Di dalam impian untuk menggapai kebahagiaan dan cita cita masa depan, sering kali manusia dipenuhi dengan obsesi akan Uang.
Seolah olah Uang mampu dan akan selalu memberikan dan membeli kebahagian.
Kebahagian yang bersifat ragawi, kekinian dan bahkan mampu membeli obsesi palsu spiritualitas.
Uang seolah olah mampu hadir dan datang mendekat di dalam kaidah kaidah dan mekanisme penarik penyedotnya.
Metode metode yang dipakai pun bahkan disembah dan dimaknai sebagai TUHAN MAHA KUASA TINGKAT ke-2.
Namun biasanya…. setelah melewati proses proses waktu dan penyusutan, … ternyata Uang pun juga tidak mampu berdaya dan berkuasa. Dan juga tidak memberikan janji utuh untuk kebahagian kekinian dan kepuasaan yang hakiki dalam realitas ke-bersyukuran (thankfulness).
Menginjak di bulan pertama Januari Tahun 2019 ini, syahwat gerakkan politik dan ataupun Gerakkan sosial, begitu kuat daya tariknya Yang seolah olah akan mampu menjanjikan dan membeli rekayasa sosial untuk dinamika pergerakkan perubahan sosial.
Janji janji yang mebumbung tinggi, ditebarkan bak pesona Gadis sexy yang membukakan roknya, beserta pahanya yang mulus…. yang mempersiapkan diri untuk diterjang oleh nafsu syahwat laki laki normal.
Keganasan dan agresi sosial untuk menerkam lawan, ( …ATAS NAMA BAPAKKU SENANG ! ), … bisa jadi ada di kepala banyak aktivis sosial.
Yang seharusnya bergerak untuk penggapaian cita cita peradaban dan moralitas baru. Yang seharusnya mau dan mampu memberikan sumbangsih sosial. Yang seharusnya bersuara atas nama penderitaan rakyat. Yang seharusnya memberikan kritik kritik konstruktif untuk solusi kebangsaan dan kemanusiaan. Yang seharusnya mampu memberikan pendampingan bagi pemerintahan yang berkuasa agar tidak jatuh njeblok dalam kesombongan. Yang seharusnya mampu menghadirkan surga dalam konteks kebahagiaan dan kekininan yang relevansi nya terjangkau. Yang seharusnya menghidupkan kehidupan yang telah lipid, lara dan nestapa.
Apakah banyak dan sebagian aktivis sosial itu pembohong besar ? …. hehehehehehe….
Tanyalah pada rumput yang bergoyang goyang.
Sejarah gerakkan sosial yang berkaitan dengan Gerakkan atas nama utopia cita cita masa depan, sudah bisa dan dapat dipresiksi berdasarkan kajian kajian ilmu ilmu sosial dgn fenomena sosiologi.
Pembuktian waktu dalam kejelas-tegasan integritas moral, dan yang terkait dengan rekayasa gerakkan sosial, telah dan bisa jadi akan mengulangi siklus yang klise njeblok, … …….jikalau tidak dikemudikan, direkayasa dan dipancing-rangsang ke arah satu peradaban yang baru.
Jokowi telah menjadi teks dan wacana hidup untuk permulaan lompatan peradaban dan cita cita kebaikan kemanusiaan Indonesia baru.
Jokowi telah dan mampu menjanjikan satu garis jelas tegas untuk pendobrakan sistem sistematik Gerakkan korupsi dan penTuhanan Uang Yang Maha Kuasa.
Jokowi telah dan mampu dan terus menerus memberikan ruang untuk suatu impian wong cilik dan kaum kaum yang dipinggirkan oleh tirani kekuasaan dan koruptor koruptor yang telah berkolaborasi untuk mengamankan jaringan sistem kehidupan kenyamanan kelompok predator ekonomi ( baca : bagi kantong kantong mereka sendiri ).
Apakah Jokowi naik ke panggung politik dengan semata Mata karena keuatan Uang Maha Kuasa Ansich ?
Uang tidak menjadi Maha Kuasa. Uang telah ditaklukkan dan Gaya hidup: mati raga, laku tapa dan askese yang melekat. Telah menjadi Yohanes Pembaptis dalam pendobrakan dosa dosa struktur sosial ( structural coorporative sinfulness sins ).
Semua pengikut dan jaringan yang sudah terbiasa teracuni dengan si bolis hepeng yang mencengkeram sisi sisi hati dan obsesi banyak orang. MEJADI MALU, TERTUNDUK DAN TERSIBAK !
Gerakkan sosial dan ataupun Gerakkan politik bisa saja dan bisa jadi dibawah kearah kemanusiaan yang lebih tinggi dan Mulia.
Tentulah dengan suatu Roh Zaman Kekinian yang KAWIN degan mempelai MORALITAS dalam perkawinan yang harmonis dengan STRUKTUR STRUKTUR SOSIAL, Dalam proses menuju pintu gerbang dan sudah dalam proses peradaban.
Lompatan peradaban ? …. Let’s See !
Penulis: Bernard Hutabarat