“Para pendengar sekalian,
Kini situasi telah dapat kita kuasai,
Baik di pusat maupun di daerah-daerah.
Dan seluruh slagorde Angkatan Darat ada dalam keadaan kompak bersatu.
Untuk sementara pimpinan Angkatan Darat kami pegang.
Antara Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan Kepolisian RI,
Telah terdapat saling pengertian,
Bekerjasama dan kebulatan tekad penuh,
Untuk menumpas perbuatan kontra revolusioner yang dilakukan oleh apa yg menamakan dirinya “Gerakan 30 September”
(Petikan dari Rekaman Suara Soeharto lewat RRI pada jam 19:00 WIB tanggal 01 Oktober 1965)
—————————————————————–
Dan saya menarik nafas panjang,
Sore kemarin,
Di antara senja yang makin meredup,
Dan sebuah buku berjudul “Kehormatan Bagi Yang Berhak”,
Buah karya Manai Sophiaan.
Lalu bayang Bapak seakan hadir,
Berdiri tepat di belakangku,
Dengan balutan safari berwarna putih,
Lengkap dengan tanda jasa dan pin garuda di kerah lehernya.
“Opo sing mbok woco kuwi, Nduk? …”
“Pembelaan untuk Bapak.., ” jawab saya.
“Kanggo opo? …”
“Bapak tidak bersalah, bukan? …”
“Salah ataupun tidak,
Itu hanya tinggal kenangan masa lalu.
Revolusi harus terus berjalan..
Dan Revolusi selalu meminta putra-putri terbaik nya,
Untuk menjadi ujung tombak perjuangan… ”
“Tapi Bapak tidak seharusnya diperlakukan dengan tidak hormat..
Bapak tidak tahu menahu kan,
Tentang peristiwa tersebut?
Bapak hanya korban, kan?
Atau lebih tepatnya,
Sengaja dikorbankan demi ambisi seseorang? ….”
Bapak tersenyum,
Senyum getir yang terasa dipaksakan…
“Aku gak merasa korban,
Aku tahu setiap resiko perjuangan,
Dan aku selalu siap berhadapan dengan resiko apapun.
Aku memilih menjadi korban,
Agar rakyatku selamat…
Aku memilih mengalah,
Agar tak ada lebih banyak pertumpahan darah… ”
Saya berdiri,
Dan kami berhadap-hadapan.
Bapak menyentuh pundak saya…
“Kowe kudu belajar ikhlas..
Ndak setiap perjuangan kita akan diakui,
Ndak setiap perjuangan kita akan dihargai…
Tapi,
Jika semua kau lakukan dengan ikhlas,
Kelak kau akan mendapatkan apa yang kau inginkan… ”
“Seorang yang ditakdirkan untuk menjadi Pemimpin,
Harus jauh dari sifat yang mementingkan dirinya sendiri.
Dia harus bisa melaksanakan amanat yang diberikan oleh rakyatnya,
Dan harus pula siap untuk memperjuangkan rakyatnya,
Walau dirinya harus menjadi korban… ”
Saya terdiam,
Sudut mata Bapak terlihat sedikit basah…
“Bapak menyesal? ”
“Menyesal untuk apa?
Ora, Nduk…
Waktuku sudah selesai…
Tugasku untuk mengantarkan Indonesia ke gerbang kemerdekaan,
Sudah tak jalani…
Sekarang,
Tinggal tugasmu utk membawa bangsa ke arah yang lebih baik lagi.. ”
Lalu,
Bayangan Bapak mengabur,
Lalu harum wangi kantil memenuhi seluruh ruang imajinasi saya…
(Dedicated for “Bapak” – Founder Father of Indonesia)
Al Fatihah…. 😇😇
Peringatan 49tahun Haul Bung Karno…
Dan Bapak selalu ada di hati setiap anak bangsa… 🇮🇩🇮🇩🇮🇩