SEANDAINYA SAYA GUDBERNUR ANIES
OLEH: Betterthangood Ina
Ijinkan saya (BI) bermimpi menjadi gubernur DKI Anies Baswedan. Ditengah isu covid 19, dan isu isu kekinian. Ijinkan saya meminta maaf dalam banyak hal:
Pertama tama saya akan meminta maaf sebesar besarnya kepada para tenaga medis, para pendukung tugas kesehatan lainnya, yang telah menjadi ujung tombak alias pahlawan kemanusian ditengah krisis wabah penyakit covid 19. Permintaan maaf ini dengan tulus saya sampaikan mengingat, tahun lalu hari hari seperti sekarang april 2019 saya bagaikan anak TK dalam 1 bulan 4 x ( kali) telah mengubah Pergub pajak PBB P2, intinya saya hanya menganakemaskan tenaga pendidik dan guru dengan memberikan “dispensasi” khusus kepada mereka dalam hal membayar pajak PBB P2. Menurut hemat saya hanya guru dan tenaga didik lah yang menjadi pahlawan. Sekarang ternyata saya keliru , untuk itu dengan rendah hati saya mohon maaf yang sebesar besarnya….. ( sebenarnya saya beruntung karena DPRD DKI dan warga masyarakat tidak cukup kritis, seharusnya saya di impeach, atau paling tidak pergub yg dibuat dapat di uji materi di MA , karena dibuat dengan konsideran yang sangat diskriminatif; saya menempatkan guru dan tenaga didik pada kasta yang berbeda, padahal kini ternyata tenaga medis bertaruh nyawa ?, itulah pemahaman keadilan sosial versi saya, yang tentunya berberda dengan amalan sila ke 5 Pancasila kebanyakan WNI RI lainnya, sejatinya saya sudah tidak pancasilais. jadi siapa yang pahlawan sekarang tenaga guru atau tenaga medis? 🙂
Kedua. Saya juga ingin meminta maaf kepada warga DKI, karena kekhilafan saya, tidak meneruskan program Gubernur sebelumnya membangun Rumah Sakit Sumber Waras. Seandainya saja waktu itu tahun 2017 RS tersebut jadi dibangun dengan kapasitas 1000 tempat tidur dan di belakangnya di bangun 5 tower tempat hunian para keluarga pasien, maka dengan mudahnya RS kapasitas besar itu diubah menjadi salah satu RS rujukan covid 19 dalam skala besar, bahkan unit unit tower di belakang nya bisa dikosongkan untuk dipakai sebagai tempat isolasi. Memang Pemerintah pusat berhasil menyulap wisma Atlet Kemayoran menjadi RS darurat. Tapi pastinya RS Sumber Waras DKI akan lebih optimal dan realible disulap menjadi RS covid, karena sejak awal di design sebagai sebuah RS yang komphrehensif. Untuk itu sudilah kiranya warga DKI memaafkan saya 🙂
Ketiga. Dari kejadian alih fungsi RS wisma athlet ini, saya belajar bagaimana harusnya memilih menyelenggarakan event event Olah Raga bertaraf Internasional. Hendaklah event yang menguntungkan dan paling tidak masih meninggalkan sepenggal legacy seperti property hotel wisma athlet. Asian Games lalu berlangsung 1 bulan , berbiaya besar, punya efek multiflier ekonomis pula. Sebaliknya even tunggal yang dilaksanakan dalam sehari, hanya akan menghabiskan biaya saja, minim efek multiplier secara ekonomis, kecuali iming iming iklan promosi bodong destinasi Jakarta yang sebentar saja terlupakan. Asian Games telah meninggalkan warisan gedung wisma yang ternyata dalam keadaan darurat dapat diubah menjadi Rumah Sakit darurat. Menyadari hal tersebut saya merasa sangat menyesal atas rencana penyelenggaraan hajatan balap formula E, selain hanyalah balapan tamia anak anak . Bahkan dalam persiapannya menimbulkan kontroversi, merusak cagar budaya Monas. dan track jalanan tersebu tentu tidak akan menjadi legacy apapun seperti halnya gedung wisma athlet. Saya sudah terlanjur membayar komitmen fee kepada pemilik license penyelenggara formula e, dengan uang rakyat DKI, padahal uang tersebut saat ini sangat diperlukan sekali, sampai sampai saya harus menagih hutang pemerintah pusat atas bagi hasil RP 5.1 T itu. Melalui kesempatan ini ijinkan saya minta maaf kepada seluruh warga DKI, dan saya memutuskan untuk membatalkan acara itu secara permanent, maafkan kehilafan saya. Semoga bapak ibu tetap semangat, dan jangan lupa membayar pajak PBB P2 tepat pada waktunya 🙂
Keempat, saya menyesal menghentikan reklamasi pulau pulau di pantai utara Jakarta. Pada akhirnya putusan saya menyetop reklamasi tak berguna dan mubazir, kalau tidak mau dibilang pencitraan murahan. Karena apa? Karena secara yuridis saya selaku Gub DKI selalu dikalahkan dalam pengadilan Tata Usaha Negara. Pada akhirnya reklamasi pulau pantai utara Jakarta tetap harus jalan, upaya menyenangkan para masyarakat kontra reklamasi gagal total. Saya menyesal juga sih, kan seandainya reklamasi itu lancar, tidak tertunda upaya penyegelan dari saya, sejatinya sekarang sebagai Gubernur saya dapat menggunakan lahan reklamasi yang menjadi porsi Pemprov DKI dibangun RS darurat covid, dalam waktu cepat. Karena lahannya kosong, dan teletak sepelemparan batu saja jauhnya dari kota Jakarta. Mudah sekali memobilisasi untuk membangun RS di tempat yang kosong tersebut, daripada Pemerintah pusat bersusah payah membangun RS di pulau Galang Kepri. Maaf kan saya pak Presiden, karena kebijakan saya, anda dan TNI harus bersusah payah membangun RS di tempat yang nun jauh dari pusat epicentrum yang aksesnya pun masih sulit. Lagipula seandainya saya meneruskan kebijakan Gubernur terdahulu, DKI akan memperoleh banyak uang dari Retribusi Pengembang 15% nilainya puluhan sampai ratusan triliun, yang dapat dengan mudah saya alokasikan untuk menangani wabah ini, Sungguh saya menyesal, dan sekali lagi saya mohon maaf 🙂
Kelima, saya bersyukur pemerintah pusat tidak mengabulkan keinginan saya untuk lockdown DKI. Sesungguhnya saya hanya concern saja agar wabah ini tidak menjadi badai wabah , menimbulkan korban meninggal sangat besar. Saya juga tidak bermaksud menyiarkan berita berita pesimis kepada khalayak ramai, saya hanya ingin memberikan efek kejut, bahwa pandemi covid itu nyata bukan jauh di seberang, atau hanya ada di sosmed, jadi maafkan saya kalau agak lebai. Hanya saja, saya belum punya ide bagaimana harus mengatasi masalah ini dengan benar, mungkin itulah kenapa saya dibilang gogle sebagai gubernur terbodoh. Oh ya, kalau angka kematian versi pemprov DKI lebih banyak, dibandingkan dengan pemerintah pusat, kemudian saya ralat karena ada perbedaan, maafkan saya. tentunya saya tidak bermaksud menjadi Nabi Isa Almasih yang dapat membangkitkan orang mati, ada selisih, karena banyak orang mati yang bangkit… 🙂
Keenam. Saya memang gagap dalam menyiasati langkah2 strategis dan taktis menangani masalah pandemi covid 19 , saya memang bukan ahlinya. Sebagaimana diketahui keahlian utama saya adalah retorasi literasi, jadi kalau untuk debat dan bicara wacana ke publik serahkan pada saya. Jikakalau warga berharap saya menyiapkan bagaimana caranya tracing ODP yang tertular dalam rangka mencegah outbreak anda salah besar. Apalagi kalau anda berharap saya menyusun program sosial safety net untuk warga DKI anda pastilah berlebihan. Maafkan saya untuk itu…..:) Salah warga DKI sih kenapa dulu pilih saya sebagai Gubernur?
Ketujuh, Saya juga ingin memohon maaf kepada warga DKI, karena hand sanitizer maupun masker sangat terlambat saya bagikan secara gratis, karena saya salah duga, saya pikir penduduk Jakarta ini orang mampu dan kaya, sehingga mereka bisa beli sendiri kebutuhan2 masker dan hand sanitizer, maafkan saya… 🙂
Sesungguhnya banyak lagi maaf yang ingin saya sampaikan. Namun dengan pertimbangan masyarakat DKI sedang mengalami musibah saya tidak tega meneruskan list permohonan maaf tersebut. saya khawatir makin berat beban warga DKI dalam memberi maaf kepada saya. 🙂
Pernah juga terpikirkan opsi mengundurkan diri, namun dengan pertimbangan DKI tidak memiliki wakil gubernur, opsi itu saya kesampingkan, apalagi saya terus disemangati oleh Fahira dkk, dam ormas ormas lainnya, yang memelas minta saya tidak mundur, masak saya membiarkan warga DKI bagaikan anak ayam kehilangan induk? 🙂
OKE lah karena saya sudah diberi begitu banyak maaf, maka pada kesempatan yang berbagia ini saya sebagai Gubernur ingin memberikan sesuatu yang terbaik untuk DKI dan Indonesia, maka dengan ini saya memutuskan :
Kesatu, semua pengeluaran non rutin PNS DKI yang tidak penting dihentikan, dialihkan untuk mengatasi wabah. Karena DKI ibukota dan pusat keuangan Indonesia, diperkirakan 70% uang berputar di ibukota Jakarta, adalah fair kalo saya putuskan untuk hibah ke Pemerintah Pusat sebesar 10 Triliun untuk bantu BPJS yang defisit, semoga dengan bantuan ini bisa meringankan pemerintah pusat, melalui BPJS. Bahkan tunggakan dana bagi hasil pemerintah pusat untuk DKI Rp5.1 T saya putuskan untuk di wave.
Kedua, saya akan menyiapkan 10 Triliun, untuk jaringan pengaman sosial warga jakarta terdampak. selama mereka stay at home, semua kebutuhan pokok mereka akan di support oleh Pemprov DKI. Masyarakat di himbau tidak pulang kampung, semua sandang pangan bapak ibu akan saya pastikan terjamin. Agar covid 19 ini tidak menyebar ke daerah2.
Ketiga, Pandemi covid 19 pasti akan berlalu, namun masalah Krisis pangan , terutama ketahanan pangan mengintai di depan mata. Untuk itu saya alokasikan 10 Triliun untuk membangun centra centra pangan di daerah lain di luar Jakarta, yang dapat menghasilkan pangan dalam jangka waktu 2-6 bulan mendatang. Hasil pertanian yang panen jangka pendek harus menjadi prioritas. Proses produksi pangan ini tentunya akan bekerjasama dengan pemerintah setempat. agar masalah ketahanan pangan ini bisa di antisipasi secara dini. Jangan sampai covid 19 berlalu, tapi pada akhirnya warga nya mati karena kelaparan.
Keempat, saya akan mendatangi mantan Gub BTP, mohon bantauan advis menangani pandemi ini, karena jujur harus saya akui beliau memiliki banyak kelebihan, terutama terobosan terobosan yang tidak terpikirkan oleh saya dan tim TGUPP saya, pak BTP memiliki koneksi handal ke dunia usaha, yang entah mengapa, dengan mudah para pengusaha begitu percaya memberi CSR kepada beliau. Bukankah di hari hari sulit seperti ini saya memerlukan donasi dan uluran tangan dari banyak pihak, sementara itu adalah keunggulan pak BTP yang sampai hari ini tidak dimiliki oleh saya. apalagi oleh sekian puluh orang tim TGUPP saya yang ternyata hampir tak berguna itu. Dan yang terakhir semoga bisa menjadi momen upaya rekonsialiasi para Ahoker/Jokower dengan Aniser. Masak Pak Jokowi bisa merangkul Pak Prabowo, saya tidak?
Bang Better, bang better… bangun bang, anda bermimpi disiang bolong, kelamaan stay at home, anda sebaiknya segera pergi ke dokter specialis kejiwaan, itu teriak tetanggaku Robin….. 🙂
Salam Indonesia yang betterthangood
Jakarta 3 April 2020 ( Bukan april mop)