Indovoices.com – Topik mengenai strategi pemajuan kebudayaan menjadi salah satu pembahasan utama di Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan (RNPK) 2019. Diskusi tidak hanya membahas tentang strategi kebudayaan di dalam negeri, melainkan juga strategi kebudayaan di luar negeri. Direktur Jenderal Kebudayaan Hilmar Farid mengatakan, diplomasi budaya yang dilakukan Indonesia semakin kuat. Salah satunya terbukti dari banyaknya permintaan dari negara lain agar Indonesia menjadi tamu kehormatan di festival budaya mereka. Peran Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) di KBRI pun tidak terlepas dari diplomasi budaya ini.
“Memang untuk para Atdikbud (diskusi) ini strategis sekali. Membahas apa yang harus mereka lakukan. Tahun kemarin memang lebih banyak sifatnya ad hoc, tergantung pada strategi masing-masing. Tidak salah, tapi juga belum cukup. Nah, sekarang dengan adanya strategi kebudayaan yang sifatnya nasional ini boleh dibilang meliputi semua, kita punya kesamaan langkah konkretnya,” ujar Hilmar usai konferensi pers RNPK 2019 di Pusdiklat Kemendikbud, Bojongsari, Depok, Jawa Barat, Rabu (13/2/2019).
Hilmar mengatakan, budaya Indonesia yang akan menjadi fokus dalam strategi pemajuan kebudayaan di dunia internasional adalah salah satu warisan budaya dunia, misalnya wayang. Ia mengakui belum ada keputusan mengenai warisan budaya dunia apa yang akan menjadi fokus diplomasi budaya di panggung internasional. Namun, wayang dinilai memiliki kelebihan. Karena selain sudah diakui UNESCO sebagai warisan budaya dunia, wayang memiliki banyak komunitas yang tersebar di mana-mana.
“Ini bisa jd ‘modal’ bagi para Atdikbud untuk menggerakkan di luar. Jadi semua fokus di wayang aja dulu. Karena kalau kebanyakan branding kita bingung. Jadi sekarang ada kesamaan langkah. Setelah rembuknas ini (RNPK 2019), ada Rakor Atdikbud untuk menyamakan langkah, tahun ini kita mau apa. Boleh strategi yang lain, tapi ada satu strategi yang kita pakai sebagai suara bersama,” tutur Hilmar.
Atdikbud Riyadh, Arab Saudi, Achmad Ubaidillah mengatakan ingin melibatkan diaspora dalam kegiatan-kegiatan kebudayaan agar mereka juga ikut dalam upaya pelestarian kebudayaan nasional. Hal itu diusulkannya secara tertulis dalam RNPK 2019 karena keterbatasan waktu diskusi. “Kan mereka (diaspora) sudah tinggal selama puluhan tahun bahkan sudah generasi kedua atau ketiga. Mereka perlu dikenalkan dengan Indonesia melalui event-event kebudayaan sekaligus melibatkan mereka. Mereka juga WNI yang haus akan pengenalan kebudayaan nusantara,” tutur Ubaidillah.
Selain itu, ia juga menyampaikan salah satu strategi diplomasi kebudayaan untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas kegiatan-kegiatan kebudayaan Indonesia agar tidak hanya diselenggarakan di Arab Saudi, melainkan hingga kawasan Timur Tengah dan negara-negara Organisasi Kerja Sama Islam (OKI). “Kita ingin ada Indonesian Day atau Indonesian Cultural Weekend terutama di Abu Dhabi sebagai metropolitannya Timur Tengah, di mana tidak hanya terdapat satu kelompok warga negara, tetapi di situ seperti jendelanya Timur Tengah,” katanya.
Sayangnya, KBRI Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, belum memiliki Atdikbud. Namun Ubaidillah menuturkan, KBRI Abu Dhabi juga berharap agar penyelenggaraan kegiatan-kegiatan kebudayaan Indonesia tidak hanya dilakukan di Arab Saudi. Mereka juga ingin dilibatkan dan berpartisipasi, bahkan memfasilitas kegiatan kebudayaan yang diselenggarakan di kawasan Timur Tengah.
Sementara itu Atdikbud New Delhi, Lestyani mengatakan, banyak Atdikbud yang memilih ikut diskusi kelompok dengan tema Pemajuan Kebudayaan karena ingin berbagi bagaimana pengemasan kegiatan kebudayaan di negara penempatan. “Dari saya memberikan masukan supaya agenda-agenda kebudayaan yang sudah ada seperti Youth Camp, Indonesiana, atau Pekan Kebudayaan Nasional supaya melibatkan keberadaan mahasiswa Darmasiswa,” katanya.
Menurut Lestyani, mahasiswa asing yang kuliah di Indonesia dari program beasiswa Darmasiswa akan senang mengikuti seleksi terbuka dalam program-program kebudayaan dari pemerintah. “Mereka pasti senang kalau diundang ke festival-festival kebudayaan. Itu akan mempercepat diseminasi budaya Indonesia karena mereka sudah punya interest duluan terhadap budaya Indonesia,” tuturnya.
Di pentas dunia, Indonesia sudah berkali-kali menjadi tamu kehormatan festival budaya internasional. Pada tahun 2015, Indonesia menjadi Tamu Kehormatan atau Guest of Honour di Frankfurt Book Fair, di Jerman. Kemudian pada tahun 2017, Indonesia terpilih sebagai Guest Country di Europalia Festival, yang meliputi beberapa negara di Eropa. Terakhir pada akhir tahun 2018, Indonesia diminta menjadi Tamu Kehormatan dalam Festival Janadriyah di Riyadh, Arab Saudi. Lalu pada tahun ini, Indonesia akan menjadi Market Focus Country dalam The London Book Fair 2019. (Desliana Maulipaksi)