armeria Reale ( museum senjata), Galleria Sabauda ( galeri seni) dan Museo Archeologico ( museum arkeologi).
Jika ingin mengunjungin tiap tempat menarik di kota ini, pemerintah kota menyediakan program Piemonte Card. Kartu yang bisa memberikan kita akses masuk ke banyak museum di kota Turin, plus tiket transportasi kota (bus, trem, metro) dengan harga yang lebih murah.
Beberapa tahun yang lalu, saya juga pernah mengunjungi kota ini. Melihat rumah kediaman keluarga kerajaan Savoy yang mereka tinggali sampai tahun 1865. Saat pertama kali masuk ke il Palazzo Reale Torino, mata saya langsung terbelalak. Melihat rumah yang menggambarkan kehidupan para bangsawan di zaman keemasan. Membayangkan gaya hidup mewah mereka yang bertaburan emas dan batu mulia selama 3 abad.
Salah satu lorong di Palazzo Reale.
Istana pertama raja-raja Italia ini, dirancang oleh arsitek Amedeo di Castellamonte. Memiliki ratusan ruangan dengan langit-langit yang luar biasa indahnya. Dekorasi di setiap kamar dan ruangan istana bergaya baroque, gaya hidup yang mendominasi Eropa saat itu.
Sebagai sumber ilmu pengetahuan, istana ini juga di lengkapi dengan ruangan perpustakaan kerajaan. Perpustakaan ini menyimpan lebih dari 200.000 buku, peta kuno, ukiran dan lukisan-lukisan keluarga kerajaan. Karya – karya yang diwariskan selama ribuan tahun oleh para sarjana dan ilmuwan di berbagai era, diantaranya pelukis terkenal Italia Leonardo da Vinci.
Berbagai benda seni Eropa dari abad ke-15 sampai ke-17 yang bernilai tinggi dengan segala kemegahannya dipamerkan di galeri seni Sabauda. Di lantai bawah bangunan ini terdapat museum arkeologi yang memamerkan batu-batu nisan, patung-patung tokoh Romawi dan segala sesuatu yang berhubungan dengan kota-kota kuno di zaman Romawi.
Salah satu ruangan di Palazzo Reale.
Ruangan yang paling menarik adalah Armeria Reale (koleksi peralatan perang kerajaan Savoy). Galeri ini didirikan tahun 1832 oleh Carlo Alberto dengan nama “Royal Art Gallery“. Pada mulanya, hanya untuk koleksi senjata dan peralatan perang yang dimiliki keluarga kerajaan. Senjata – senjata itu berasal dari kota Turin, Genoa, Milan dan Brescia.
Namun kini, lebih dari 5000 benda antik dipamerkan di museum ini. Mulai dari senjata zaman prasejarah hingga awal abad ke-20, seperti: baju-baju besi lengkap dengan senjatanya, berbagai macam koin mata uang dan lain – lain.
Hidup dibawah rezim totaliter dan sistem monarki selama berpuluh – puluh tahun, membuat rakyat Italia menderita. Kebebasan itu akhirnya terwujud lewat hasil referendum 1946. Sempat terjadi kontroversi yang menimbulkan perselisihan, dan hampir terjadi kembali perang saudara. Pada akhirnya raja Umberto II menerima keputusan dan bersama keluarganya pergi meninggalkan Italia.
Salah satu ruangan di Palazzo Reale.
Dalam satu program televisi Italia “La storia siamo noi”, kisah raja terakhir kerajaan Savoy ini pernah dibahas. Raja yang dikenal luas dengan sebutan “il Re di Maggio”. Letnan pertama kerajaan, yang naik tahta menggantikan ayahnya sebulan sebelum referendum. Dalam kalimat penutup, diceritakan tentang kisah sedih Raja Umberto II di akhir kehidupannya.
Setelah penantian yang panjang dan pengharapan bisa menghabiskan hari-hari terakhir di tanah airnya, terasa sia-sia. Raja Umberto II akhirnya meninggal tanggal 18 maret 1983 di usia 76 tahun. Sang raja pergi untuk selama – lamanya di Jenewa, tanpa didampingi istrinya Maria Josè. Sang raja menghembuskan nafas terakhirnya di tempat pengasingan hanya didampingi orang-orang yang setia dan yang selalu membantunya. Arrivederci….
Sumber :
http://www.ilpalazzorealeditorino.it/
Trailer Palazzo Reale Torino :