Selamat menikmati mudik lebaran 2018! Sampai saat ini mudik ke arah timur pulau Jawa, lancar jaya. Trauma Brexit 2 tahun lalu sudah menjadi pelajaran beharga. terima kasih kepada semua pihak yang sudah melakukan koreksi dan antisipasi, terimakasih presiden Jokowi, tapi jangan geer dulu, #2024gantipresiden, itu harus!!
Selama musim mudik ini media sosial gaduh, karena sebagian pihak meng klaim tol nya si anu, dibangun si ucok, dan dikuasai si asiong. Tol tersebut dicanangkan di era mbah Harto, di eksekusi mantan presiden “Jawa” dan dituntaskan oleh presiden “Cina”, semuanya gaduh gak jelas, tapi itulah Indonesia kita yang memang suka gaduh gak karuan, dan menghabiskan kuota internet diperkirankan lebih 1 juta US $ /day (tolong dikoreksi kalo yg punya data akurat pembelian pulsa kuota internet per day) untuk perang dunia maya, yang celakanya lagi para operator seluler itu sebagian besar saham nya dimiliki asing. Tanpa disadari dengan perang nyinyir di media sosial tentang aseng, malah memperkaya asing asing dunia telekomunikasi, fenomena yang lucu, disatu sisi mengkritik kepemilikan saham saham asing, tapi disisi lain justru memperkaya pundi pundi asing telekomunikasi…….:)
Tol mau tidak mau sudah menjadi keharusan sarana tranportasi, terbatasnya jalan umum tak berbayar yang pertumbuhannya nyaris zero, sedangkan pertumbuhan populasi kendaraan eksponensial. tanpa ada beleit kebijakan pengaturan jumlah kendaraan pribadi dan sejenisnya, barangkali dalam beberapa tahun ke depan kota kota besar Indonesia akan stuck total. Kehadiran tol dalam kota menjadi keniscayaan!! karena sulitnya untuk mendapatkan lahan, prioritas kedepan adalah tol tol layang, bahkan elevated susun 3 pun sudah mulai di wacanakan? Tol tol dalam kota umumnya adalah tol gemuk, yang mengundang banyak minat pihak swasta untuk ber investasi, sehingga tidak terlalu masalah dalam pembiayaannya, berbeda halnya dengan tol tol yang merupakan tol rintisan untuk membuka isolasi suatu daerah, biasanya kurang peminat karena trafic yang rendah. Secara ekonomis memang belum layak.
Untuk jenis jenis tol yang belum layak, pemerintah yang mengemban fungsi sebagai agen pembangunan bagaimanapun harus menginisiasi kehadiran tol tersebut. Ambil contoh tol Sumatera, tol Manado Bitung, tol Balikpapan Samarinda, tol Cisumdawu, saat ini adalah tol-tol yang diperkirakan belum menarik minat investor, karena belum layak secara ekonomis, tetapi pemerintah sebagai agen development harus mengambil resiko memulainya. Oleh karenanya pemerintah menunjuk perusahaan BUMN untuk menginisiasi pembangunan tol tol tersebut. Lebih spesifik, contoh kasus untuk tol Cisumdawu seksi 2, pemerintah menggandeng investor Shanghai corp & MCC China untuk memulai pembangunan dalam bentuk loan. Berita bagusnya saat ini tol yang akan mengantar masyarakat Bandung menuju bandara Internasional Kertajati itu sudah diambil alih oleh perusahaan lokal CMNP. Sehingga nantinya uang pinjaman Pemerintah ke pihak Cina bisa dikembalikan dari hasil penjualan ruas tol tersebut.
Ruas tol jawa lainnyapun sebagian besar dimiliki oleh BUMN. Karena ini sifatnya investasi jangka panjang, maka pemerintah berniat menjual semua tol tersebut. Presiden Jokowi melalui kementerian BUMN mengundang siapa saja yang berminaat membeli ruas ruas tol yang sudah jadi tersebut. Pertimbangannya sederhana Pemerintah membutuhkan banyak dana untuk menginisiasi pembangunan infrastruktur lainnya, sehingga peran development agent pemerintah itu maksimal. Biarlah keuntungan hasil pengelolahan diperoleh swasta, karena toh pemerintah akan mendapat pajak dari hasil usaha tersebut. Beleid yang sudah benar ini. Jadi kalo ada kritik atas kebijakan penjualan ruas ruas tol, dilakukan oleh orang orang yang gak paham persoalan sebenarnya.
Bagaimana dengan tol Cipali yang katanya punya si Uno?? Uno praktis adalah pebisinis murni, awalnya dia dan partnernya menguasai sebagian saham tol cipali, Uno tak pernah paham dengan proyek infrastruktur, yang dia pikirkan bagaimana mendapat keuntungan dari setiap penjualan saham, itu saja peran Uno di cipali, mencari rente……:) Uno tidak salah karena pebisnis memang mencari untung bukan??
Akhirnya, kita harus mengakui kerja besar Presiden Jokowi membangun banyak tol di Indonesia, tidak semuanya didasarkan pada feasibel atau tidak itu proyek, tapi lebih pada bagaimana membuka akses dan menghubungi antar wilayah yang ada di Republik ini, dengan harapan ada multiplier effect ekonomis bagi daerah yang dikembangkan. Namun ada satu catatan besar buat Presiden Jokowi dan tim PUPR, untuk lintasan panjang dan jauh seperti trans sumatera, barangkali kebijakan pembangunan tol ini perlu dipikir ulang, bagaimanapun ongkos pembangunan tol ini akan lebih mahal jika dibandingkan dengan Kereta Api. Apalagi dikaitkan dengan efektifitas daya angkut Kereta dengan kendaraan yang melintas di tol, Kereta jauh lebih unggul.
Selamat menikmati mudik dengan tol merk Jokowi………………………… salam betterthangood Indonesia