Sejak mahasiswa tahun 1992, saya suka membaca buku ilmu politik dan media yang isinya politik. Karena itu, cukup banyak dosen ilmu politik yang dekat dengan saya teristimewa almarhum Dr. Victor Silaen. Victor Silaen yang pernah dosen Ilmu politik di UKI dan UPH. Beliau itu aktivis dan penulis buku dan mengisi tulisan di media nasional dan lokal. Beliau itulah mengajarkan saya ilmu politik dan bagaimana memainkan peran media untuk pencerahan politik.
Tahun 2000 kuliah di Bogor dan hidup saya habis untuk aktivitas diskusi ke diskusi. Diskusi tentang gereja, bangsa dan berbagai persoalan masyarakat. Puluhan tahun aktivitas saya itu kuliah dan diskusi. Jika tidak ada undangan diskusi, maka muncullah acara yang mengundang narasumber yang hebat-hebat. Saban hari berbicara persoalan masyarakat hingga hidup dimakan usia. Tidak peduli jumlah uang di kantong atau uang di rekening sudah habis.
Teman diskusi dari seluruh nusantara bahkan internasional. Ketika saya tanya hari ini, ketika itu dari mana ongkos untuk pergi diskusi dan aktivitas. Jawaban saya, karena anugerah Tuhan saja.
Tahun 2014 setelah Pemilu, saya diajak teman berkarya lewat Surya Institut. Surya Institut adalah lembaga pengembangan Sumber Daya Manusia. Surya Institut didirikan oleh Prof. Yohanes Surya. Sejak itulah sebagian pekerjaan saya melakukan pelatihan guru dan siswa.
Aktivitas saya yang lalu lalang di Jakarta berubah ke wilayah Sumatera Utara. Saya melihat guru kita harus di perbaharui (upgrade). Teknologi harus linier dengan pengetahuan guru. Jika tidak, kita hanyut di telan zaman.
Ketika saya melakukan pembinaan guru dengan meninggalkan keilmuwan saya yang sebenarya yaitu ilmu lingkungan, saya melihat bahwa kendala kita di dunia pendidikan, pertanian, pemenuhan hak-hak masyarakat dibutuhkan perwakilan kita di DPR adalah orang yang memiliki kapabilitas dan akseptabilitas. Hidup kita mutar-mutar karena kebijakan dihasilkan oleh manusia yang malas mikir. Regulasi demi regulasi bermunculan bukan untuk menjawab kebutuhan atau menjawab permasalahan.
Tetapi ada kepentingan terselubung. Terlalu banyak regulasi yang tidak penting. Kehadiran regulasi menghambat regulasi yang lain.
Dari pergumulan saya itulah, saya kembali aktif berpolitik. Salah satu aktivitas politik saya adalah mendorong yang muda, cerdas, kapabel untuk duduk di DPR RI seperti Martin Manurung.
Saya melihat kendala saya dan mimpi saya kedepan bisa saya aspirasikan kepada Martin Manurung.
Pertimbangan lain adalah dia mampu berkompetisi dengan saudara kita yang lain seperti dari pulau Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara dan dari seluruh nusantara untuk menentukan arah bangsa kita ini.
Kepentingan saya pribadi tidak ada. Sebab, saya sudah cukup kenyang dengan politik. Saya hanya ingin, Sumatera Utara terbaik di dunia pendidikan, pertanian, kehidupan sosial yang nyaman.
Bangsa kita Indonesia, membutuhkan putra/putri terbaiknya menentukan kebihakan yang adil. Karena itu, putra terbaik Sumut 2 hari ini adalah Martin Manurung.
Dia mampu membawa aspirasi kita di tingkat nasional dan internasional.
#gurmanpunyacerita