Indovoices.com– Setelah Pekanbaru, Pontianak menjadi kota kedua dari rangkaian kegiatan Ministry of Finance Festival (MOFEST) 2019. Mengusung tema Future of Today, MOFEST Pontianak berlangsung meriah di Auditorium Universitas Tanjungpura. Lebih dari 800 peserta mengikuti rangkaian acara yang dimulai pukul sembilan pagi.
Pada sesi pertama, tema yang dibahas adalah Future of Today. Dua narasumber hadir mengisi sesi ini, yaitu Ekonom Muda Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Adelia Pratiwi dan Co-Founder of Lifepal dan Forbes 2016 30 Under 30 Asia Consumer Tech, Benny Fajarai.
Pada awal diskusi, Adelia berbagi pengalaman dengan generasi muda Pontianak tentang awal kariernya bergabung dengan Kemenkeu. Adelia kemudian menjelaskan tentang upaya pemerintah sejak beberapa tahun lalu mengalokasikan anggaran pendidikan sebanyak 20 persen untuk pendidikan dan 5 persen untuk kesehatan. Pemerintah berharap dapat memetik hasilnya di masa depan, terutama melalui sumber daya manusia yang makin berkualitas.
Pemerintah, lanjut Adelia, berharap belanja anggaran pendidikan bisa lebih tajam pada 2020, misalnya untuk pengembangan R&D (research and development). Adelia juga menjelaskan bahwa kualitas belanja pendidikan bukan hanya tanggung jawab pemerintah pusat, melainkan juga pemerintah daerah. Dalam mengelola APBN, fokus lain pemerintah adalah mewujudkan transparansi, termasuk mendapatkan feedback langsung dari masyarakat.
”Saat ini pemerintah secara rutin mengunggah laporan APBN Kita di website Kemenkeu,” kata Adelia.
Dalam sesi yang sama, Benny Fajarai menekankan pentingnya generasi muda untuk menjadi bagian dari solusi. Dengan minimnya jumlah wirausahawan di Indonesia, Benny mendorong anak-anak muda Pontianak untuk berani memulai usaha. Dengan latar belakang keluarga yang kurang mampu, Benny berjuang dari bawah untuk membesarkan bisnisnya.
“Ayah saya bekerja sebagai sopir oplet dan ibu mengasuh anak. Saya berjuang untuk pendidikan saya hingga meraih beasiswa,” ujar Benny. Dia kemudian merintis karier sebagai pengusaha.
Sebagai entrepreneur, Benny melanjutkan, kegagalan adalah hal yang biasa. “Hampir 95% startups mengalami kegagalan,” ujarnya.
Menurutnya, hal yang paling penting adalah bagaimana bangkit dari kegagalan dan selalu mencoba untuk terus mencari jawaban. Ketika start-up yang menyediakan marketplace untuk kerajinan tangan yang didirikannya gagal, Benny tidak menyerah. Dia terus melakukan riset dan eksplorasi pasar.
“Sukses atau gagal, it doesn’t matter. Eventually you will find a way!,” pungkasnya. (kemenkeu)