Sejak tiga tahunan silam, telah meruyak prediksi bahwa 5 tahun mendatang gawai cerdas (smartphone) akan menjadi barang usang. Saat itu yang menyatakannya adalah Vice President Marketing and Communications Ericsson Indonesia, Hardyana Syintawati (“5 Tahun Mendatang Smartphone Jadi Barang Kuno, Ini Teknologi Penggantinya”, JawaPos.com, 19 Januari 2016).
Penyebabnya tidak lain adalah perkembangan teknologi yang sangat cepat. Tren ketertarikan konsumen ditengarai bergerak ke arah jenis interaksi baru berwujud Artificial Intelligences (AI) dan Virtual Reality (VR).
Saat itu, Hardyana mengatakan teknologi AI dan VR telah diprediksi merupakan pengganti gawai cerdas. Alasannya, jenis teknologi baru tersebut diyakini lebih canggih dan mutakhir daripada gawai cerdas.
“Ini yang akan menggeser perangkat smartphone, dan tentunya AI akan semakin berkembang ke depan,” demikian kata Hardyana.
Pada tahun ini, sebagian kalangan mulai menyadari bahwa dua tahun ke depan merupakan jelang saatnya kita tiba pada posisi tahun ke-5 prediksi tersebut. So, seandainya Anda bermaksud mengganti gawai cerdas milik Anda, sebaiknya Anda menundanya barang sejenak.
Atau batalkan sajalah karena gawai cerdas yang Anda niatkan untuk dibeli tersebut dua tahun lagi akan menjadi barang kuno bin zadoel!
Hahah, ini sekadar bercanda bro dan sis. Silakan saja jika Anda bermaksud membeli gawai cerdas merek apa pun sesuai kebutuhan faktual senyatanya.
Bagaimanapun aktivitas hidup sehari-hari, entah saat bekerja dan atau berbisnis, tak bisa menunggu apalagi sampai terganggu hanya gara-gara hengpong bermasalah. So, pastikan sajalah bahwa aktivitas Anda dapat berjalan lancar sesuai harapan Anda.
Lokalisasi gawai cerdas
Sejatinya, Pemerintah Indonesia telah memandang bahwa lokalisasi gawai cerdas merupakan amanat kemandirian bangsa. Sehingga, Pemerintah mewajibkan pabrikan gawai cerdas impor agar membangun pabrik mereka di Tanah Air.
Peraturan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) sebesar 30 persen merupakan salah satu regulasi menuju arah kemandirian tersebut. Peraturan ini telah diterapkan berawal pada kategori perangkat 4G LTE. Bahkan pada perangkat network TKDN minimal harus mencapai 40 persen.
Seluruh peraturan terkait persentase TKDN tersebut pun ditetapkan dengan memperhitungkan kemampuan produksi dalam negeri.
Demi mencapai tujuan kemandirian bangsa dalam pengertian seluas-luasnya, ada baiknya Pemerintah memberikan insentif dan dorongan efektif agar para ilmuwan Indonesia dapat menyiapkan secara mandiri riset mikoprosesor canggih untuk diproduksi di dalam negeri.
Keberadaan mikroprosesor tersebut kiranya dibutuhkan bukan sebatas untuk mendukung lokalisasi gawai cerdas saja. Pasalnya tren perkembangan teknologi AI dan VR ke depan sangat bergantung pada kecanggihan mikroprosesornya. Tentu saja, ini pun jikalau kita tidak ingin sebatas hadir sebagai penonton tatkala negara-negara lain gigih berusaha memproduksi mikroprosesor rancangan mereka sendiri.
Meniru langkah negara maju
Rusia merupakan salah satu negara eks blok Timur, yang berhasil menyusul negara-negara maju dalam hal kemampuan produksi mikroprosesor canggih. Sejak Mei 2014, negara tersebut telah menyiapkan produksi mikroprosesor 4-core Elbrus-4S.
4-core Elbrus-4S diharapkan dapat menandingi performa mikroprosesor canggih dari perusahaan-perusahaan ternama sedunia, semisal Intel dan AMD.
Elbrus-4S diproduksi menggunakan teknologi manufaktur 65 nanometer dan memiliki kapasitas 50 GigaFLOPS.
Rusia mengklaim bahwa kemampuan Elbrus-4S setara dengan mikroprosesor canggih lainnya, semisal Intel i3 dan i5. Dengan kapasitas 50 GigaFLOPS, Elbrus mampu memproses data dengan kecepatan prosesor 50 miliar operasi floating point per detik.
Bagi sebuah negara yang pernah menjadi bagian eks-Uni Sovyet, Rusia merancang Elbrus-4S agar mampu memenuhi standar spesifikasi militer. Standar keamanan mereka menuntut seluruh peralatan militer mereka wajib memenuhi kriteria anti-penyadapan.
Selain itu, Elbrus-4S juga dituntut mampu beroperasi pada suhu ekstrem tinggi dengan durasi pemakaian sangat panjang. Kemampuannya mengerjakan pelbagai perhitungan berpresisi tinggi bertujuan juga untuk memastikan bahwa keselamatan personel militer dan peralatan tempur mereka senantiasa terlindungi dari risiko pembajakan. Sehingga, tidaklah berlebihan bahwa kemampuan Elbrus-4S akhirnya menarik pula minat pengguna dari kalangan umum.
So, tirulah apa yang baik dari negara lain untuk mengembangkan kemandirian bangsa jelang penggunaan teknologi Artificial Intelligences (AI) dan Virtual Reality (VR) secara massal.