Indovoices.com-Dalam momentum pertumbuhan demografi seperti saat ini, di mana menyambut bonus demografi, Indonesia tidak memiliki alasan untuk pesimistis menghadapi tekanan ekonomi global.
Demikian disampaikan Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro Badan Kebijakan Fiskal Kemenkeu Hidayat Amir, dalam diskusi media Forum Merdeka Barat (FMB) 9 bertema “APBN Menjawab Ancaman Resesi” yang berlangsung di ruang serba guna Roeslan Abdulgani, Kemenkominfo, Jakarta.
“Indonesia tengah berada di depan gerbang bonus demografi. Oleh karena itu, dalam shortterm yang harus dilakukan memang menjaga iklim tetap kondusif, yakni menjaga stabilitas ekonomi, stabilitas politik yang dilakukan,” katanya.
Sedangkan dalam jangka panjang, menurut Amir, untuk tumbuh lebih tinggi kuncinya dua hal. Yakni, sambung dia, efisiensi dan produktivitas. “Itu yang membuat kita akan tumbuh lebih baik. Makanya prioritas lalu, karena kita luas, infratruktur konektivitas itu yang dimulai. Yang berikutnya adalah infratruktur inovasi. Tapi, itu harus didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas. Makanya kesehatannya, pendidikannya, program perlindungan sosialnya harus komplit. Ini yang sedang dilakukan,” katanya.
Tidak cukup dengan itu, Amir menambahkan, reformasi birokrasi juga dilakukan demi dengan harapan bisa membuat perekonomiannya ini makin efisien. “Servis yang dilakukan pemerintah sedemikian rupa sehingga layanan terhadap publik menjadi lebih baik,” katanya.
Dengan situasi seperti itulah, Amir mengatakan, investasi akan masuk, inovasi akan masuk. Sehingga, kata dia, perekonomian Indonesia akan bertransformasi. “Itu transformasi ekonominya. Dimana kita tidak lagi terlalu tergantung kepada komoditas, tetapi kepada knowlenge ekonomi. Ini arah yang akan dilakukan dan dalam konteks itu pemerintah sangat komit untuk membuat reformasi itu terjadi,” katanya.
Terkait itu pulalah, Amir mengatakan, pihaknya di Kemenkeu mencoba menggunakan sebaik mungkin APBN sebagai instrumen kebijakan yang mampu mendorong terciptanya kondisi yang diharapkan itu.
Narasumber lain yang hadir adalah Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kemenko Perekonomian Iskandar Simorangkir dan pengamat ekonomi Joshua Pardede.(jpp)