Indovoices.com –Tana Toraja yang berada di wilayah Sulawesi Selatan,
Memang menyimpan banyak keunikan,
Yang cukup menarik untuk diceritakan.
Mulai sebutan “negeri di awan”,
Karena dinginnya kabut yang masih menyelimuti hampir seluruh wilayahnya di pagi hari.
Makam-makam yang berusia lebih dari 500tahun,
Yang tersembunyi di antara bebatuan,
Di wilayah Kete’ Kesu.
Tongkonan yang merupakan rumah adat Toraja,
Biasanya diberi kepala kerbau di bagian atasnya.
Sampai dengan keunikan tradisi dan adat istiadat leluhur,
Yang masih terjaga dan tetap dilestarikan dengan baik.
Salah satunya adalah Upacara Adat Rambu Solo,
Yang merupakan upacara adat pemakaman di Tana Toraja.
———————————
Rambu Solo adalah sebuah upacara pemakaman secara adat,
Di mana keluarga almarhum wajib menyelenggarakan pesta,
Sebagai tanda penghormatan terakhir pada mendiang yang telah pergi.
Kata Rambu Solo’ dalam bahasa Toraja,
Secara harafiah berarti asap yang arahnya ke bawah.
Asap yang arahnya ke bawah artinya ritus-ritus persembahan (asap) untuk orang mati yang dilaksanakan sesudah pukul 12 atau tengah hari,
Saat matahari mulai bergerak menurun.
Rambu solo’ sering juga disebut Aluk Rampe Matampu’,
Ritus-ritus di sebelah barat,
Sebab sesudah pukul 12 siang matahari berada di sebelah barat.
Oleh karena itu ritus-ritus persembahan dilaksanakan di sebelah barat Tongkonan (rumah adat Toraja).
Upacara Rambu Solo di Tana Toraja memerlukan biaya yang sangat besar (mahal).
Karena satu kepala keluarga diwajibkan until menyumbangkan minimal satu ekor kerbau (yang biasa disebut dengan tedong),
Yang harganya bisa mencapai puluhan juta bahkan ratusan juta rupiah.
Belum lagi persembahan babi yang kesemuanya akan disembelih pada saat upacara berlangsung.
——————————–
Perjalanan saya ke Tana Toraja sekitar tujuh tahun lalu,
Mengantarkan saya untuk bisa melihat dan menyaksikan secara langsung jalannya Upacara Rambu Solo ini.
Diwarnai dengan tarian tradisional,
Salah satunya adalah Tari Ma’badong,
Atau yang sering disebut dengan tarian kematian.
Upacara ini terkesan unik dan sakral,
Walau kehadiran banyak sanak saudara dan kerabat yang memenuhi lokasi,
Membuat upacara ini jadi semacam daya tarik wisata tersendiri.
Selepas upacara Rambu Solo ini,
Akan ada juga tradisi “adu kerbau”,
Sampai akhirnya tiba saatnya Mendiang diangkat dan diberangkatkan ke tempat peristirahatannya yang terakhir.
———————————
Akhir kata,
Bersyukurlah kita terlahir di bumi Indonesia.
Dengan berbagai macam keberagaman seni budaya,
Adat istiadat serta tradisi yang masih tetap terjaga di masyarakatnya.
Setidaknya,
Semuanya merupakan asset bangsa yang tiada ternilai harganya.
Salam budaya,
Salam Indonesia Raya 🇲🇨🇲🇨