Indovoices.com- Ancaman resesi dunia sepertinya sudah semakin dekat. Tapi itu akan berdampak lebih besar terhadap negara yang kontribusi net ekspornya cenderung lebih tinggi ke perekonomian.
Penjelasan itu disampaikan Pengamat Ekonomi Josua Pardede di acara Diskusi Media Forum Merdeka Barat 9 (Dismed FMB’9) dengan tema “Bagaimana Politik Anggaran Menjawab Ancaman Resesi Global” di Kemkominfo, Jakarta.
Josua mencontohkan, negara yang rentan terkena adalah Singapura yang juga bisa berimbas ke Indonesia. Namun, ia menilai hal ini tidak perlu terlalu dikhawatirkan, karena ketahanan ekonomi Indonesia yang kuat. Meski begitu, pemerintah harus tetap waspada.
“Ketahanan ekonomi Indonesia cenderung terus membaik terindikasi dari kondisi keseimbangan eksternal yang terus membaik seperti rasio utang luar terhadap PDB yang tetap stabil,” ujar Josua.
Selain itu, menurut Josua, cadangan devisa Indonesia cenderung meningkat seiring peningkatan investasi baik portofolio dan PMA (Penanaman Modal Asing). Hal ini sejalan dengan perbaikan peringkat utang pemerintah yang saat ini sudah layak investasi.
“Perekonomian Indonesia diperkirakan akan tetap stabil dan akan dapat bertahan terhadap perlambatan ekonomi global mengingat ekonomi domestik masih menjadi pendorong utama perekonomian,” jelas Josua.
Bank Indonesia (BI) melaporkan cadangan devisa nasional naik pada Agustus dibanding bulan sebelumnya. Penerimaan devisa yang meningkat menopang kenaikan cadangan devisa.
“Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 7,4 bulan impor atau 7,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan,” demikian sebut keterangan tertulis BI.
Untuk itu, tambah Josua, pemerintah dan BI harus bisa membuat kombinasi kebijakan yang efekif untuk meredam gejolak. “Selain itu, kombinasi kebijakan dari otoritas moneter dan fiskal yang prudent dan kredibel juga diperkirakan akan tetap menjaga iklim investasi dalam negeri,” tegasnya.
Selain Pengamat Ekonomi Josua Harahap, hadir sebagai narasumber Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kementerian Koordinator (Kemenko) Perekonomian Iskandar Simorangkir dan Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro (PKEM) Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Hidayat Amir. (jpp)