Indovoices.com –Bipang Ambawang tiba-tiba heboh diperbincangkan masyarakat, khususnya di media sosial. Gara-garanya, Presiden Jokowi mempromosikan kuliner asal Kalimantan Barat tersebut bagi masyarakat yang tak bisa pulang kampung karena larangan mudik lebaran.
Jokowi menyebut Bipang Ambawang, bersama gudeg Yogya, bandeng Semarang, siomay Bandung, dan pempek Palembang, bisa dipesan secara online bagi warga yang rindu kuliner kampung halaman saat lebaran.
Padahal, Bipang Ambawang merupakan nama restoran yang menawarkan babi panggang khas Kalimantan Barat yang populer dengan tekstur krispi. Di lapak online seperti Tokopedia, Bipang Ambawang dijual seharga Rp 475 ribu per paket dengan berat kemasan 1,5 kg.
“Sebentar lagi Lebaran. Namun karena masih dalam suasana pandemi, pemerintah melarang mudik untuk keselamatan kita bersama. Nah, untuk Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara yang rindu kuliner khas daerah atau yang biasanya mudik membawa oleh-oleh, tidak perlu ragu untuk memesannya secara online. Yang rindu makan gudeg Yogya, bandeng Semarang, siomay Bandung, pempek Palembang, Bipang Ambawang dari Kalimantan, dan lain-lainnya, tinggal pesan. Dan makanan kesukaan akan diantar sampai ke rumah,” demikian penggalan video pidato Jokowi yang membuat heboh media sosial pada Sabtu (8/5).
Setelah ditelusuri, pernyataan Jokowi dalam video tersebut rupanya dalam rangka Hari Bangga Buatan Indonesia yang digelar Kementerian Perdagangan (Kemendag). Video pidato Jokowi itu diunggah di akun YouTube Kemendag pada 5 Mei.
Ramainya masyarakat yang membicarakan mengenai Bipang Ambawang membuat Bipang menjadi trending topic di Twitter.
Kami sempat meminta klarifikasi Staf Khusus Presiden Bidang Komunikasi. Fadjroel Rachman, terkait maksud pidato Jokowi mempromosikan Bipang Ambawang itu.
Namun Fadjroel tak kunjung merespons. Belakangan, Fadjroel di akun Twitternya mencuit penjelasan soal bipang, namun bukan bipang ambawang.
“Ini BIPANG atau JIPANG dari beras. Makanan kesukaan saya sejak kecil hingga sekarang. BIPANG atau JIPANG dari beras ini memang makanan hit sampai sekarang ya. Nuhun ~ #BungFADJROEL #Bipang”, demikian cuit Fadjroel.
Respons Gerindra, PKS, dan MUI
Heboh pernyatan Jokowi mengenai Bipang Ambawang menuai respons dari berbagai pihak.
Wasekjen Gerindra, Kawendra Lukistian, menyayangkan pernyataan tersebut. Dia mengatakan ajakan untuk membeli bipang Ambawang tak relevan dengan kebiasaan umat Islam.
“Saya sangat menyayangkan sekali, dalam konteks ucapan lebaran, imbauan jangan mudik dan oleh-oleh khas lebaran. Presiden malah menyebutkan makanan yang tidak related dengan kebiasan umat Islam,” kata Kawendra.
Kawendra pun meminta tim komunikasi Jokowi harus dievaluasi setelah pernyataan yang menimbulkan kegaduhan tersebut.
“Tim komunikasi Presiden perlu dievaluasi, hal mendasar seperti ini kok enggak dijagain,” kata dia.
Sebab, menurut Kawendra, sebagai seorang muslim Jokowi tak paham mengenai bipang. Sehingga pihak yang bersalah adalah pembuat pidato tersebut.
“Kalau ditanya siapa yang salah, tentu yang membuat teks dalam pidato tersebut. Saya yakin Pak Presiden sebagai seorang muslim memang tidak begitu paham soal bipang tersebut,” ucap Kawendra.
Sementara itu PKS meminta Presiden Jokowi agar lebih berhati-hati dalam berpidato.
“Bagi PKS, ini merupakan bentuk blunder dan kurang sensitifnya Presiden Jokowi. Kami meminta agar Presiden Jokowi lebih berhati-hati, melihat konteks yang tepat serta lebih menjaga perasaan umat Islam sehingga menghindari munculnya kehebohan yang tidak perlu,” kata Ketua Departemen Politik DPP PKS, Nabil Ahmad Fauzi.
PKS juga menilai Presiden Jokowi inkonsisten dengan permintaannya, yakni agar dalam situasi pandemi COVID-19 tidak ada yang berpolemik dan tidak ada yang membuat kegaduhan yang bisa menambah beban pemerintah dan masyarakat.
Adapun Ketua MUI Bidang Ukhuwah dan Dakwah, Cholil Nafis, menilai Jokowi tak memahami maksud bipang dalam pidatonya.
Sehingga ia meminta Jokowi memahami dulu apa yang dipromosikan sebelum menyampaikan kepada publik.
“Sepertinya hanya baca teks promo saja tanpa menghayati maknanya, bahwa liburan lebaran makannya ketupat bukan bipang. Maunya mensponsori makanan khas Indonesia tapi lupa sasaran konsumennya,” kata Cholil.
“Besok-besok jangan jadi endorsmen lagi ya kalau belum bisa memetakan pasarnya. Bipang ohhh ..,” demikian cuitan Cholil di akun Twitternya.
Ngabalin Bela Jokowi
Tenaga Ahli Utama KSP, Ali Mochtar Ngabalin, menjelaskan maksud Jokowi. Ia menyebut sebagai Presiden Indonesia, wajar jika Jokowi memperkenalkan bahkan mempromosikan kuliner nusantara.
“Tidak ada yang salah. Orang itu muatan lokalnya, makanan khas di situ. Jadi kalau presiden yang ngomong itu dalam memperkenalkan, dalam mempromosikan kuliner daerah, kuliner nusantara, terus apanya yang salah?” kata Ngabalin.
Sebagai presiden dari negara yang terdiri dari berbagai ragam suku, agama, etnis, dan agama, tiap daerah memiliki makanan yang khas yang disukai warga lokal. Ia mengaku heran mengapa masyarakat heboh ketika Jokowi menyebut Bipang Ambawang.
“Bipang itu, kan, babi panggang, tuh. Kenapa mesti kita yang tiba-tiba kebakaran jenggot kalau itu keluar dari mulut presiden?” tuturnya.
Jika yang dipermasalahkan masyarakat karena Jokowi mengucapkan dalam pidato Lebaran, Ngabalin menjelaskan budaya mudik tidak hanya dimiliki umat Islam. Sebab, menurutnya, mudik adalah budaya seluruh warga Indonesia terlepas apa pun agamanya.
“Pembantu saya di rumah itu orang Nasrani. Dia mungkin tahu Natal nanti dia tidak mudik. Tapi kesempatan sekarang ini bisa dia gunakan untuk pulang,” ujarnya memberi contoh.
Mendag Minta Maaf
Berbeda dengan Ngabalin, Menteri Perdagangan, Muhammad Lutfi, meminta maaf atas kegaduhan pidato Jokowi dalam acara yang digelar Kemendag. Lutfi menyatakan maksud pidato tersebut semata demi mempromosikan kuliner daerah.
“Kami mohon maaf sebesar-besarnya jika terjadi kesalahpahaman karena niat kami hanya ingin agar kita semua bangga pada produksi dalam negeri, termasuk berbagai kuliner khas daerah dan menghargai keberagaman bangsa kita,” ujar Lutfi dalam video di akun YouTube Kemendag RI.
Lutfi menyebut, pernyataan Jokowi ditujukan kepada seluruh masyarakat Indonesia dalam konteks yang luas. Sebab, kuliner nusantara sangat beragam dan memiliki kekhasan masing-masing.
“Berkaitan dengan pernyataan tentang Bipang Ambawang yang pertama kita harus melihat dalam konteks secara keseluruhan pernyataan Bapak Presiden ada dalam video yang mengajak masyarakat Indonesia untuk mencintai dan juga membeli produk lokal,” ujar Lutfi.
“Meski demikian kami dari Kementerian Perdagangan selaku penanggung jawab acara tersebut sekali lagi memastikan tidak ada maksud apa pun dari pernyataan Bapak Presiden,” tutup Lutfi.