“Kita hidup di global village, di mana apabila ada kejadian di Tiongkok, Eropa, Amerika atau Afrika maka imbasnya akan sampai ke Indonesia. Jadi kita harus mengikuti perkembangan di dunia ini. Yang sedang tren saat ini dan sudah disinggung dalam World Education Forum yaitu Revolusi Industri 4.0., demikian disampaikan Kepala Pusat Teknologi Komunikasi dan Informasi Pendidikan (Pustekkom) Kemendikbud, Gogot Suharwoto, dalam taklimat media di Kantor Kemendikbud, Senayan, Jakarta, Senin (26/11/2018). Ditambahkan Gogot, Presiden RI sudah mencanangkan tahun ini sebagai tahun “Making Indonesia 4.0”. Oleh karena itu, saat ini merupakan saat yang tepat bagi Kemendikbud untuk memetakan kekuatan dan posisi dari sektor pendidikan dalam menghadapi revolusi industri 4.0. Berangkat dari hal itu, menurut Gogot, tema “Making Education 4.0 for Indonesia” pada intinya adalah bagaimana pendidikan menyikapi revolusi industri 4.0, khususnya di Indonesia.
Konsep pelaksanaan ISODEL tahun ini, dijelaskannya, menggabungkan 3 format acara menjadi satu kesatuan, yakni: (1) simposium yang merupakan ajang para pakar dan praktisi TIK pendidikan dan kebudayaan berbagi ilmu, ide dan gagasan; (2) workshop yang merupakan ajang para peserta dapat mendalami lebih detail tentang keahlian dan kompetensi TIK yang diperlukan, dalam menyambut era revolusi industri 4.0.,serta; (3) pameran yang merupakan ajang menampilkan solusi teknologi terkini, dan inovatif dari berbagai mitra ISODEL.
“ISODEL tahun 2018 bertujuan untuk memberikan kesempatan bagi pembuat kebijakan, ilmuwan, akademisi, guru, peneliti, dan praktisi dari seluruh dunia untuk bertukar pengetahuan, ide, dan pengalaman mereka untuk mendukung transformasi pendidikan di Indonesia menuju Pendidikan 4.0.,” kata Gogot.
ISODEL 2018 akan menampilkan berbagai topik dan subtopik, diantaranya: (1) Teknologi Pendidikan dalam Revolusi Industri 4.0: Big Data, Internet of Things (LoT), Kecerdasan Buatan, Teknologi Keuangan, Virtual dan Augmented Reality (VR dan AR), Games, Ruang Kelas, dan Kampus Virtual; (2) Transformasi pendidikan digital: mempersempit kesenjangan digital untuk menjangkau daerah terpencil yang belum terjangkau, akses terbuka, pembelajaran fleksibel, dan akses berkebutuhan khusus; (3) Membangun karakter: melek digital, keterampilan abad 21 (berpikir kritis dan pemecahan masalah, kolaborasi, komunikasi, kreativitas dan inovasi), kecakapan hidup, serta; (4) Pendidikan kejuruan: sertifikasi profesional, jaminan kualitas, integrasi pendidikan kejuruan ke Industri 4.0, kompetensi dan kualifikasi.
Menurut Gogot, saat ini Indonesia sedang mencari bentuk revolusi industri 4.0 dalam dunia pendidikan. Karena pengaruhnya sudah ke mana-mana tapi dunia pendidikan masih belum melakukan sesuatu yang cukup berarti. “Harusnya ada sesuatu yang kita lakukan. Makanya nanti teman-teman akan lihat bagaimana setiap daerah, setiap bidang termasuk sektor swasta merespon revolusi industri 4.0 ini, khususnya di bidang pendidikan. Salah satu contoh paling nyata adalah cloud._Kita kalau baca buku referensi di mana pun pasti revolusi 4.0 itu yang pertama adalah teknologi _cloud. Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) yang pesertanya 9,1 juta siswa tahun 2018 kemarin itu menggunakan teknologi cloud. Kemudian internet of things (IoT), artificial intelligence (AI), video conference, augmented reality (AR),” ujarnya.
Perwakilan dari SEAMEO Regional Open Learning Center (SEAMOLEC), Prakaikan Schneitz, menyampaikan SEAMOLEC sangat mendukung kegiatan ISODEL 2018. SEAMOLEC sendiri adalah bagian dari organisasi The Southeast Asian Ministers of Education Organization (SEAMEO) yang fokus terhadap pembelajaran terbuka dan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), yang berbasis di Jakarta.
“Misi kami bukan hanya untuk mendukung perkembangan teknologi informasi di Indonesia, melainkan juga bertanggung jawab pada tingkat Asia Tenggara. Tanggung jawab kami adalah untuk mempromosikan dukungan terhadap penggunaan Teknologi Informasi Komunikasi (TIK) dalam sektor pendidikan. Selain itu, juga kami mendefinisikan keterbatasan maupun kebutuhan yang dimiliki negara-negara anggota SEAMEO dalam hal penggunaan TIK, terutama di daerah pedalaman,” terang Prakaikan.
Lebih lanjut Prakaikan menambahkan, salah satu materi yang diberikan dalam ISODEL 2018 adalah isu tentang pengembangan kompetensi guru menghadapi era revolusi industri 4.0. Salah satu pemateri adalah Direktur SEAMOLEC, Abi Sujak, yang akan memberikan paparan dengan topik “Teacher Education: Professional Development, Training Competencies for Industry 4.0”. SEAMOLEC sebagai salah satu institusi yang memiliki fokus bidang pendidikan terbuka dan jarak jauh, akan memaparkan (PJJ) dan e-Pembelajaran: Akses dan Pemerataan, Kualitas Pendidikan untuk semua.
Kepala Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat (BKLM) Kemendikbud, Ari Santoso, selaku moderator dalam taklimat media ini menyampaikan, pelaksanaan simposium ini akan menjadi kesempatan luar biasa dan harus dimanfaatkan sebaik mungkin mengingat banyaknya masalah di daerah pedalaman, dimana salah satu solusinya adalah dengan penggunaan TIK. Namun demikian, TIK bukan hanya cocok diimplementasikan di daerah pedalaman saja melainkan juga di daerah perkotaan karena tren pendidikan masa kini adalah kecepatan pembelajaran.
“Dari 4 sub topik di ISODEL 2018, saya harapkan banyak hal yang bisa dibagi terutama bagaimana pendidikan bisa menyesuaikan dengan tuntutan revolusi 4.0 juga terhadap vokasi sendiri. Karena sebagaimana kita tahu bahwa negara tetangga kita, Vietnam, Malaysia, dan Thailand sudah menyiapkan semuanya sejak 2-3 tahun yang lalu agar dunia pendidikan mereka bisa beradaptasi dengan revolusi industri 4.0.,” pungkasnya.
ISODEL 2018 melibatkan berbagai lembaga dan organisasi, di antaranya, Pustekkom Kemendikbud, Universitas Terbuka, The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO), International Council for Open and Distance Education (ICDE), The Southeast Asian Ministers of Education Organization (SEAMEO) Centre termasuk di dalamnya SEAMOLEC, dan Indonesian Distance Learning Network (IDLN). Acara ini terbagi menjadi 4 bagian yakni: (1) paparan dari beberapa kementerian terkait; (2) plenary session yang menghadirkan para pakar pendidikan di dunia yang mewakili 5 benua; (3) parallel session yang menghadirkan pembicara lokal yang mewakili instansi maupun pribadi; dan (4) sesi pameran yang diisi oleh berbagai perusahan IT multinasional.
Sebagai simposium internasional, ISODEL 2018, menampilkan berbagai pembicara dan pakar bidang TIK dan pendidikan baik dalam dan luar negeri. Hadir untuk memberikan sambutan dan arahan : Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy; Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara; Dirjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, Intan Ahmad; Menteri Dalam Negeri, Tjahyo Kumolo, serta; Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati. Adapun hadir sebagai pembicara kunci, antara lain, Ketua Dewan TIK Nasional, Dr. Ing. Ilham Akbar Habibie, MBA; Guru Besar Universitas Terbuka, Prof. Dr. Tian Belawati, M.Sc; Director of Education, Microsoft Asia Pacific, Don Carlson; Professor of Urban and Regional Planning, Alabama A&M University, the United States, Dr. Deden Rukmana; Chair Professor of Learning Technologies and Innovation, Universitas of Bristol of Hongkong, Lim Cher Ping, serta; Coordinator UNESCO International Institute for Capacity Building in Africa – (UNESCO IICBA), Mame Omar Diop. ISODEL 2018 juga memberikan kesempatan kepada akademisi, ilmuwan, praktisi, dosen, guru; dan profesional untuk mengirimkan karya dan mempublikasikannya.
Menurut data per 26 November 2018, dalam simposium ini akan hadir 56 pembicara kunci dan pemakalah, serta 877 peserta dari berbagai institusi dan lembaga.*