Sketsa : Hasyim, SE
Melihat kinerja anggota DPR, DPRD dan DPD sekarang ini warga hanya bisa menelan ludah. Tidak terlihat satupun yang bekerja untuk rakyat, tapi hanya untuk kepentingan partai mereka. Disaat Medan banyak infrastruktur hancur, PLN ngulah dan kini PDAM mati beberapa hari. Medan bagaikan kota tak bertuan. Hingga beberapa waktu lalu pakde mengetrendkan kalimat : “kalau tidak dikerjakan yah nanti saya yang kerjakan” di saat mengunjungi kota Medan dan pengungsi Sinabung pekan lalu.
Namun ada satu yang saya penasaran, seorang sosok, beretnis Tionghoa seperti BTP Ahok. Saat ini menjabat sebagai anggota DPRD Medan, ketua fraksi PDI Perjuangan Medan, Ketua DPC PDI Perjuangan Medan. Dewan kehormatan PSMTI, dewan penasehat beberapa organisasi dan komunitas sosial serta vihara.
Bakti Sosial untuk Penyandang disabilitas di Medan
Bertemu dengan kader yang sodid
Mengenali sosok ini sungguh tidak mudah, apalagi yang baru kenal. Terkesan pendiam dan tidak banyak ngomong. Namun setelah kenal dengan sosok ini, menguntik seharian apa saja yang dikerjakan, jujur saya kaget, capek dan lemas badan ini semua karena tidak terbiasa. Bayangkan saja mengikuti sosok ini bangun pagi, meninjau kantor penjualan ATK yang beliau jalankan bersama istri, berangkat ke kantor DPRD, membaca banyak surat dan proposal yang masuk dengan teliti sebelum ditandatangani. Sambil chatting di beberapa grup Whatsapp. Penasaran saya intip, ternyata semua adalah grup warga, grup sosial, grup yayasan, panti dan lain – lain yang banyak masuk meminta bantuan serta pertanyaan warga bertubi masalah infrastruktur kota Medan yang tidak beres. Meneruskan ke pihak terkait, menjawab semua yang di dalam grup tanpa ada satupun terabaikan. Penasaran siap sosok ini?
Bakti Sosial kepada tukang beca dayung yang berusia lanjut.
Meninjau langsung laporan keluhan warga masalah drainase yang tidak beres.
Hasyim, SE. Nama sosok ini lahir dengan nama Huang Cien Lim (Oei Kien Lim – dialeg Hokkien), lahir di Medan pada 21 Agustus 1967. Sebagai minoritas, kesempatan untuk terjun berpolitik hanya bisa dicapai setelah era reformasi. Tahun 2009 lalu mencoba caleg dari Dapil 3 Medan. Karena konsistensi kerja beliau, 2014 yang lalu mendapatkan suara terbanyak di kota Medan walaupun sosok ini dipindahkan ke Dapil 1 oleh partainya.
Bakti Sosial langsung mendatangi rumah warga kurang mampu.
Setiap ada kegiatan sosial, dari pihak manapun bila tahu sosok ini tidak pernah hilang. Terbukti dari semua acara sosialnya yang tidak pernah melupakan Dapil terdahulunya. Bahkan diluar dari Dapil dan kota Medan sekalipun. Beliau paling tidak mampu melihat warga yang dalam kesusahan dan kesulitan. Kocek koyak beberapa kali hanya dalam sehari mengikuti beliau bekerja. Sore menyinggahi beberapa tempat dan tak segan untuk berhenti melihat langsung bila ada yang dirasa perlu dibenah. Lalu smartphone dikeluarkan dan siap mengomelin kadis dan camat setempat.
Silahturami dengan warga dan menerima keluhan warga.
Setelah berkunjung ke mereka yang memerlukan bantuan entah info dari mana didapat, sosok ini masih menyempatkan diri untuk bersilahturami kepada warga.
Saya bukan mengkampanyekan beliau, bukan pula meminta anda untuk mencoblos beliau. Di sini saya hanya ingin memberitahukan bahwa tidak semua dewan datang duduk gajian. Tidak semua dewan mencari ketenaran manggil-manggil wartawan untuk disorot. Foto-foto yang ada di sini tidak bisa didapat dari media manapun karena difoto saya langsung saat mengikuti aktfitasnya selama seharian. Tidak segan ikut makan di warung dan memberi arahan kepada warga bila diperlukan. Dan semuanya dikerjakan tanpa memandang SARA sama sekali.
Isi chat grup WA yang banyak keluhan dan ditanggapi dengan baik.
Isi facebook yang dipost KIK.
M
Ucapan terima kasih warga melalui FB karena membantu pengadaan air sumur bor.
Seandainya saja masyarakat Indonesia secerdas bangsa tetangga, menjauhi issue SARA. Ahok-Ahok lain akan bermunculan membantu membenahi negeri nan berantakan ini jauh lebih maju dari Singapura yang luasnya secuil kota Medan. Seandainya.. yah.. seandainya. Banyak putra daerah dari minoritas bahkan mendapatkan kesempatan dan penawaran terbaik dari negeri orang. Sementara rakyat sendiri mengemis di jalanan karena pimpinan harus sekeyakinan. Entah ini kita memilih ketua tempat ibadah ataukah memilih pemimpin untuk negeri yang serba multi ini itu.
Meninjau pemeriksaan kesehatan gratis.
Mengapresiasi para pendonor darah untuk kemanusiaan.
Medan, 2 November 2017
Laporan : Hansen Tevin, SE (Tokoh Masyarakat Pemerhati Sosial Politik di Medan)