Saat yang ditunggu oleh anak-anak dalam menyambut Natal adalah menerima pemberian hadiah dari Santa Claus. Di Indonesia, Santa Claus dikenal sebagai Sinterklas, ikon yang menjadi penanda bahwa Natal akan tiba.
Selama ini Sinterklas lekat dengan sosok pria berperut besar yang menggunakan pakaian merah dan berjenggot putih. Sinterklas digambarkan terbang ke angkasa menggunakan kereta luncur yang ditarik oleh beberapa rusa
Sebagai ikon Natal, Sinterklas memiliki sejarahnya sendiri. Saat ini, ia dianggap sebagai orang yang periang yang memberikan hadiah-hadiah pada malam Natal.
Cerita mengenai Sinterklas sudah ada dari abad ke-3 hingga sekarang. Seperti apa? Berikut paparannya:
Legenda Saint Nicholas
Legenda Santa Claus bisa kita telusuri kembali ratusan tahun yang lalu, merujuk kepada seorang biarawan bernama Saint Nicholas. Banyak catatan sejarah menuliskan bahwa Nicholas dilahirkan sekitar 280 M di Patara, dekat Myra di Turki.
Dilansir dari History.com, Saint Nicholas memiliki banyak legenda. Dikatakan bahwa dia memberikan semua kekayaan warisannya dan melakukan perjalanan ke perdesaan untuk membantu orang miskin dan sakit.
Salah satu kisah Saint Nicholas yang paling terkenal adalah saat ia menyelamatkan tiga bersaudari miskin yang terbebas dari penjualan budak dan pelacuran yang dilakukan oleh ayahnya.
Selama bertahun-tahun, popularitas Nicholas menyebar dan dia dikenal sebagai pelindung anak-anak dan pelaut.
Setiap 6 Desember atau hari kematiannya, selalu diperingati oleh berbagai budaya. Hari itu dipercaya untuk melakukan acara besar ataupun pernikahan.
Memasuki era Renaissance atau zaman pencerahan Eropa, Saint Nicholas adalah orang suci paling populer di Eropa. Bahkan setelah Reformasi Protestan, Saint Nicholas mempertahankan reputasi positifnya, terutama di sekitar wilayah Belanda.
Sinterklas menuju New York
Saint Nicholas dikenal dalam dalam budaya populer Amerika Serikat menjelang akhir abad ke-18. Pada Desember 1773 dan 1774, surat kabar New York mewartakan bahwa sekelompok keluarga Belanda telah berkumpul untuk menghormati peringatan kematiannya.
Nama Santa Claus kemudian berevolusi dari menjadi Sinter Klaas, bentuk singkat dari Sint Nikolaas, bahasa Belanda untuk Saint Nicholas.
Pada 1804, John Pintard, anggota New York Historical Society, membagikan potongan kayu Saint Nicholas pada pertemuan tahunan masyarakat.
Latar belakang dalam ukiran itu berisi gambar-gambar Sinterklas yang sekarang sudah tidak asing lagi. Ini termasuk kaus kaki yang penuh dengan mainan dan buah yang digantung di atas perapian.
Pada 1809, Washington Irving membantu mempopulerkan cerita Sinter Klaas ketika ia menyebut Saint Nicholas sebagai santo pelindung New York dalam bukunya, The History of New York.
Seiring dengan tumbuhnya ketenarannya, Sinterklas digambarkan sebagai seseorang dengan dengan topi lancip, baju dan celana berwarna merah.
Tradisi memberikan hadiah
Pemberian hadiah kepada anak-anak menjadi bagian penting bagi perayaan Natal. Hal ini dimulai sejak liburan pada awal abad ke-19.
Toko-toko mulai mengiklankan belanja Natal pada 1820. Surat kabar mulai memberikan iklan yang menampilkan gambar-gambar Sinterklas, yang baru populer.
Pada 1841, ribuan anak mengunjungi toko di Philadelphia, AS, untuk melihat model Sinterklas seukuran aslinya. Ini merupakan langkah yang mujarab dalam mengenalkan Sinterklas ke anak-anak.
Pada awal 1890-an, sosok Santa Claus ikut dipopulerkan oleh kelompok Salvation Army. Saat itu, Salvation Army membutuhkan uang untuk memberikan makanan Natal gratis yang mereka sediakan untuk keluarga yang membutuhkan.
Mereka mulai mendandani pria-pria yang menganggur dengan pakaian Sinterklas dan mengirim mereka ke jalan-jalan New York untuk meminta sumbangan. Sinterklas ala Salvation Army yang dikenalnya telah membunyikan lonceng di sudut-sudut jalan kota-kota Amerika.
Rusa Rudolph
Ketika memberikan hadiah, Sinterklas menaiki kereta dengan sembilan rusa. Salah satu Rusa bernama Rudolph yang berbeda dengan delapan rusa lainnya.
Rusa ini dikisahkan memiliki hidungnya yang besar, bercahaya, dan berwarna merah.
Melalui hidung bercahaya itulah, Rudolph memimpin kereta luncur untuk memberikan hadiah.
Sejak saat itulah, cerita mengenai pemberitan hadiah Santa Claus mulai berkembang dan hingga sekarang masih dipercaya oleh banyak orang.
Disadur dari: kompas