Indovoices.com – Berbagai ragam budaya Indonesia mewarnai Kompleks Kantor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) selama berlangsungnya Kongres Kebudayaan Indonesia (KKI) 2018. Salah satu kegiatan seru yang bisa dinikmati pegawai maupun masyarakat umum adalah pembuatan mural di dalam Kompleks Kantor Kemendikbud. Sebanyak 30 seniman dari berbagai daerah menghadirkan mural dengan ragam tema yang diambil dari sepuluh objek kebudayaan.
Ke-30 seniman itu mengisi rangkaian KKI 2018 dengan membuat mural menggunakan media papan tripleks serta alat menggambar dan mewarnai berupa cat air, kuas, serta cat semprot atau botol aerosol. Tema yang diangkat dalam karya mural mereka diambil dari 10 objek kebudayaan berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan. Ke-10 objek kebudayaan itu adalah permainan rakyat, olahraga tradisional, pengetahuan tradisional, teknologi tradisional, adat istiadat, manuskrip, tradisi lisan, seni, bahasa, dan ritus.
Seorang seniman dari Semarang, Annisa Rizkiana, tertarik mengambil tema anak-anak dan sebuah permainan rakyat, yaitu kelereng. Karya muralnya diberi judul “Setinan”. “Jadi ceritanya ada tiga anak bermain kelereng. Aku ingin mural tidak hanya bisa dinikmati orang dewasa, tapi juga anak-anak merasa terhubung dengan pesan yang ingin kusampaikan di sini,” tutur Nisa.
Menurutnya, permainan tradisional mengisyaratkan sebuah kebersamaan dan bagaimana anak-anak bisa mengasihi satu sama lain dengan bersama-sama memainkan permainan tradisional. Apalagi melihat perkembangan teknologi saat ini, anak-anak cenderung bermain gawai (gadget) daripada berinteraksi secara langsung. Nisa juga memiliki harapan terhadap penyelenggaraan Kongres Kebudayaan Indonesia. “Pengennya sih bisa lebih banyak lagi seniman dan ide-ide baru, di mana kami bisa bertemu dan berkumpul, dan tentunya berkarya dan memberi pesan bagi masyarakat,” katanya.
Proses kreatif para seniman mural di KKI 2018 diawali dengan forum diskusi satu hari sebelum mulai berkarya. Dalam diskusi tersebut mereka membahas tentang tema, dan bagaimana konsep mural satu sama lain bisa saling berkolaborasi. Selanjutnya mereka membuat sketsa, dan berdiskusi lagi untuk menentukan letak atau posisi tiap karya. Pada Rabu pagi, 5 Desember 2018, para seniman mulai membuat mural, dari sketsa hingga pewarnaan. Setiap seniman mendapatkan jatah 3—5 papan tripleks dengan total sepanjang 3—5 meter.
Pengerjaan mural dijadwalkan selesai hingga hari terakhir KKI 2018, yakni 9 Desember 2018. Namun banyak seniman yang yakin bisa menyelesaikan karyanya sebelum 9 Desember 2018. Salah satunya adalah Awenk, seniman dari Depok, Jawa Barat. Awenk yang mengangkat budaya Bali sebagai tema mural berniat menyelesaikan karyanya dalam waktu dua hari. “Untuk panel seperti ini (tripleks), bisa sekitar 7—8 jam selesai kalau dikerjakan terus-menerus. Ini kan santai sampai tanggal 9,” katanya. Awenk berkolaborasi dengan seniman lain yang juga mengangkat tema Bali, yaitu membuat mural Barong dan Tari Topeng Bali.
Sebagai seniman, Awenk menaruh harapan pada pelaksanaan Kongres Kebudayaan Indonesia dan pemerintah. Ia berharap pemerintah bisa lebih mewadahi upaya ekspresi budaya para seniman mural di ruang publik. “Kita sih dari dulu cuma pengen diwadahi aja, jadi punya tempat buat menyalurkan ekspresi. Selama ini dirasa masih kurang. Kalau kita kan biasa street art kadang suka menggambar di jalan. Untuk di Jakarta mungkin sudah ada perdanya. Tapi untuk Depok masih agak bebas. Tolong diwadahi agar kami bisa lebih berekspresi, biar kami tidak liar di jalanan,” ujarnya. (Desliana Maulipaksi)